Tuesday, November 26, 2013

Jalan - jalan ke Jatibarang Indramayu


Bundaran Mangga - Indramayu
mengisi liburan kerja dengan jalan2 ke Indramayu, walau udara nya sedikit panas di bandingkan di Bandung. pemandangan sepanjang jalan, di penuhi dengan buah mangga....

Bundaran Kijang
RS PERTAMINA BALONGAN




Bundaran Perahu

Anatomi Back & Spine


GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN PADA PASIEN PARKINSON


GANGGUAN SISTEM PERSYARAFAN PADA PASIEN PARKINSON
1.      Pengertian parkinson
Penyakit parkinson pertama kali oleh james parkinson tahun 1817, penyakit ini menular manula berkisar antara usia 50 - 60 tahun dan tidak jarang juga pada usia pertengahan. Tidak mengenal jenis kelamin artinya sama kemungkinannya untuk diderita pria dan wanita dan juga tidak mengenal ras dan kelompok orang. (DepKes,1995)
            Penyakit parkinson adalah gangguan neurologik progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur gerakan. Karakteristik yang muncul berupa bradikinesia ( perlambatan gerakan ), tremor dan kekakuan otot. ( brunner &suddarth,2001)
            Penyakit parkinson merupakan penyakit sistem saraf yang paling sering. Penyakit ini disebut juga parkinson idiopati dan paralisis agitan ( yang tidak diam ). Bisa terjadi pada semua suku bangsa dan semua kelas anggota masyarakat. Kelangsungan penyakit bervariasi dari orang yang satu dengan yang lainnya. ( Barbara C. Long, 1996).
            Parkinson ( paralisis agitans ) merupakan penyakit / sindrome pergerakan yang   disebabkan oleh gangguan pada ganglia basalis dan substansia nigra dalam menghasilkan dopamine, ditandai dengan adanya tremor tritmik, brakidinesia, kekakuan otot dan hilangnya refleks-refleks postural. Basal ganglia adalah bagian dari sistem ektrapiramidal dan berpengaruh untuk mengawali, modulasi dan mengakhiri pergerakan serta pengaturan gerakan-gerakan otomatis. ( Tarwoto,2007 ).

2.      Etiologi
Penyebab penyakit parkinson masih belum diketahui, namun kemungkinan disebabkan karena faktor keturunan, trauama, infeksi, pengobatan, terpapar racun, artheroskerosis dan tumor basal ganglia. (Tarwoto,2007).

3.      Klasifikasi penyakit parkinson
Parkinson dapat dibagi menjadi enam bagian berdasarkan proses terjadinya yaitu :  (Tarwoto,2007 )
1)      Parkinson primer ( idiopatik ) dimana penyebabnya tidak diketahui.
2)      Parkinson postencephalitis, penyebab parkinson karena encelepatis.
3)      Parkinson latrogenik, parkinson karena obat-obatan seperti abat psikotropik antipsikotropik.
4)      Parkinson juvenile, parkinson yang terjadi usia dibawah 40 tahun.
5)      Parkinson sekunder, disebabkan karena kerusakan substansia nigra akibat trauma, iskhemik.
6)      Pseudoparkinson (parkinson semu ) merupakan gabungan dari beberapa parkinson seperti pada hipotiroid.
·         Tingkatan Parkinson ( Tarwoto,2007 )
Berdasarkan tanda dan gejalanya tingkatan parkinson dapat dibagi :
1)      Tingkat awal / dini
Pada tingkatan ini pasien masih dapat melakukan tugas sehari-hari tanpa gangguan, terjadi kerusakan pada sebelah tungkai dan lengan, kelemahan sedikit, tangan dan kaki gemetar.
2)      Tingkat ringan sedang
Pada tingkat ini terjadi kerusakan pada kedua tungkai dan lengan, wajah seperti bertopeng, gaya jalan diseret dan pelan. Pada keadaan ini pasen sudah terasa terganggu dan sukar dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3)      Tingkat berat
Pasien terjadi akinesia, rigiditas, dimana pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari sehingga pasien mengalami ketrgantungan penuh.

