Thursday, April 18, 2013

ASKEP LABIRINITIS


PENGERTIAN LABIRINITIS
Labirinitis adalah suatu proses radang yang melibatkan mekanisme telinga dalam. Terdapat beberapa klasifikasi klinis dan patologik yang berbeda. Proses dapat akut atau kronik, serta toksik atau supuratif. Labirinitis toksik akut disebabkan suatu infeksi pada struktur di dekatnya, dapat pada telinga tengah atau meningen tidak banyak bedanya. Labirinitis toksik biasanya sembuh dengan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular. Hal ini diduga disebabkan oleh -produk toksik dari suatu infeksi dan bukan disebabkan organisme hidup. Labirinitis supuratif akut terjadi pada infeksi bakteri akut yang meluas kedalam struktur-struktur telingan dalam. Yang terakhir, labirinitis kronik dapat timbul dari berbagai sumber  dan dapat menimbulkan suatu hidrops endolimfatik atau perubahan-perubahan parologik yang akhirnya menyebabkan sklerosis labirin. Peyakit ini merupakan komplikasi otitis media supuratif kronik. Bakteri masuk kedalam labirin melalaui kanalikuli didalam tulang, hematogen atau limfogen.
Paling sering melalui destruksi tulang oleh kolesteatom dan merusak labirin vestibular. Bila mengenai seluruh labirin disebut labirinitis umum dengan gejala vertigo berat dan tuli saraf berat. Jika infeksinya terbatas akan menimbulkan labirinitis lokal dengan gejala vertigo yang ringan
Daftar Pustaka :           
Adams, George L, editor. Buku Ajar Penyakit THT.  Jakarta : EGC, 1997

GEJALA KLINIS
Mula-mula hanya dapat gangguan keseimbangan dan tuli saraf ringan pada keadaan yang lebih lanjut terdapat vertigo yang berat disertai nausea dan muntah dan terdapat nistagmus horizontal. Pada tes fistula denagn menekan tragus atau memompa balon siegel maka penderita akan merasa pusing atau rasa berputar. Kadang-kadang dengan pemberian obat tetes telinga akan menimbulkan keluhan vertigo. Tes pendengaran dengan garputala didapatkan tuli saraf.
Pada pemeriksaan radiolologik selain tanda masloiditis juga tampak fistel labirin pada kanalis semisirkularis horizontal.

PENATALAKSANAAN
Penderita segera dirujuk ke Rumah Sakit untuk :
1.   Operasi menghilangkan infeksi telinga tengah dan menutup fistel
2.   Pemberian antibiotika spektrum luas, yang baik untuk kuman aerob dan anaerob
3.   Obat simtomatis, anti vertigo
4.   Adaptasi dalam rangka rehabilisasi
Daftar Pustaka :
dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, dr. H. Fachri Hadjat,Prof. & dr. H. Nurbaiti Iskandar,editor. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga-Hidung-Tenggorokan. Balai penerbit FKUI, Jakarta, 1992

