Tuesday, June 18, 2013

Photography Girl

lovely photo, photography girl, happy moment, yang penting senyum :)
#ahahahhaha #photography

anajem



narsis ^_^ ahahahahahha

Monday, June 17, 2013

ASKEP TUMOR ADNEKSA

1.Pengertian
Tumor adneksa adalah tumbuhnya jaringan abnormal pada sistem reproduksi yaitu pada tuba fallopi kemudian ovarium dan uterus yang biasanya terjadi bersamaan (Hanifa, 1997 hal 396).
Tumor adneksa merupakan tumor ganas primer di tuba fallopi yang lebih sekunder berasal dari tumor ganas ovarium atau uterus.

2.Anatomi dan Fisiologi
Alat reproduksi wanita dapat dibagi menjadi 2 organ yaitu organ eksterna dan organ interna.
Organ eksterna kita kenal sebagai vulva yang terdiri dari mons veneris, labia mayora, labia minora, klitoris, himen, vestibula dan introitus vagina.
Organ genetalia interna yang terletak di dalam pelvis terdiri dari uterus, ovarium dan tuba fallopi.
Uterus terdiri dari 3 lapisan yaitu endometrium, miometrium dan perimetrium. Uterus terdiri dari 3 bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Fungsi utama uterus adalah untuk menahan ovum yang telah dibuahi dan tempat pertumbuhan janin selama kehamilan.
Ovarium adalah kelenjar berbentuk biji buah kenari terletak di kiri dan di kanan uterus. Ovarium memiliki 3 fungsi : Memproduksi ovum, memproduksi hormon estrogen dan progesteron, serta berperan dalam pengaturan siklus menstruasi.
Tuba fallopi, berjalan di sebelah kiri dan kanan uterus. Fungsi normal tuba fallopi adalah untuk mengantarkan ovum dari ovarium ke uterus juga menyediakan tempat untuk pembuahan.

3.Etiologi
Penyebab tumor adneksa tidak diketahui secara pasti tetapi diduga karena infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, peradangan ini menyebar ke ovarium dan tuba fallopi yang menyebabkan berbagai gangguan dan terjadi pertumbuhan jaringan yang abnormal.

4.Patofisiologi
Tumor adneksa kebanyakan diakibatkan oleh infeksi yang menjalar sampai ke tuba fallopi sehingga menyebabkan perlengketan dan penyempitan yang menyebabkan berbagai macam gangguan dan terjadi pertumbuhan yang ganas. Jenis tumor yang paling sering adalah adenokarsinoma mungkin juga ditemukan endotelioma atau limposarkoma.
Menurut Taymor dan Hertig secara histopatologik adenokarsinoma dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan :
a.Jenis tumor dengan pertumbuhan papiler : tumor belum mencapai otot tuba.
b.Jenis tumor dengan pertumbuhan papillo alvioler : tumor telah memasuki jaringan otot.
c.Jenis tumor dengan pertumbuhan alveo meduller : terlihat mitosis yang atopik dan infasi sel ganas ke saluran limpa.

5.Gambaran Klinik
Pada awalnya penyakit tidak menimbulkan gejala. Mula-mula keluhan samar-samar seperti : perasaan lelah, makan sedikit, terasa cepat kenyang dan sering kembung, kemudian timbul demam dan rasa nyeri pada uterus bagian kiri dan kanan. Diikuti dengan gejala perdarahan pervagina mungkin juga disertai pengeluaran getah vagina yang bercampur dengan darah.