4.      Pathofisiologi
Perubahan patologi yang terjadi berupa depigmentasi substansi nigra dibasal ganglia,sel-sel di tempat ini akan hilang fungsinya disamping turunnya dopamine akan mempengaruhi hilangnya mekanisme eksitasi dan inhibisi. ( DepKes,1995 )
Lesi utama tampak menyebabkan hilangnya neuron pigmen, terutama neuron didalam substansia nigra pada otak. ( substansia nigra merupakan kumpulan nukleus otak tengah yang memproyeksikan serabut-serabut korpus striatum ).salah satu neurotransmiter mayor di daerah otak ini, dan bagian-bagian lain pada sistem saraf pusat adalah dopamine, yang mempunyai fungsi penting dalam menghambat gerakan pada pusat kontrol fungsi gaerakan. Walaupun normalnya doparmin ada dalam konsentrasi tinggi dari bagian-bagian otak tertentu, pada penyakit parkinson dopamin menipis dalam substansia nigra dan korpus stiatum. Penipisan kadar dopamin dalam basal ganglia berhubungan dengan adanya brakidinesia, kekakuan dan tremor.
Aliran darah selebral regional menurun pada pasien dengan penyakit parkinson, dan ada kejadian demensia yang tinggi. Data patologik dan biokimia menunjukan bahwa pasien dimensia dengan penyakit parkinson mengalami penyakit penyerta alzaimer. ( Brunner & suddarth, 2001 )

5.      Tanda dan Gejala
            Penyebab penyakit parkinson tidak diketahui secara jelas, namun arteriosklerosisi diyakini sebagai faktor penyebab oleh karena beberapa tanda dan gejala dapat dijumpai pada klien dengan arteriosklerotis.
Tanda dan gejala penyakit parkinson ini berkembang secara perlahan - lahan sehingga kadang – kadang klien tidak dapat menjelaskan secara pasti kapan gejala ini mulai dirasakan. ( DepKes,1995 )
            Tanda dan gejala yang paling utama pada penyakit parkinson adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural. Tanda awal meliputi kaku ekstremitas dan kemudian kaku seluruh gerakan. Pasien mempunyai kesukaran dalam memulai, mempertahankan, dan akan membentuk aktivitas motorik dan pengalaman lambat dalam menghasilkan aktivitas normal. Apabila penyakit parkinson ini berlanjut maka akan timbul tremor, seringkali pada salah satu tangan dan lengan, kemudian kebagian yang lain, dan akhirnya kebagian kepala, walaupun tremor ini tetap unilateral.
Karakteristik tremor berupa : lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar sebuah pil diantara jari-jari.keadaan ini meningkat bila pasien sedang berkonsentrasi atau merasa cemas, dan muncul pada pasien istirahat.
Karakteristik lain penyakit ini mempengaruhi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Terdapat kehilangan ayunan tangan norml. Akhirnya ekstremitas kaku dan menjadi terlihat lemah. Karena hal ini menyebabkan keterbatasan otot, wajah mengalami sedikit ekspresi dimana saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata ), raut wajah yang ada muncul sekilas.
            Seringkali pasien ini memperlihatkan tanda-tanda depresi, depresi ini belum ditetapkan apakah depresi sebagai reaksi terhadap gangguan atau berhubungan dengan abnormalitas biokimia.manisfestasi mental muncul dalam penurunan kognitif, persepsi dan penurunan kognitif, persepsi dan penurunan ingatan (memori). Komplikasi dari imobilisasi ( pneumonia, infeksi saluran kemih ). (Brunner & suddarth, 2001 )
Tanda dan gejala dari penyakit parkinson : (Brunner & suddarth, 2001 )
·         Kepala membungkuk kedepan
·         Tremor kepala dan tangan
·         Gerakan tangan pil
·         Cara berjalan dengan kaki terseret dan seperti didorong
·         Berdiri kaku
·         Ekspresi wajah seperti topeng
·         Postur tubuh membungkuk
·         Kehilangan berat badan
·         Mengeluarkan air liur
·         Tanda dan gejala dari  penyakit parkinson adalah :
a)      Rigiditas ( kekakuan )
Rigiditas selalu ada pada pasien parkinson yaitu dengan meningkatnya tonus otot. Baik otot flekstor maupun ekstresorberkontraksi dengan kuat yang menunjukan gangguan kelompok-kelompok inhibitor yang bersesuaian. Rigiditas tampak pada wajah seperti topeng karena terbatasnya mimik, kedip mata u jarang, sikap tubuh menjadi agak membungkuk, lengan dan tungkai berada pada keadaan fleksiringan, jalan dengan langkah kecil-kecil.
b)      Tremor ( terutama pada saat istirahat )
Tremor disebabkan karena kontraksi yang berganti-ganti secara teratur (empat sampai enam siklus perdetik )dari otot-otot antagonis. Tremor makin bertambah jika pasien lelah dan mengalami ketegangan emosi. Tremor terjadi pada jejari tangan,sendi-sendi metakarpo-falangisi, kepala mengangguk –angguk atau menggeleng-geleng.
c)      Bridikinesia dan akinesia
Bradikinesia ditandai dengan kelambanan yang abnormal pada gerakan –gerakan yang disengaja, sedangkan akinesia ditandai dengan berkurangnya gerakan spontan.
d)     Kerusakan postural, sikap tubuh, gangguan gaya berjalan.
e)      Kerusakan otonom seperti adanya inkontenesia urine, konstipasi, hipotensi orthostatik, berkeringat,kulit berminyak.
f)       Gangguan penglihatan, penglihatan pasien menjadi kabur karena tidak mampu mempertahankan kontraksi otot-otot mata.
g)      Rasa lelah berlebihan dan otot-otot terasa nyeri karena rigiditas.
h)      Gangguan fungsi pernapasan seperti hipoventilasi dan berkurangnya fungsi pembersihan saluran napas.
i)        Perubahan perilaku dan mental, kemungkinan terjadinya dimensia dan kerusakan memori, depresi, menarik diri.
·         Komplikasi (Tarwoto,2007 )
a)      Gangguan motorik
b)      Kerusakan berjalan, keseimbangan dan postur
c)      Gangguan autonom
d)     Demensia
e)      Depresi