ETIOLOGI
Secara etiologi labirinitis terjadi karena penyebaran infeksi ke ruang perlimfa. Terdapat dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronikdifus. Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan pada labirin supuratif dengan invasi sel radang ke labirin., sehingga terjadi kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosa dan osifikasi. Pada kedua jenis labirinitis tersebut operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang – kadang diperlukan juga drenase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat terutama ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik.
Daftar Pustaka :
Cody. D. Thane R, editor. Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan. Jakarta : ECG, 1991
KLASIFIKASI
Fistula labirin dan labirinitis
Otitis media supuratif kronis terutama yang dengan kolesteatom, dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada bagian vestibuler labirin, sehingga terbentuk fistula. Pada keadaan ini infeksi dapat merusak, sehingga terjadi labirinitis dan akhirnya akan terjadi komplikasi tuli total atau meningitis.
Adanya fistula di labirin dapat diketahui dengan tes fistula, yaitu dengan memberikan tekanan udara positif ataupun negativ ke liang telinga melalui otoskop siegel dengan corong telinga yang kedap atau balon karet dengan bentuk elips pada ukungnya yang dimasukkan ke dalam liang telinga. Balon karet dipencet dan udara di dalamnya akan menyebabkan perubahan tekanan udara di liang telinga. Bila fistula yang terjadi masih paten maka akan terjadi kompresi dan ekspansi labirin membran. Tes fistula positif akan menimbulkan nistagmus atau vertigo. Tes fistula bisa negatif, bila fistulanya sudah tertutup oleh jaringan granulasi atau bila labirin sudah mati. Pemeriksaan radiologik tomografi atau CT scan yang baik kadang-kadang dapat memperlihatkan adanya fistula labirin yang biasanya ditemukan di kanalis semisirkularis horizontal.
Pada fistula labirin atau labirintis, operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dan menutup fistula, sehingga fungsi telinga dalam dapat pulih kembali. Tindakan bedah harus adekuat, untuk mengontrol penyakit primer. Matriks kolesteatom dan jaringan granulasi harus diangkat dari fistula sampai bersih dan daerah tersebut harus segera ditutup denagn jaringan ikat atau sekeping tulang/tulang rawan.
Labirinitis
Labirinitis yang mengenai seluruh seluruh bagian labirin, disebut kabirintitis umum (general), denagn gejala vertigo bearat dan tuli saraf berat, sedangkan labirinitis yang terbatas (labirinitis sirkumskripta) menyebabkan terjadinya vertigo saja atau tuli saraf saja. Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran infeksi ke ruang perilimfa. Terdapat dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus.
Pada labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin, sehingga terjadi kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi. Pada kedua labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi dari telinga tengah. Kadang-kadang diperlukan juga drenase nanah dari labirin untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotik yang adekaut terutama ditunjukan kepada pengobatan otitis media kronik dengan/tanpa kolesteatom.
Labirinitis serosa difus
Labirinitis serosa difus seringkali terjadi sekunder dari labirinitis sirkumskripta atau dapat terjadi primer pada otitis media akut. Masuknya toksin atau bakteri melalui tingkap bulat, tangkap lonjong, atau melalui erosi tulang labirin. Infeksi tersebut mencapai end oesteum melalui saluran darah. Diperkirakan penyebab labirinitis serosa yang paling sering adalah absorbs produk bakteri di telingan dan mastoid ke dalam labirin.
Bentuk ringan labriniitis serosa selalu terjadi pada operasi telinga dalam, misalnya pada operasi fenestrasi, terjadi singkat, dan biasanya tidak menyebabkan gangguan pendengaran.
Kelainan patologiknya seperti imflamasi non purulen labirin. Pemeriksaan histologik pada potongan labirin menunjukkan infiltrasi seluler awal dengan eskudat serosa atau serofibrin.
Gejal dan tanda serangan akut labirinitis serosa difus adalah vertigospontan dan nistagmus rotatoar, biasanya ke arah telinga yang sakit. Kadang-kadang disertai mual dan muntah, ataksia dan tuli saraf. Labirinitis serosa difusa yang terjadi sekunder dari labirinitis sirkumskripta mempunyai gejala yang serupa tetapi lebih ringan, akibat telah terjadi kompensasi. Tes fistula akan positif kecuali bila fistulanya tertutup jaringan. Ada riwayat gejala labirinitis sebelumnya, suhu badan normal atau mendekati normal.
Pada labirinitis serosa ketulian bersifat temporer, biasanya tidak berat, sedangkan pada labirinitis supuratif terjadi tuli saraf total yang permanen. Bila pada labirinitis serosa ketulian menjadi berat atau total, maka mungkin telah terjadi perubahan menjadi labirinitis supuratif. Bila pendengaran masih tersisa sedikit di sisi yang sakit, bararti tidak terjadi labirinitis supuratif difus. Ketulian pada labirinitis serosa difus harus dibedakan dengan ketulian pada panyakit non inflamasi labirin dan saraf ke VIII. Prognosislabirinitis serosa  baik, dalam arti menyangkaut kehidupan dan kembalinya fungsi labirin secara lengkap. Tatapi tuli saraf temporer yang berat dapat mejadi tuli saraf yang permanen bila tidak diobati dengan baik.
Pengobatan pada stadium akut yaitu pasien harus tirah baring (bed rest) total, diberikan sedative ringan. Pemberian antibiotika yang tepat dan dosis yang adekuat. Drenase telinga tengah harus dipertahankan. Pembedahan merupakan indikasi kontra. Pada stadium lanjut dari OMA, mungkin diperlukan mastoidektomi sederhana (simpel) untuk mencegah labriniitis serosa. Timpanomastoidektomi diperlukan bila terdapat kolesteatom dengan fistula.