6.Pemeriksaan Diagnostik
a.Pemeriksaan pelvik
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat perubahan pada vulva, vagina dan serviks dengan palpasi organ dalam khususnya ovarium dan permukaan uterus.
b.Test papanicolau
Merupakan pemeriksaan sistologis yang memungkinkan untuk mendeteksi adanya sel yang abnormal dan mendeteksi keganasan tumor pada tahap awal.
c.Ultra sound / USG
Digunakan untuk menentukan lokasi massa tumor
d.Endoskopi
Untuk melihat lapisan dan jaringan disekitarnya secara langsung :
1)Colposcopy : visualisasi vagina dan serviks dibawah kekuatan magnet yang rendah.
2)Culdoscopy : pemasukan culdoskop melalui vagina bagian belakang untuk melihat tuba fallopi dan ovarium.
3)Hysterescopy : pemasukan hyterescopy melalui servik untuk melihat bagian dalam uterus.
4)Biopsi : untuk mengetahui jenis dan keganasan sel.
5)Laboratorium : urine lengkap dan darah lengkap.

7.Pengobatan Medik
Penangana utama yang dianjurkan adalah : TAH + BSO + OM + APP ( Total Abdominal Hysterektomy + Bilateral Salfingo Oophorektimy + Omentektomy + Appendektomi ).
Terapi alternatif : instilasi phospor 32 Radioaktif atau kemoterapi profilaksis, tetapi radioktif hanya dikerjakan pada tumor jenis histology keganasan tertentu.

8.Pencegahan
Sebelum seseorang terkena penyakit yang cukup ganas ini lebih baik melaksanakan tindakan pencegahan dengan cara :
a.Hindari pasangan koitus yang sering berganti.
b.Pemeriksaan pap smear minimal sekali setahun

B.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang pelaksanaannya berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang berbentuk bio, psiko, sosial dan spritual yang komprehensip ditujukan kepada individu, keluarga, masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Proses keperawatan adalah metodologi yang menerapkan pemecahan masalah asuhan keperawatan secara ilmiah.
Langkah-langkah Proses Keperawatan

1.Pengkajian
a.Pengumpulan data :
1)Biodata : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, identitas penanggung.
2)Pengkajian fisik meliputi keadaan umum lemah, nyeri, gelisah, pucat, perdarahan pervagina, HB turun, BB turun.
3)Pemeriksaan penunjang meliputi : laboratorium, dan radiology.
4)Pola kebiasaan sehari-hari : nutrisi, eliminasi, olah raga, istirahat / tidur dan personal hygiene.
5)Pola reproduksi : menarche, durasi haid, teratur tidaknya, siklus haid, riwayat kehamilan persalinan dan nifas.

2.Diagnosa keperawatan
a.Nyeri berhubungan dengan iritasi pada nociseptor ditandai dengan :
Data Subyektif :
Pasien mengeluh nyeri
Data Obyektif :
Ekspresi wajah meringis
Pasien nampak gelisah
b.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan pengeluaran darah dari jalan lahir ditandai dengan:
Data Subyektif : -
Data Obyektif :
Hb menurun
Mukosa nampak pucat
Tekanan darah menurun
c.Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan :
Data Subyektif :
Pasien mengeluh cepat lelah
Data Obyektif :
Keadaan umum nampak lemah
d.Kecemasan berhubungan dengan proses penyakitnya ditandai dengan :
Data Subyektif :
Pasien bertanya tentang penyakitnya
Data Obyektif :
Ekspresi wajah murung
Pasien nampak sulit berkonsentrasi
Sulit berkomunikasi.

3.Perencanaan
Setelah perencanaan data mengenai pasien dan penjabaran tentang masalah pasien serta kebutuhan telah diidentifikasi maka langkah selanjutnya adalah memenuhi kebutuhan tersebut melalui perencanaan yang baik.

a.Nyeri berhubungan dengan iritasi pada nociceptor ditandai dengan :
Data Subyektif :
Pasien mengeluh nyeri
Data Obyektif :
Ekspresi wajah meringis
Pasien nampak gelisah
Tujuan : Nyeri teratasi dengan criteria ekspresi wajah ceria, pasien tidak gelisah, pasien dapat istirahat dengan baik.
Tindakan keperawatan :
1)Istirahat di tempat tidur
Rasional : dengan insirahat akan mengurangi beban kerja tubuh terutama bagian yang rusak.
2)Latihan nafas dalam
Rasional : Meningkatkan sirkulasi sehingga nyeri berkurang.
3)Meletakkan kompres hangat pada daerah nyeri
Rasional : terjadi vasodilatasi yang menghambat impuls nyeri.
4)Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat menekan saraf sehingga nyeri tidak dipersepsikan.