6.      Prosedur Diagnostik
Diagnostik awal parkinson mungkin sulit karena pasien jarang memperhatikan ketika gejala muncul. Sering dekat dengan pasien memberitahu perubahan seperti postur bungkuk, lengan kaku, sedikit pincang, atau tremor.
 Perubahan tulisan tangan dapat menjadi petunjuk diagnostik awal. Diagnostik penyakit parkinson selalu dapat dibuat dengan tepat bila ada tremor, kekakuan, dan bradikinesia (gerakan lambat abnormal ). (Brunner & suddarth, 2001 )
            Tidak ada pemeriksaan untuk menegakakan diagnostik pada penyakit parkinson. Pemeriksaan klinis dan anamnese, serta respon pasien tentang pemakaian obat terhadap penyakit dapat memperkuat dengan diagnosa.
Bila terdapat jawaban adanya dementia kronis, CT Scan memperlihatkan sedikit kelambatan pengosongan lambung dan hipomolitas. ( Barbara C.Wong, 1996 )

7.      Terapi dan Penatalaksanaan Keperawatan
Sasaran tindakan adalah untuk meninggikan transmisi dopamin. Terapi obat-obatan mencakup antihistamin, antikolinergik, amantidin, levodopa, uinhibitor monoaminoksidasi (MAO) dan antidepresi.
Antihistamin, yang memiliki efek sedatif dan antikolinergik pusat ringan, dan dapat membantu menghilangkan tremor. (Brunner & suddarth, 2001 )
Terapi antikolinergik, agens-agens antikolinergik ( triheksifenidil, prosiklidin, dan benztropin mesilat )efektif untuk mengontrol tremor dan kekakuan parkinson. Obat – obatan ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan levodopa. Agens ini meniadakan aksi asetikolin pada sistem saraf pusat. Efek samping mencakup penglihatan kabur, wajah memerah, ruam pada wajah, konstipasi, retensi urine, dan kondisi akut. Tekanan intraokular dipantau ketat karena obat-obat ini kontraindikasi pada pasien dengan glukoma sedikit sekalipun. Pasien-pasien dengan hiperplasia prostatik dipantau terhadap adanya tanda-tanda retensi urine. (Brunner & suddarth, 2001 )
Penatalaksanaan keperawatan :  (DepKes,1995 )
a.       Beritahu pasien bahwa obat ini dapat mengurangi perspirasi. Jelaskan bahwa pasien harus menghindari latihan yang keras dan mempertahankan agar tetap dingin selama musim panas untuk menghindari sangat panas.
b.      Beritahu pasien untuk tidak menghentikan minum obat dengan tiba-tiba karena mengakibatkan krisis parkinson.
c.       Beritahu pasien untuk memantau terhadap takikardi atau palpitasi dan melaporkan kondisi lainnya.
Terapi Amantadin Hidrokhlorida, agens-agens antivirus yang digunakan pada awal pengobatan penyakit parkinson untuk menurunkan kekakuan, tremor, dan brakidenisia. Agens ini diperkirakan bekerja melalui pelepasan dopamin dari penyimpanan didalam saraf. Reaksi efek samping terdiri dari gangguan psikiatri (perubahan perasaan hati, konfusi, halusinasi), muntah, adanya tekanan pada epigastrium, pusing, dan gangguan penglihatan. (Brunner & suddarth, 2001 )
            Penatalaksanaan keperawatan : (DepKes,1995 )
a.       Tekankan pentingnya minum obat ini hanya pada dosis yang diresepkan.
b.      Beritahu pasien bahwa minum obat lebih pagi dapat mencegah insomnia.
Terapi Levodopa, Walaupun levodopa bukan untuk pengobatan, tapi ada yang paling menguntungkan diantaranya pasien mulai menyusut dan pengaruh efek samping menjadi lebih berat sepanjang waktu. Konfusi, halusinasi, depresi, dan perubahan tidur dihubungkan dengan lamanya penggunaan agens ini. Pasien mengalami reaksi on-off dimana periode hampir imobilitas (hilangnya efek), berakhir beberapa menit, diikuti oleh kembalinya keefektifan tiba-tiba. (Brunner & suddarth, 2001 )
Penatalaksanaan keperawatan : (DepKes,1995 )