Labirinitis supuratif akut difus
Labirinitis supuratif akut difus, ditandai dengan tuli total pada telinga yang sakit diikuti dengan vertigo berat, mual, muntah, ataksia dan nistagmus spontan ke arah telinga yang sehat.
Labirinitis supuratif akut difus dapat merupakan kelanjutan darilabirinitis serosa yang infeksinya masuk melalui tingkap lonjong atau tingkap bulat. Pada banyak kejadian, labirinitis ini terjadi sekunder dari otitis media akut maupun kronik dan mastoidititis. Pada beberapa kasus abses subdural atau meningitis, infekasi dapat menyebar ke dalam labirin dengan atau tanpa terkenanya telinga tengah, sehingga terjadi labirinitis supuratif. Kelainan patologik terdiri dari infiltrasi labirin oleh sel-sel leukosit polimorfonuklear dan destruksi struktur jaringan lunak. Sebagian dari tulang labirin nekrosis, dan terbentuk jaringan granulasi yang dapat menutup bagian tulang yang nekrotik tersebut. Keadaan ini akan menyebabkan terbentuknya sekuestrum, paresis fasialis, dan menyebabkan infeksi ke intrakranial.
Mual, muntah, vertigo dan ataksia dapat berat sekali bila awal dari perjalanan labirinitis supuratif tersebut cepat. Pada bentuk yang perkembangannya lebih lambat, gejala akan lebih ringan oleh karena konpensasi labirin yang sehat. Terdapat nistagmus horizontal rotatoar yang komponen cepatnya mengarah ke telinga yang sehat. Dalam beberapa jam pertama penyakit, sebelum seluruh fungsi labirin rusak, nistagmus dapat mengarah ke telingan yang sakit. Jika fungsi koklea hancur, akan mengakibatkan tuli saraf total permanen.suhu badan normal atau mendekati normal,bila terdapat kenaikan, mungkin disebabkan oleh otitis media atau mastoiditis. Tidak terdapat rasa nyeri. Bila terdapat, mungkin disebabkan oleh lesi lain, bukan oleh labirinitis.
Selama fase akut, posisi pasien sangat khas. Pasien akan berbaring pada sisi yang sehat dan matanya mengarah ke sisi yang sakit, jadi ke arah komponen lambat nistagmus. Posisi ini akan mengurangi perasaan vertigo.
Tes kalori maupun tes rotasi tidak boleh dilakukan selama fase akut, sebab vertigo akan diperhebat. Diagnosis ditegakkan dari riwayat penyakit, tanda dan gejala labirinitis dengan hilangnya secara total dan permanen fungsi labirin. Pemeriksaan Rontgen telinga tengah, os mastoid  dan os petrosus mungkin menggambarkan sejumlah kelainan yang tidak berhubungan dengan labirin. Bila dicurigai terdapat irtasi meningeal, maka harus dilakukan pemeriksaan cairan spinal.
Labirinitis supuratif akut difus tanpa komplikasi, prognosis ad vitamin baik. Dengan anti biotika mutahir komplikasi meningitis dapat sukses diobati, sehingga harus dicoba terapi medikamentosa dahulu sebelum tindakan operasi. Bila terjadi gejala dan tanda komplikasi intrakranial yang menetap, walaupun telah diberikan terapi adekuat dengan antibiotika, drenase labirin akan member prognosis lebih baik daripada  bila dilakukan tinadakan operasi radikal. Diperlukan tirah baring total selama fase akut,yang dapat berlangsung sampai 6 minggu. Perbaikan terjadi bertahap, mulai dari hari pertama. Sedativ ringan mungkin diperlukan pada periode awal. Fenobarbital 32 mg (1/2 grain) yang diberikan 3xsehari, biasanya cukup memuaskan.
Dosis antibiotika yang adekuat harus diberikan selama suatu periode baik untuk mencegah komplikasi intrakranial, maupun untuk mengobati labirinitisnya. Harus dilakukan kultur untuk identifikasi kuman dan untuk tes sensitivitas kuman. Antibiotika penisilin harus segera diberikan sebelum hasil tes resistensi didapat, jika alergi terhadap penisikin dapat diberikan tetrasiklin, dengan dosis tinggi secara parenteral. Respons klinik lebih utama daripada hasil tes sensitivitas kuman dalam menentukan jenis antibiotika. Dengan adanya sisa pendengaran walaupun sedikit, menandakan masih berfungsinya labirin, dan menjadi indikasi kontra operasi. Drenase, atau membuang sebagian labirin yang rusak, dilakukan bila terdapat komplikasi intrakranial dan tidak memberi respons terhadap pengobatan dengan antibiotika.
Labirinitis kronik (laten) difus
Labirinitis supuratif stadium kronik atau laten dimulai, segera sesudah gejala vestibuler akut berkurang. Hal ini mulai dari 2-6 minggu sesudah awal periode akut.
Patologi. Kira-kira akhir minggu ke X setelah serangan akut telinga dalam hampir seluruhnya terisi oleh jaringan granulasi. Beberapa area infeksi tetap ada. Jaringan granulasi secara bertahap berubah menjadi jaringan ikat dengan pemulaan klasifikasi. Pembentukan tulang baru dapat mengisi penuh ruangan-ruangan labirin dalam 6 bulan sampai beberapa tahun pada 50% kasus.
Gejala. Terjadi tuli total disisi yang sakit. Vertigo au sampai sisa labirin yang berfungsi dapat mengkompensasinya. Tes kalori tidak menimbulkan respons disisi yang sakit dan tes fistula pu negativ, walaupun terdapat fistula.
Pengobatan. Terapi lokal harus ditunjukan ke setiap infeksi yang mungkin ada.
Drenase bedah atau eksenterasi labirin tidak diindikasikan, kecuali suatu fokus dilabirin atau daerah perilabirin telah menjalar atau dicurigai menyebar ke struktur intracranial dan tidak memberi respons terhadap terapi antibiotika.
Bila ada indikasi dapat dilakukan mastoidektomi. Bila dicurigai ada fokus infeksi dilabirin atau di os petrosus, dapat dilakukan drenase labirin dengan salah satu operasi labirin.
Setiap skuestrum yang lepas harus dibuang, harus dihindari terjadinya trauma N VII. Bila saraf fasial lumpuh, maka harus dilakukan dekompersi saraf tersebut. Bila dilakukan operasi tulang temporal, maka harus diberikan antibiotika sebelum dan sesudah operasi.
Daftar Pustaka :
Prof. dr. Arjatmo tjokronegoro, Phd, Sp. FK. And. & dr. Hendra Utama, Sp. Fk,editor. Petunjuk Penting Pada Penyakit Hidung-Telinga-Tenggorokan.Penerbit FKUI, Jakarta.1990


