Thursday, April 25, 2013

ASKEP OSTEOMIELITIS




A.   OSTEOMELITIS
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang sulit untuk disembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang bari di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis  dat menjadi masalh kronis uang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
Infeksi disebabkan oleh penyebaran hematogen (melauli darah) dari fokus infeksi dari tempat lain (mistonsil yang terinfeksi, lepuh, infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis dapat berhubungan dengan dengan penyebaran infeksi  jaringan lunak (mis. Ulkus dekubitus atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung lunak ( mis. Faktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang). Pasien yang berisiko tinggi mengalami osteomeilitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes. (Brunner & Suddarth, textbook of medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
Osteomielitis adalah suatu infeksi tulang dan diklasifikasikan menurut asalnya sebagai primer atau sekunder, menurut flora mikrobanya, dan menurut perjalanan penyakitnya sebagai akut, subakut, atau kronis.
Osteomielitis primer disebabkan oleh implantasi mikroorganisme secara langsung ke dalam tulang dan biasanya terbatas pada tempat tersebut. Misaknya (compound fractur).
Osteomielitis Skunder (hematogen akut) disebabkan oleh penyebaran melalui aliran darah. Kadang-kadang osteomielitis terjadi karena infeksi secara langsung. (Brunner & Suddarth, textbook of medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
Osteomielitis merupakan infeksi pada tulang yang diklasifikasikan kedalam hematogen akut berasala dari sumber yang jauh di bawa ke darah jika pada anak-anak dibawah 12 th menyerang tulang panjang yang tumbuh dengan cepat, dan pada orang dewasa menyerang tulang belakang, kronis yang berasal dari infeksi jaringan lunak dengan jarak dekat, kronis mikroorganisme menyerang tulang melalui darah. (KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH, Charlene J. Reeves, Gayle Roux, Robin Lockhart. Salemba medika).  

B.    KLASIFIKASI
Klasifikasi osteomyelitis berdasar dari beberapa kriteria seperti durasi dan mekanisme infeksi dan jenis respon host terhadap infeksi. Osteomyelitis berdasarkan durasi penyakit dapat diklasifikasi menjadi akut, subakut, dan kronik. Akan tetapi batas waktu untuk tiap klasifikasi masih belum tegas. Mekanisme infeksi dapat exogenous dan hematogenous. Osteomyelitis exogenous disebabkan oleh fraktur terbuka, operasi (iatrogenik), atau penyebaran infeksi dari jaringan lunak lokal. Jenis hematogenous terjadi akibat bakteremia. Osteomyelitis juga dapat dibagi berdasarkan respon host terhadap penyakit ini, pembagian tersebut adalah osteomyelitis pyogenik dan nonpyogenik. Cierny dan Mader mengajukan sistem klasifikasi untuk osteomyelitis kronis berdasarkan kriteria faktor host dan anatomis. Sistem klasifikasi yang lebih banyak digunakan adalah berdasarkan durasi (akut, subakut, dan kronis) dan berdasarkan mekanisme infeksi (exogenous dan hematogenous). (Husnul Mubarak, medical indo)