a.       Ajarkan pasien untuk menhindari preparat vitamin atau sereal yang diperkaya vitaminyang mengandung vitamin B6 yang mengurangi keefektifan levodopa.
b.      Ajarkan pasien bahwa diet tinggi protein dapat mempengaruhi keefektifan levodopa.
c.       Instruksikan pasien untuk melaporkan kedutan otot atau kedipan spasmodik karena ini adalah tanda dini kelebihan dosis.
d.      Jelaskan tanda dan gejala krisis parkinson ( mis. Brakinesiatiba-tiba dan makin berat, rigiditas otot dan tremor)
Terapi Derivat Ergoet- Agonis dopamin, agens-agens ini (bromokriptin dan pergolid) dianggap menjadi agonis reseptor dopamin, agens ini bermanfaat bila ditambahkan pada levodopa dan pada pasien yang mengalami reaksi on-off terhadap klinis ringan. Respon pasien terhadap obat ini sangat individual, dan untuk alasan-alasan yang tidak dipahami dengan baik respon terhadap satu agens mungkin lebih baik dari agens lain. (Brunner & suddarth, 2001)
Penatalaksanaan keperawatan : (DepKes,1995 )
a.       Ingatkan pasien untuk menghindari alkohol jika minum obat ini karena pasien akan mengalami kekurangan toleransi.
b.      Bromokriptin dapat menyebabkan vasospasme jari. Ajarkan pasien untuk menghindari pemajanan terhadap dingin dan melaporkan awitan pucat jari atau ibu jari kaki.
Terapi inhibitor MAO, Eldepril obat yang dapat menghambat pemecahan dopamin, sehingga peningkatan jumlah dopamin tercapai. Obat ini juga telah memperhalus fluktuasi dalam fungsi yang terjadi pada penyakit ini;tidak seperti terapi agens lain yang dapat memperlambat progresi penyakit. (Brunner & suddarth, 2001 )
Terapi Antidepresan, trisikilik dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang juga biasa terjadi pada penyakit parkinson. (Brunner & suddarth, 2001 )
·         Penatalaksanaan umum ( tarwoto,2007 )
ü  Physical terapi : mempertahankan gerakan dan sendi, memperbaikicara jalan
ü  Occupational terapi : membantu pasien mempertahankan aktivitas sehari-hari
ü  Psycotherapy : memfasilitasi pasien status mentalnya.
·         Pengobatan ( Tarwoto,2007 )
ü  Trihexyphenidil HCL (Artan )
ü  Bromocryptine mesylate
ü  Levo DOPA
·         Pembedahan ( Tarwoto, 2007 )
ü  Stereotactic thalamotomy : pengangkatan lesi pada ventrolateral nucleus thalamus untuk mengurangi tremor dan rigiditasi.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT PARKINSON
a.       Pengkajian
ü  Data subjektif ( DepKes 1995 )
a)      Pemahaman klien tentang penyakitnya
b)      Cepat lelah
c)      Adanya inkoordinasi
d)     Emosi labil
e)      Sulit membuat keputusan
ü  Data objektif ( DepKes 1995 )
a)      Tremor 
-          Pill rolling motion, gerakan jari seperti memilin kapas
-          Resting tremor : tremor pada saat istirahat
b)      Kekakuan otot
c)      Hipo atau a refleks
d)     Penampilan wajah berubah oleh karena kekakuan otot-otot wajah menyebabkan wajah seperti topeng, kulit berminyak.
e)      Gaya berjalan, khas dimana kaki diseret dan ayunan / lenggak kaku, kadang tidak dapat berhenti sendiri sehingga sering terjadi kecelakaan.
f)       Bicara lambat dan monoton
g)      Drolling atau ngeces
h)      Penurunan / perlambatan respon terhadap berbagai rangsang
i)        Ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari.
ü  Data psikososial ( Tarwoto,2007 )
a)      Emosi pasien
b)      Tanda-tanda depresi dan paranoid
c)      Kerusakan kognitif
d)     demensia
ü  Data penunjang
Test diagnostik pada klien ini tidak ada yang khas dan mutlak tergantung pada penyulit dan komplikasi yang terjadi.