b.Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan pengeluaran darah dari jalan lahir ditandai dengan:
Data Subyektif : -
Data Obyektif :
Hb menurun
Muka nampak pucat
Tekanan darah menurun
Tujuan :Perfusi jaringan adekuat dengan criteria mukosa berwarna merah muda, tanda-tanda vital dalam batas normal.
Tindakan Keperawatan :
1)Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Kekurangan darah akan tercermin pada tanda-tanda vital.
2)Pemeriksaan Hb setiap hari
Rasional : Mengetahui perkembangan Hb setiap hari.
3)Memberikan penyuluhan tentang manfaat transfusi
Rasional : Memberikan pengertian tentang transfusi agar pasien kooperatif dalam perawatan dan pengobatan.
4)Observasi adanya tanda-tanda reaksi anafilaktik.
Rasional : Darah merupakan antigen pada pasien, kemungkinan bisa terjadi reaksi antigen antibody yang menimbulkan shock yang sangat berbahaya.
5)Penyuluhan tentang reaksi yang mungkin timbul akibat transfusi
Rasional : Dengan penyuluhan tersebut pasien dapat melaporkan adanya tanda- tanda reaksi anafilaktik.

c.Gangguan pemenuhan ADL berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan :
Data Subyektif :
Pasien mengeluh cepat lelah
Data Obyektif :
Keadaan umum nampak lemah
Tujuan :
Kebutuhan ADL terpenuhi dengan kriteria nutrisi, eliminasi, personal hygiene terpenuhi.
Tindakan Keperawatan :
1)Kaji tingkat kemampuan pasien beraktifitas
Rasional : Untuk mengidentifikasikan tingkat intervensi yang dibutuhkan pasien.
2)Layani kebutuhan pasien di tempat tidur
Rasional : Agar kebutuhan pasien terpenuhi.
3)Libatkan keluarga dalamperawatan dan pemenuhan kebutuhan pasien.
Rasional : Keluarga dapat berpartisipasi dalam pencapaian kebutuhan ADL pasien dan berpartisipasi dalam program perawatan.

d.Kecemasan berhubungan dengan proses penyakitnya ditandai dengan :
Data Subyektif :
Klien bertanya tentang penyakitnya.
Data Obyektif :
Ekspresi wajah murung
Pasien nampak sulit berkonsentrasi
Sulit berkomunikasi
Tujuan :
Kecemasan berkurang dengan kriteria ekspresi wajah ceria, komunikasi baik dan dapat berkonsentrasi dengan baik.
Tindakan Keperawatan :
1)Bina hubungan saling percaya.
Rasional : Memudahkan pasien mengeluarkan isi hati sehingga beban pasien berkurang.
2)Tunjukkan rasa empati terhadap pasien
Rasional : Rasa empati dapat meningkatkan harga diri.
3)Luangkan waktu untuk berbincang-bincang
Rasional : Dapat meningkatkan harga diri karena pasien merasa diperhatikan.
4)Berikan waktu untuk mengekspresikan perasaan
Rasional : Untuk memperbesar rasa percaya diri pada pasien dalam menghadapi penyakitnya.

