Saturday, July 27, 2013

ASKEP BEDAH PROSTAT



1.    Definisi
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genital pria terletak sebelah inferior buli- buli dan membungkus uretra posterior. Bila mengalami pembesaran, organ ini menyumbat uretra posterior dan bila mengalami pembesaran pada uretra pars prostatika sehingga menyebabkan terhambatnyaaliran urin keluar dari buli- buli.
Bedah prostat biasa dilakukan pada BPH atau kanker prostat. Penatalaksanaan bedah tergantung pada ukuran kelenjar , beratnya sumbatan, penyakit yang mendasari, dan penyakit prostat
2.    Etiologi
Penyebab khusus hiperplasi prostat belum diketahui secara pasti, beberapa hipotesis menyatakan bahwa gangguan ini ada kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrostesteron (DHT) dan proses penuaan.
Hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasi prostat adalah:
a.    Adanya perubahan keseimbangan antara hormon tostesteron dan estrogen pada usia lanjut
b.    Peran faktor pertumbuhan sebagai pemicu  peretumbuhan stroma kelenjar prostat.
c.    Meningkatnya lama hidup sel- sel prostat karena kekurangan sel yang mati.
d.    Teori sel sistem menerangkan bahwa terjadi poliferasi abnormal sel sisitem sehingga menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.
3.    Klasifikasi
A.   Reseksi Trans Urethra
ü  Penyebab: Pembesaran lobus tengah yang melingkari urethra
ü  Lokasi insisi : Tidak diinsisi, pengankatan lewat urethra.
ü  Pipah drainase : kateter foley tiga jalur dilengkapi kantong 30 ml pada urethra, irigasi terus- terus untuk selama 24 jam.
ü  Spasmus kandung kemih : ya.
ü  Pembalut : tidak ada.
ü  Komplikasi- komplikasi : pendarahan, keracunan air, inkontinen.
B.   Reseksi supra pubis
ü  Penyebab : terdapat masa yang besar yang menjadi sumbatan jaringan
ü  Lokasi Insisi : insisi pada garis tengah bawah abdomen lewat kandung kencingke kelenjar prostat
ü  Pipah Drainase : pipah cystostomi atau drain melewati insisi; kateter foley dilengkapi kantong 30ml pada urethra
ü  Spasmus Kandung Kemih : ya
ü  Pembalut : pembalut pada abdomen, yang mudah basah karena drainase urine
ü  Komplikasi- komplikasi : pendarahan, infeksi luka.
C.   Reseksi retropubis
ü  Penyebab: masa yang besar terdapat pada bagian atas pelvis
ü  Lokasi Insisi : Insisi pada garis tengah bawah abdomen ke kelenjar prostat kandung kencing tidak ditoreh
ü  Pipah Drainase : kateter foley dilengkapi kantong 30ml pada urethra, irigasi terus- terus untuk selama 24 jam
ü  Spasmus Kandung Kemih : sedikit
ü  Pembalut : pembalut pada abdomen; tidak ada drainase urine
ü  Komplikasi- Komplikasi : pendarahan, infeksi luka
D.   Reseksi Perineal
ü  Penyebab : Masa besar berlokasi dibagian pelvis bawah
ü  Lokasi Insisi : Insisi diantara scrotum dan rectum
ü  Pipah drainase : kateter foley dilengkapi kantong 30 ml pada urethra
ü  Spasmus kandung kemih : sedikit
ü  Pembalut : pembalut perineal, tidak terdapat drainase urine
ü  Komplikasi- komplikasi : pendarahan, infeksi luka
E.    Reseksi perineal Radikal
ü   Penyebab : Kanker kelnjar prostat
ü  Likasi Insisi : Insisi besar pada perineum diantara scrotum dan anus
ü  Pipah Drainase : kateter foley dilengkapi kantong 30ml pada urethra; drain pada waktu insisi
ü  Spasmus kandung kemih : sedikit
ü  Pembalut : pembalut perineal drainase urine
ü  Komplikasi- komplikasi : Inkontinen urine : infeksi luna, impoten, sterilitas