b.      Diagnosa Keperawatan
Hampir setiap pasien dengan gangguan gerakkan mengalami beberapa perubahan fungsi dan dapat mengalami tipe disfungsi perilaku. Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan pasien utama meliputi hal berikut :
§  Resiko terhadap trauma yang berhubungan dengan cara berjalan tidak mantap sekunder terhadap bradikinesis, tremor, dan rigiditas. ( Depkes 1995 )
§  Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot. ( Brunner & suddarth, 2001 )
§  Kurang perawatan diri ( makan, minum, berpakaian, higiene )yang berhubungan dengan tremor dan gangguan motorik. (Brunner & suddarth, 2001 )
§  Konstipasi yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas. (Brunner & suddarth, 2001 )
§  Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, perlambatan dalam proses makan, kesukaran mengunyah dan menelan. (Brunner & suddarth, 2001 )

§  Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara, perlambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah. (Brunner & suddarth, 2001 )
§  Koping tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit. (Brunner & suddarth, 2001 )
c.       Perencanaan dan implementasi (Brunner & suddarth, 2001 )
§  pasien dapat meliputi perbaikan mobilitas.
§  Mencapai kemandirian aktivitas kehidupan sehari-hari
§  Mencapai usus adekuat
§  Mencapai dan mempertahankan kepuasan status nutrisi
§  Pencapaian komunikasi
§  Pengembangan mekanisme koping
-          Implementasi
§  Membantu mencapai tujuan terapi
§  Obat-obatan
d.      Intervensi keperawatan
a)      Resiko terhadap trauma yang berhubungan dengan cara berjalan tidak mantap sekunder terhadap bradikinesis, tremor, dan rigiditas. ( Depkes 1995 )
Intervensi :
1)      Selama ambulasi, anjurkan pasien untuk mengayunkan lengan untuk membantu berjalan dan untuk mengangkat kaki dan mengelevasi ibu jari kaki setiap melangkah untuk membantu agar tidak jatuh.
2)      Instruksikan pasien untuk melangkahi sebuah benda atau garis khayal, yang akan membantu mereka meninggikan kaki mereka dan meningkatkan langkah mereka.
3)      Minta pasien untuk melakukan gerakan-gerakan yang secara khusus sulit ( mis.membalik ).
4)      Ajarkan pasien untuk berjalan dengan jarak yang lebar daripada hanya berputar.
5)      Ajarkan pasien latihan kepala dan leher untuk membantu memperbaiki postur. Ingatkan pasien untuk mempertahankan postur tegak khususnya ketika berjalan.
6)      Anjurkan pasien untuk melakukan latihan rentang gerak dan peregangan setiap hari dan latiahanuntuk kelenturan, kekuatan, dan keseimbangan. Tekankan latihan rutin dan obat sesuai resep untuk menghindari kecacatan.
7)      Anjurkan pasien untuk kadang-kadang berhenti dan memperlambat kecepatan jalan ketika latihan.

b)     Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot. (Brunner & suddarth, 2001 )
Tujuan / kriteria hasil :
·         kesulitan pergerakan berkurang
·         tremor berkurang atau tidak ada
·         pasien dapat melakukan ADL secara mandiri
Intervensi :
-          Latihan. Program latihan  progresif akan meningkatkan kekuatan otot, meningkatkan koordinasi dan ketangkasan, menurunkan kekakuan otot tidak digunakan.
-          Anjurkan pasirn untuk latihan meregang ( regang-tahan-rileks) dapat membantu kehilangan struktur sendi.latihan postural penting untuk melawan kecenderungan kepala dan leher tertarik kedepan dan kebawah.
-          Anjurkan pasien untuk melakukan teknik berjalan,keseimbangan pasien mungkin juga terganggu oleh kekakuan lengan