FATOFISIOLOGI
Membran labyrinth adalah sutu sistem yang tertutup dan dipenuhi dengan endolymp. Kelainan yang terjadi pada labyrinth berupa penyakit meniere atau fluctuant hearing loss akibat produksi yang berlebihan atau kurangnya absorbs dari endolymph.
Pada menieres terjadi peningkatan tekanan pada endolymph sehingga penglihatan seperti berputar dan bila lanjut dapat menyebabkan hilangnya pendengaran.
Pada fluctuant hearing loss terjadi gangguan pendengaran yang hilang timbul. Faktor predisposisi fluctuant hearing loss adalah kurangnya sirkulasi, misalnya :
1.   DM Hyperlipoproteinemi
2.   Intake garam meningkat
3.   Alergi, perokok dan syphilis



ASKEP LABIRINITIS
PENGKAJIAN LABIRINITIS
Data Subjektif :
1.   Vertigo
2.   Tinitus
3.   Nausea dan vomitus
4.   Nistamu
5.   Keadaan yang menimbulkan serangan
6.   Hilangnya pendengaran
7.   Nyeri
8.   Berkeringat dan pucat
Data Obyektif :          
1.   Vomitus
Tes Diagnosis :
2.   Audiometri
3.   Elektronystamografi
4.   Caloric test
DIAGNOSA PERAWATAN PENY. LABIRINITIS
1.   Gangguan rasa nyaman, nyeri
2.   Perubahan persepsi sensori
3.   Potensial perluakaan
4.   Kurangnya pengetahuan

RENCANA PERAWATAN PENY. LABIRINTITIS
1.   Bedrest
2.   Kolaborasi : anti emetik - antihistamin - antibiotik
3.   Diet rendah garam
4.   Kolaborasi : Vasolidator - diuretik
5.   Operatif :
1.   Labyrinthectmy
2.   Cysurgeri
Daftar Pustaka :
Ati Surya M., Skp,editor. Askep Pasien Dengan Gangguan Sistem Pendengaran. Akper Jendral A. Yani Perpustakaan, 1997

No comments:

Post a Comment

Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita

Sistem reproduksi manusia baik pria maupun wanita memiliki struktur organ internal dan eksternalnya masing- masing. Setiap organ dalam sist...