4.Implementasi
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana perawatan yang telah ditentukan. Dalam perwujudan tersebut ditangani oleh yang menyusun perencanaan atau didelegasikan kepada orang lain yang dipercaya dalam memberikan tindakan keperawatan serta mampu dan memepunyai kewenangan dalam melaksanakan rencana perawatan.
Ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat dalam melaksanakan implementasi keperawatan :
a.Kemampuan intelektual termasuk kemampuan berpikir kritis.
b.Kemampuan teknik atau keahlian.
c.Kemampuan interpersonal
Disamping itu juga harus memperhatikan prinsip sebagai berikut :
a.Berdasarkan respon pasien.
b.Berdasarkan penggunaan sumber.
c.Sesuai dengan standar profesi.
d.Memiliki dasar hukum dan dasar ilmiah
e.Meningkatkan kerja sama dengan profesi lain
f.Diharapkan dapat meningkatkan daya self care dan self releance dari pasien.
5.Evaluasi
Merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan tercapai atau tidak, yaitu :
a.Apakah nyeri teratasi ?
b.Apakah gangguan perfusi jaringan teratasi ?
c.Apakah gangguan aktifitas teratasi ?
d.Apakah kecemasan teratasi ?
Pada saat evaluasi maka perawat harus melihat kembali pernyataan tujuan dalam rencana keperawatan yang telah ditetapkan.

Sumber:
1.Carpenito, Lynda J, 1998, Diagnosa Keperawatan, Edisi 6, EGC. Jakarta.
2.Depkes, 1999, Indonesia Sehat 2010 ; Visi Baru, Misi, Kebijakan dan Strategi Pembangunan  Kesehatan, Jakarta.
3.Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa, editor, Monica Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta.
4.Guyton, Arthur C, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, ; editor, Irawati Setiawan, Edisi 9, EGC; Jakarta.
5.Hudak, Gallo, 1997, Keperawatan Kritis, Edisi 6, EGC, Jakarta.
6.Hanafi, W, 1997, Ilmu Kandungan, Edisi 2, Bina Pustaka, Jakarta.
7.Pearce, Evelyn C, 1999, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta.
8.Prayetni, 1997, Asuhan Keperawatan Ibu Dengan Gangguan Sistem Reproduksi, Pusdiknakes, Jakarta.

Tindakan Post Debridement




1.   Definisi Debridement
Pengertian debridemen adalah menghilangkan jaringan mati juga membersihkan luka dari kotoran yang berasal dari luar yang termasuk benda asing bagi tubuh.Caranya yaitu dengan mengompres luka menggunakan cairan atau beberapa material perwatan luka yang fungsinya utuk menyerap dan mengangkat bagian-bagian luka yang nekrotik.
(Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.Brunner & Suddarth ,2002.Suzzane C.Smeltzer Brenda G.Bare )

2.   Tujuan dilakukan Debridement
Tujuan dilakukannya debridement yaitu untuk mengeluarkan kontaminan dengan rasa nyeri yang minimal pada pasien serta trauma jaringan yang minimal pula.untuk luka yang kotor,mencelupkan bagian yang cidera ke dalam air yang sama dengan suhu tubuh , dapat meredakan nyeri dan dapat membantu menghilangka debris.
(Manajemen luka Moya J.Morison,2004.EGC)
Debris yang tertahan dan jaringan mati harus dibersihkan dengan tindakan eksisi bedah dan pembersihan mekanis.debridemen mekanis akan dibicarakan kemudian.
Debridemen bedah terdiri atas eksisi jaringan mati, jaringan terkontaminasi hebat dan daerah tidak teratur yang dapat mengganggu penutupan luka. Untuk debridemen ini digunakan skapel tahan karat.
A.  Eksisi Total Luka :metode debridemen paling sederhana dengan melakukan eksisi luka menyeluruh sehingga didapat daerah pembedahan yang luas.Perhatian :eksisi total ini hanya dilakukan untuk luka yang tidak melibatkan organ – organ khusus,Pada tangan dan wajah, dilakukan debridemen selektif. 
 B. Debridement selektif : Pada beberapa situasi, cara terbaik adalah membersihkan luka secara mekanis, kemudian dilakukan debridemen selektif pada semua jaringan mati. Tidak perlu melakukan tes laboratorium untuk melakukan vabilitas jaringan, yang berarti jaringan harus dinilai melalui inspeksi yang cermat. Tanda dari jaringan nekrosis berupa adanya warna abu-abu atau kehitaman dan ketika diinsisi hanya timbul sedikit pendarahan. Semua jaringan mati kecuali jariangan fibrosa, harus dibersihkan.
Tepi luka yang tidak teratur atau robek-robek menunjukan luka hebat jaringan lokal dan harus diratakan. Jika pada evaluasi awal atau selanjutnya, tampak bahwa debrideman akan mencegah penutupan luka tanpa takanan, maka konsultasi dengan seorang ahli bedah. Kulit yang menonjol karena trauma harus dinilai secara seksama apakah terdapat pengisian kapiler dan kongesti vena. Adanya pengisian kapiler yang cepat atau sianosis di daerah tersebut menunjukan adanya obstruksi vena. Bila terdapat batas yang jelas avtara daerah normal dengan abnormal maka bagian yang abnormal harus dieksisi. Jika di daerah perfusi tidak mempunyai batas tegas maka luka harus dibersihkan dan diamati dengan seksama. Konsultasi dengan ahli bedah mungkin diperlukan.
(Perawatan Luka & Penderit Perlukaan Ganda,R.L Walton.MD,W.E Matory,Jr.MD,D.D Trunkey,MD,edisi 2 EGC