-          Anjurkan pasien untuk latihan berjalan serupa dengan barisan musik marcing atau suara dengan birama lagu, karena hal ini dapat memberikan rangsangan sensori.
-          Anjurkan pasien untuk mandi hangat dan masase membantu otot-otot rileks pada aktivitas pasif dan aktif dan mengurangi nyeri otot akibat spasme yang mengakibatkan kekakuan.
-          Kaji adanya regeditas, tremor, kesulita pergerakan, bradikinesia setiap 8 jam.
-          Bantu pasien melakukan ambulasi
-          Lakukan ROM aktif
-          Lakukan program pengobatan dan observasi respon obat
c)      Kurang perawatan diri ( makan, minum, berpakaian, higiene )yang berhubungan dengan tremor dan gangguan motorik. (Brunner & suddarth, 2001 )
Tujuan /kriteria hasil :pasien dapat melakukan aktivitas perawatan diri
Intervensi :
-          Ajarkan dan dukung pasien selama aktivitas kehidupan sehari-hari yang dapat meningkatkan perawatan diri.
-          Melakukan modofikasi lingkungan untuk mengomensasi ketidakmampuan fungsi.
-          Pasien mempunyai kesulitan dalam memperbaiki posisi ditempat tidur dan naik atau turun dari tempat tidur,maka dari itu gunakan pagar disekeliling tempat tidur untu memberi bantuan dalam mendorong diri untuk bangun tanpa bantuan orang lain.
-          Bantu pasien seminimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
d)     Konstipasi yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas(Brunner & suddarth, 2001 )
Tujuan /kriteria hasil : membantu pasien agar dapat meningkatkan defekasi
Intervensi :
-          Berikan pasien asupan cairan yang adekuat dan anjurkan pasien untuk peningkatan aktivitas sistem autonom.
-          Anjurkan pasien untuk defekasi secara teratur
-          Dudukan toilet ditinggikan untuk memudahkan aktivitas toiletting karena pasien sukar bergerak dari posisi berdiri keposisi duduk.
e)      Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, perlambatan dalam proses makan, kesukaran mengunyah dan menelan. (Brunner & suddarth, 2001 )
Tujuan / kriteria hasil :
·         memperbaiki nutrisi
·         berat badan meningkat secara bertahap
·         pasien dapat menghabiskan porsi makan
Intervensi :
-          Anjurkan pasien untuk meningkatkan makanan yang bernutrisi
-          Anjurkan pasien untuk menelan secara berurutan
-          Ajarkan pasien untuk meletakan makanan diatas lidah,menutup bibir dan gigi, dan menelan.
-          Anjurkan pasien untuk mengunyah pada satu sisi mulut dan kemudian kesisi lain.
-          Catat intake makanan
-          Berikan makanan yang mudah dikunyah dan ditelan
-          Berikan pengobatan sebelum makan
-          Berikan makan dengan tinggi kalori
f)       Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara, perlambatan bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah. (Brunner & suddarth, 2001 )
Tujuan / kriteria hasil : membantu pasien dalam meningkatkan komunikasi
Intervensi :
-          Pasien diingatkan untuk melihat wajah pendengar, meninggikan cara mengucapkan kata-kata,brbicara dengan kalimat pendek, dan mengambil napas dalam sebelum berbicara.
g)      Koping tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan penyakit. (Brunner & suddarth, 2001 )
Tujuan / kriteria hasil : mendukung kemampuan koping
Intervensi :
-          Dukungan dan sumber bantuan dapat di berikan melalui ketekunan berdoa dan penekanan keluar terhadap aktivitas dengan mempertahankan partisipasi aktif.
-          Anjurkan pasien untuk rutin dalam melakukan fisioterafi, psikoterapi, terapi obat-obatan.
-          Dukung pasien dalam partisipasi kelompok dapat menolong mengurangi depresi yang sering muncul.