5.    Tanda dan gejala
A.   Gejala Obstruksi
1.    Hesintansi (sulit memulai miksi)
2.    Pancaran miki lemah
3.    Intermitan
4.    Miksi tidak puas
5.    Menetes setelah miksi
6.    Obstruksi uretra
7.    Sakit pinggang bawah
8.    Hematuria
9.    anemi
B.   Iritasi
1.    Frekuensi
2.    Nokturi
3.    Urgensi
4.    Disuria
6.    Prosedur Diagnostik
Prosedur Pembedahan:
A.   Reseksi transuretra prostat (TUR atau TURP) lebih umum dilakukan tanpa insisi melalui penggunaan alat endoskopi.
B.   Open Prostektomi:
ü  Suprapubik, insisi pada daerah suprapubik dan melalui dinding kandung kemih; sering dilakukan pada BPH.
ü  Perineal, insisi antara skrotum dan daerah rektal; dilakukan bagi pasien dengan resiko pembedahan yang buruk tetapi resiko tinggi insidensi inkontinensia urine dan impotensi.
ü  Retropubik, insisi pada daerah simpisi pubisresiko fungsi seksual 50% pasien
7.    Komplikasi
ü  Inkontensia urine
ü  Ejakulasi retrograt
ü  Infeksi luka operasi
ü  Sumbatan urinaria dan infeksi
ü  Perdarahan
ü  Tromboplebitis dan emboli pulmonal
8.    Terapi pentalaksanaan keperawatan
Kolaborasi dengan dokter :
ü  Reseksi radikal dari prrostat
ü  Radiasi
ü  Terapi hormonal
9.    Asuhan Keperawatan
Asuhan Kepeerawatan Praopersi
a.       Jelaskan prosedur dan perawatan pascaoperasi, meliputi drainase kateter, irigasi, dan pemantauan hematuria.
b.      Diskusikan komplikasi pembedahan dan bagaimana koping pasien:
·         Inkontinens urine selama lebih dari 1 tahun sesudah pembedahan, latihan kegel akan membantu mengontrol urinaria.
·         Ejakulasi retrograd, cairan akan masuk ke dalam kandung kamih dan keluar melalui urine daripada melalui urethra selam hubungan intim; kadang terjadi impoten sebagai komplikasi open prostectomy.
c.       Penatalaksanaan fecal sesuai resep, atau instruksikan pasien mengatur BABdi rumah dan puasa sesudah jam 12 malam.
d.      Penatalaksanaan kardiak secara optimum, respiratori, dan sistem sirkulasi untuk menurunkan resiko komplikasi.
e.       Pemberian propilaktik antibiotik sesuai dengan resep.
A.   Pengkajian
1.    Status pernafasan
Kaji frekuensi, kedalaman, dan pola nafas, suara napas
2.    Status sirkulasi dan kehilangan darah
Tekanan darah arteri atau vena sentral, dan tanda- tanda vital, warna, serta suhu kulit dan keluaran urin
3.    Nyeri
Pengkajian lokasi dan intensitas nyeri sebelum dan sesudah pemberian preparat analgesik.
4.    Drainase Urine
Pengkajian dan pemantauan keluaran dan drainase urine dari selang yang dipasang dalam hal jumlah, warna, dan tifenya.
B.   Diagnosa keperawatan
1.    Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan prosedur pembedahan dan pemasangan kateter urine ditandai dengan
a.    DS: Status Pembedahan
b.    DO: terdapat luka operasi dan kateter
2.    Risiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan, imobilitas, dan pemasangan kateter urine ditandai dengan:
a.    DS: Status Pembedahan
b.    DO: imobilitas, terpasang kateter, dan terdapat luka operasi.
3.    Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan ditandai dengan:
a.    DS: Laporan adanya nyeri pada luka opersi
b.    DO: Adanya luka operasi serta ekspresi wajah meringis dan . menahan sakit.
4.    Cemas berhubungan dengan inkontinensia urine, disfungsi seksual ditandai dengan:
a.    DS: Pasien banyak bertanyamengenai kondisi kesehatannya.
b.    DO: Inkontinensia urine dan gangguan ereksi.
C.   Perencanaan
ü  Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan prosedur pembedahan dan pemasangan kateter urine.
1.    Tujuan : Fasilitasi drainase urine
2.    Rencana Tindakan : Atur kepatenan lokasi kateter uretra sesudah pembedahan