C.   PATOFISOLOGIS
Sttspylococcus aureus merupakan penyebab 70% -80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering sering dijumapi pada osteomielitis meliputi proteus pseudomonas, dan Escerihia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penicillin, nosokomial, gram negatif dan anaerobik. Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminal stadium 1) dan sering terjadi penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan tejadi  2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2-3 hari, thrombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, membuat iskemi dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan jaringan dan medula. Infeksi berkembangan kemudian berkembang ke altivitas medularis dank e bawah periosteum dan dpat menyebar kearingan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian terjadi abses tulang.
Pada pejalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan, namun yang lebuh sering harus dilakukan inisiasi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dingdingnya terbentuk daerah jaringan mati, (sequestrum) tidak mudah cair dan mengalir keluar. Brongga tidak dapat mengempis atau menyembuh, terjadi seperti pada jaringan lunak.  (Brunner & Suddarth, textbook of medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
Osteomielitis dimulai darai daerah metafisis karena pada daerah tersebut  peredaran darah lambat dan banyk mengandung sinusoid-sinusoid.
Penyebaran dapat terjadi:
1.      Ke arah kortek membentuk abses subperiosteal dan selulitis pada jaringan sekitarnya.
2.      Menenbus periosteum membentuk abses jaringan lunak dan abses dapat menenbus kulit melali sinus dan menimbulkan kematian tulang yang di sebut sequester.
3.      Menyerang kea rah medulla.
4.      Menyebar ke persendian terutama bila lempeng pertumbuhannya intra antrikuler . penetrasi ke epifisis jarang terjadi.
Pada pase kronis, periosteum akan membentuk tulang baru yang di sebut involukrum yang akan membungkus tulang yang mati. (Bagian ilmu bedah FKUI/RSCM< 1995. Binarupa aksara)
D.   Tanda & gejala
Osteomielitis primer dapat di bagi menjadi osteomelitis akut dan kronik. Fase akut  ialah fase sejak terjadinya infeksi sampai 10-15 hari.
-          Sakit
-          Panas tinggi
-          Bengkak
-          gangguan fungsi gerak
pada pemeriksaan labolatorium ditemukan laju endap darah meninggi dan lekositosis, sedangkan gambar radiologik tidak menunjukan kelainan.
Pada osteomielitis biasanya rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak atau di sertai terjadinya fistel. Pemeriksaan radiologik ditemukan suatu involukrum dan squester. (Bagian ilmu bedah FKUI/RSCM< 1995. Binarupa aksara)

E.      KOMPLIKASI
Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran darah sistemik. Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:
a. Abses Tulang
b. Bakteremia
c. Fraktur Patologis
d. Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
e. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
f. Abses otak pada osteomyelitis di daerah kranium.
(Husnul Mubarak, medical indo)

Terlambatnya diagnosaatau terapi awal yang tidak memadai dapt menimbulkan osteomielitis kronis. Komplikasi lain termasuk pembentukan abses jaringan lunak, arthritis septic, dan infeksi metastatic ke organ lain. Faktur patologi dapt terjadi pada tempat-tempat kerusakan tulang yang exstensif. (ILmu bedah)

F.     Prosedur diagnostik
Pada osteomielitis akut, pemeriksaan sinar-x awalnya hanya pembekakan jaringan lunak. Pada sekitar dua minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang, pengakatan periosteum, dan pembentukan tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI dapat membantu diognosin definitif awal. Pemeriksaan darah dapat memperlihatkan dapat meningkatkan laju endap darah. Kultur darah dan kultur abses ditentukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai. (Brunner & Suddarth, textbook of medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
Pada osteomeilitis kronik, besar, kapasitas ireguler, peningkatan periosteum, squestra, atau pembentukan tulang padat terlihat pada sinar-x. Pemindaian tulang dapat dilakukan untuk mengindetifikasi infeksi tulang. Laju sedimentasi dan jumlah sel dan jumlah sel darah putih biasanya normal. Anemia, dikaitkan dengan infeksi kronik,. Abses ini dibiakan untuk menentukan organisme infektif dan terapi antibiotik yang tepat(Brunner & Suddarth, textbook of medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)

G.   PENATALAKSANAAN
Darang yang terkena harus dimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit berapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah. (Brunner & Suddarth, textbook of medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)

H.    TERAPI
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan mengendalikan infeksi. Kultur darah swab dan kultur darah abses dilakukan untuk mengidentifikasi organism dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu paogen. (Brunner & Suddarth, textbook of medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
Pasien yang toksik memerlukan pemberian cairan dan elektrolit intra vena. Anemia menyertainya harus sering di koreksi dengan transfusi darah. Imobilisasi ekstrimitas yang terkenal dengan pembidaian , gips, atau suspense dalam suatu alat ortopedik di anjurkan untuk mengurangi ras sakit dan mencegah fraktur patologi.(ILmu bedah)