e.       Evaluasi keperawatan (Brunner & suddarth, 2001 )
1)      Berupaya menuju peningkatan mobilitas
§  Berpartisipasi dalam program latihan setiap hari
§  Berjalan dengan dukungan lingkungan dasar yang luas, mengayunkan lengan tangan yang disengaja bila berjalan.
§  Meminum obat-obat yang dianjurkan dengan taat.
2)      Mengembangkan perawatan diri
§  Menyediakan waktu untuk perawatan diri
§  Menggunakan alat bantu dalam menolong diri
3)      Mempertahankan fungsi usus
§  Mengkonsumsi cairan yang adekuat
§  Peningkatan asupan diet serat
§  Melaporkan fungsi defekasi reguler
4)      Mendapatkan perbaikan status nutrisi
§  Menelan tanpa tersedak
§  Beristirahat sambil makan


5)      Mencapai metode komunukasi
§  Mengkomunikasikan kebutuhan
§  Mempraktikan latihan berbicara
§  Mengatasi pengaruh penyakit parkinson
§  Menyusun sasaran realistik
§  Memperlihatkan adanya aktivitas yang berarti
§  Mengungkapkan perasaan kepada orang yang tepat



        DAFTAR PUSTAKA
§  Swearingen. 2000. Keperawatan Medikal Bedah edisi 2. EGC : Jakarta.
§  Pusat Pendidikan Departemen Kesehatan. 1995. Askep pada Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. DepKes : Jakarta.
§  Tarwoto,Ns,S.Kep, Dkk.2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Saraf. Cv. Sagung Seto : Jakarta.
§  Barbara C.Long.1996. Perawatan Medikal Bedah. Yayasan IAPK : Bandung.
§  J.G. Chusid. 1982. Correlative Neuroanatomy & Functional Neurology. Lange Medical Publication : Los Altos, California.
§  Bare, Brenda G and Suzanne C. Smeltzer.1997.Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.








           


Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita

Sistem reproduksi manusia baik pria maupun wanita memiliki struktur organ internal dan eksternalnya masing- masing. Setiap organ dalam sist...