3.    Implementasi :
a.    Memonitor penutup aliran irigasi three-way dan sistem drainasejika digunakan.
b.    Melakukan irigasi manual 50ml cairan irigasi dengan menggunakan teknik aseptik.
c.    Cegah overdistensi kandung kemih, karena dapat menyebabkan perdarahan.
d.    Berikan antikolinergik sesuai anjuran untuk mengurangi spasme kandung kemih
ü  Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan, imobilitas, dan pemasangan kateter urine.
1.    Tujuan : Pencegahan infeksi
2.    Rencana Tindakan :
3.    Implementasi ;
ü  Nyri berhubungan dengan prosedur pembedahan
1.    Tujuan :
2.    Rencana Tindakan :
-          Penatalaksanaan pengobatan nyeri atau monitor PCA sesuai petunjuk.
-          Atur posisi untuk kenyamanan
-          Pelaksanaan BAB yang lunak
-          Pastikan kateter berada pada paha dan tuba
3.    Implementasi :
-          Melaksanakan pengobatan nyeri atau memonitor PCA
-          Mengatur posisi untuk kenyamann dan memberi tahu pasien untuk mencegah ketegangan
-          Melaksanakan BAB yang lunak untuk mencegah ketidaknyamanan dan konstipasi.
-          Memastikan kateter tetap pada paha dan tuba supaya tidak menyebabkan nyeri dan perdarahan.
ü  Cemas berhubungan dengan inkontinensia urine, disfungsi seksual
1.    Tujuan : hilangkan cemas
2.    Rencana Tindakan :
a.    jelaskan keadaan yang sebenarnya tentang ketidaknyamanan pascabedah
b.    Pastikan pasien bahwa inkontinensia urinaria, frekuensi berkemih, mendadak berkemih, dan disuria dapat terjadi sesudah kateter dilepas.
c.    Ajarkan ukuran untuk mengontrol urinaria
3.    Implementasi:
a.    - Memberitahukan pasien untuk tidak berhungan badan, mangatur BAB, tidak mengangkat barang berat, tidak duduk terlalu lama selama 6-8 minggu sesudah pembedahan, sampai terjadi penyembuhan fosa prostatik.
-Memberikan nasihat kontrol ssudah pengobatan, sebab striktur uretra dapat terjadi dan pertumbuhan kembali prostat sesudah TURP.
b. -Jika pasien kembali ke rumah dengan kateter, kateter akan dilepas sekitar tiga minggu ketika sistogram menunjukkan kesembuhan.
- Mendiskusikan pemakaian produk absorben untuk menampung urine.
- Memberikan nasihat bahwa inkontinensia dapat terjadi ketika terjadi peningkatan tekanan abdominal, sseperti saat batuk, tertawa, dan tegang.
c. – Menganjurkan pasien untuk berimajinasi mengenai adanya telur didalam rektum, serta lemaskan dan kencnagkan otot untuk memecahkannya dengan posisi menahan, kemudian relaksasi. Pemakaian otot abdomenal akan meningkatkan inkontinensia.
- memberitahu pasien agar berhenti mengeluarka kencing. Sambil menahan selama beberapa detik. Mempraktikan 10-20 kali sejam sambil menahan.
5.    Evaluasi
1.    Diagnosa 1:  Drainase berwarna kuning jernih melalui kateter
2.    Diagnosa 2 : Insisi tanpa drainase; tidak demam
3.    Diagnosa 3 : Menunjukkan penyembuhan nyeri yang baik
4.    Diagnosa 4 : menunjukkan harapan yang nyata untuk berkemih dan fungsi seksual.

Daftar Pustaka
Brunner & suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. Buku kedokteran
C.Long,Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung. Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Swearingen. 2000. Kerawatan Medikal Bedah. Jakarta. Buku Kedokteran
Nursalam. 2006. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Perkemihan. Jakarta :Salemba Medika
Arthur C. Guyton, dkk. 2006. “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”. Edisi 9. Jakarta : EGC


Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita

Sistem reproduksi manusia baik pria maupun wanita memiliki struktur organ internal dan eksternalnya masing- masing. Setiap organ dalam sist...