 Asuhan keperawatan pada osteomielitis
A.   Pengkajian
Pasien yang dating dengan awitan dengan gejala akut (mis. Nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuh keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan disertai demam sedang. Pasien dikaji adanya risiko (mis. Lansia, diabetes, kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi, atau bedah ortopedi sebelumnya. Osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (Brunner & Suddarth, textbook of medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya imflamasi, pembengkakan nyata, hangat yang nyeri tekan. Cairan purulen dapat di lihat. Pasien akan meningkatkan suhu tubuh. Pada osteomielitis krinik, peningkatan suhu minimal, yang terjadi pada malam dan sore hari.
1.    DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasar pada pengkajian , diagnosa keperawtan dengan osteomielitis dapat meliputi yang berikut:
*      nyeri yang berhubungan dengan imflamasi dan pembengkakan
*      kerusakan mobolitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, alt imobilisasi, dan keterbatasan beban berat badan.
*      Risiko terhadap penyebaran infeksi pembentukan abses tulang
*      Kurang pengetahuan dalam program pengobatan
2.    PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
Sasaran. Sasaran pasien meliputi peredaan nyeri, perbaikan mobilitas fisik dalam batas-bats terapeutik, kontrol dan eradikasi infeks, dan pemahaman program pengobata.
3.    INTERVENSI KEPERAWATAN
Peredaan nyeri, bagian yang terkena harus di iimobilisasi dengan bidai untuk mengurangi ras nyeri dan spasme otot. Perbaikan Mobilitas Fisik, program pengobatan membatai aktivitas.tulang menjadi lemah akibat infeksi dan harus dilindungi dengan alat imobolisasidan penghindaran stres pada tulang. Mengontrol proses infeksi, Perawat memantau respon pasein tehadap terapi antibiotika dan obsevasi pada tempat pemasangan infus adanya bukti flebitis atau infiltrasi.
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawat di rumah, penaganan osteomielitis, termasuk perawatan dan terapi antibiotika intravena, dapat dilakukan di ramah. Pasien harus dengan keadaan stabil dan termotivasi, dan kluarga harus mendukung lingkungan rumah harus kondusif.
Pasien harus di pantau dengan cermat dengan adanya penambahan nyeri atau peningkatan suhu yang meningkat.

4.    EVALUASI
Hasil yang diharapkan
1.      Mengalami perbedaan nyeri
a.     Melaporkan kekurangan nyeri
b.     Tidak mengalami nyeri tekan di tempat yang terinfeksi
c.     Tidak mengalami ketidaknyamanan saat bergerak
2.      Peningkatan mobilitas fisik
a.     Berpartisipasi dalam perawatan-diri
b.     Mempertahankan fungsi penuhekstremitas yang sehat
c.     Memperlihatkan pengguna alat imobilisasai
3.      Tiadanya infeksi
a.     Memeakai antibiotika sesuai resep
b.     Suhu badan normal
c.     Tiadanya pembengkakan
d.     Tiadanya pus
e.     Angka lekosit dan angka laju darah kembali normal
4.      Mematuhi rencan terapeutik
a.     Memakai antibiotika sesuai resep
b.     Mekindungi tulang yang lemah
c.     Memperlihatkan perawatan luka yang benar
d.     Melaporkan bila ada maslah segera
e.     Makan diet tetapi seimbang dengan tinggi protein dan vit c & d
f.        Mematuhi perjajnjian untuak pertemuan selanjutnya
g.     Melaporkan tingkat kekuatan
h.      Tidak melaporkan tingkat tsuhu badan atau kambujan nyeri, pembengkakan, atau gejala lain di tempat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, textbook of medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC
ILmu bedah
Husnul Mubarak, medical indo
Bagian ilmu bedah FKUI/RSCM. 1995. Binarupa aksara
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH, Charlene J. Reeves, Gayle Roux, Robin Lockhart. Salemba medika


No comments:

Post a Comment

Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita

Sistem reproduksi manusia baik pria maupun wanita memiliki struktur organ internal dan eksternalnya masing- masing. Setiap organ dalam sist...