3.   Prinsip-prinsip dalam tindakan debridemen pada terapi fraktur terbuka
Pada fraktur terbuka, pemilihan cara-cara pengelolaan fraktura acapkali secara prinsipil dipengaruhi oleh bahaya infeksi, kegagalan penyembuhan luka dan osteomyelitis. Kelambatan penyambungan tulang dan tidak adanya penyambungan lebih sering terjadi pada fraktur terbuka. Kesembuhan luka, disamping penyambungan fraktura dalam posisi yang baik, merupakan suatu tujuan.
Penatalaksanaan debridemen pada luka fraktur terbuka;
Meskipun infeksi pada luka akibat kontaminasi bakteri yang biasanya berlangsung pada saat cedera, namun jaringan mati serta benda asing yang tertinggal di dalam luka merupakan faktor predisposisi terjadinya sepsis. Oleh karena itu, pembedahan segera merupakan indikasi untuk menghilangkan pabulum atau unsur-unsur yang menyebabkan sepsis ini.
Kulit di daerah yang luka dibersihkan secara luas dan diteliti untuk persiapan operasi. Luka ditutup dengan duk steril sehingga cairan yang digunakan untuk mencuci kulit tidak mengalir ke dalam luka. Bulu-bulu pada kulit di sekitar luka harus dicukur. Tepi kulit yang rusak haus dieksisi dengan memperhatikan bahwa kulit sangat penting artinya dan diperlukan bagi kesembuhan luka primer ;bagian tepi yang harus dibuang hanyalah bagian yang sudah hancur dan tidak vital lagi.Insisi pada kulit dan pascia harus cukup panjang sehingga seluruh luka laserasi jaringan yang dalam dapat terbuka. Semua jaringan yang mati dan tidak vital harus dikeluarkan. Otot yang tidak berdarah ketika terpotong atau otot yang tidak mengerut ketika dijepit oleh pinset merupakan otot yang sudah mati dan harus dibuang. Otot yang berdarah tetapi tidak mengerut ketika dijepit mungkin masih hidup, namun semua ujung otot yang robek atau serabut-serabut otot yang terpisah harus digunting engan rapih. Semua benda asing, kecusli pecahan peluru yang tertanam sngat dalam atau sulita dicapai, juga perlu dikeluarkan. Semua tempat yang berdarah haruus dicari dan diikat.
Bagian-bagian yang penting-nervus, tendon, pembuluh-pembuluh darah yang besar dan liganemtum-harus harus dibersihkan secara mekanis ;daerah tendon dan ligamentum yang compang-camping harus di rapihkan sehemat mungkin sedangkan strukturnya dibiarkan.pecahan tulang yang kecil dan sudah terlepas dari jaringan lunak dapat dikeluarkan. Fragmen tulang yang besar, sekalipun sudah terpisah dari bagian lunak harus dibiarkan pada tempatnya. Fragmen tulang yang besar dan mengalami avulsio total harus dicelupkan dengan segera kedalam larutan antibiotik dan dibiakan di dalam larutan tersebut sampai lukanya selesai dipersiapkan untuk tindakan operasi mengembalikan fragmen tulang tersebut. Tulang merupakan struktur yang amat penting. Secara umum, lebih baik membuat kesalahan dengan membuang terlalu sedikit fragmen tulang daripada terlalu banyak. Ujung tulang yang kotor harus dibersihkan secara cermat, kalau perlu dengan menggunakan sikat atau alat curett sehingga kotoran yang terbenam dapat dikeluarkan.
Rongga luka yang telah menjalani debridement harus dibersihkan oleh lvage mekanis, dari dalam ke luar. Dengan larutan garam fisiologis hangat dalam jumlah yang berlebihan. Tindakan lavage akna mengeluarkan kuman-kuman yang mencemari luka dan menghilangkan banyak partikel halus yang sudah terlepas tetapi belum dikeluarkan karena tidak kelihatan.
Preparat antibiotik tidak mencegah terjadinya sepsis luka. Antibiotik tidak memiliki pengaruh atas nekrosis jaringan yang progresif akibat enzim proteolitik dekomposisi hematoma dan jaringan mati. Juga, jaringan mati dalam luka tidak dapat disterilisasi. Pecursor infeksi lokal trsebut harus dilenyapkan dengan tindakan debridement yang memadai.
(Perawatan Dini Penderita Cedera,American College Of Surgeons,yayasan essentia medica 1983 )

4.   Tindakan Debridemen dan posisi terbuka
   1.     Penderita diberi toksoid,ATS atau tetanus human globuli.
         2.        Antibiotika untuk kuman gram positif dan negatif dengan dosis tinggi
         3.   Kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka
         4.    Torniquet disiapkan tetapi tidak perlu ditiup
   5.    Setelah dalam narkose seluruh eksremitas dicuci selama 5-10 menit dan di cukur
       6.    Luka diiirigasi dengan cairan NaCl steril atau air matang 5-10 liter. Luka derajat 3 harus disemprot hingga bebas dari kontaminasi (jet lavage)
        7.    Tindakan desinfeksi dan pemasangan duk (draping)
     8.    Eksisi luka lapis demi lapis. Eksisi kulit, subkutis, fassia, otot. Otot-otot yang tidak vital dieksisi. Tulang-tulang kecil yang tidak melekat pada periosteum dibuang. Fragmen tulang besar yang perlu untuk stabilitas dipertahankan
      9.    Bila letak luka tidak menguntungkan maka untuk reposisi terbuka dibuat insisi baru yang biasa dipergunakan,misalnya fraktur femur dengan fragmen distal menembus dekat lipat paha, untuk reposisi terbuka dipakai approach posterolateral biasa
      10.  Luka fraktur terbuka selalu dibiarkan terbuka dan bila ditutup setelah satu minggu setelah oedema menghilang. Luka untuk reposisi terbuka dijahit primer
       11.  Fiksasi yang baik adalah fiksasi eksterna. Bagi yang sudah berpengalaman dan di rumah sakit dengan perlengkapan yang baik, pengguna fiksasi interna dapat dibenarkan. Bila fasilitas tidak memadai, gips sirkuler dengan jendela atau traksi dapat digunakan dan kemudian dapat diencanakan untuk fiksasi interna setelah luka sembuh (delayed interna fixation). Pemakaian antibiotika diteruskan untuk 3 hari dan bila diperlukan debridement harus diulang.
(Ilmu bedah, 1995.Bina Rupa Aksara,FKUI Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran UI/RS. Dr.CiptoMangun Kusumo)

Monday, June 3, 2013

Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita

Sistem reproduksi manusia baik pria maupun wanita memiliki struktur organ internal dan eksternalnya masing- masing. Setiap organ dalam sist...