Thursday, April 18, 2013

ASKEP BURSITIS



A.  Pengertian
Bursitis adalah peradangan bursa,sedikit cairan mengisi rongga yg berbentuk kantong diantara dua jaringan lunak pada persendian. Bursa memungkinkan pergerakan sendi dan berfungsi sebagai bantalan sendi.(Barbara C. Long.1996 : 2)
Bursa adalah pembesaran dan peradangan dalam salah satu bursa. Merupakan jenis penyakit yg termasuk rheumatism non artikuler.(depkes .1995)
B.    Etiologi
Bursitis merupakan akibat sekunder dari trauma terus menerus dan strain, infeksi akut dan kronis sekitar sendi misal luka karena tembus akibat kondisi arthritis,akibat penyakit metabolik  misal penimbunan asam urat dalam bursa akibat adanya neoplasma.(depkes.1995)
C.   Klasifikasi penyakit
Menurut (Robert M bennet, 1996) Bursitis di golongkan menjadi 2:
a)    Bursitis akut terjadi secara mendadak.
Jika disentuh atau digerakkan, akan timbul nyeri di daerah yang meradang. Kulit diatas bursa tampak kemerahan dan membengkak. Bursitis akut yang disebabkan oleh suatu infeksi atau gout menyebabkan nyeri luar biasa dan daerah yang terkena tampak kemerahan dan teraba hangat.
b)    Bursitis kronis
 Merupakan akibat dari serangan bursitis akut sebelumnya atau cedera yang berulang. Pada akhirya, dinding bursa akan menebak dan di dalamnya terkumpul endapan kalsium padat yang menyerupai kapur. Bursa yang telah mengalami kerusakan sangat peka terhadap peradangan tanbah. Nyeri menahun dan pembengkakan bisa membatasi pregerakan, sehingga otot mengalami penciutan (atrofi) dan menjadi lemah. Serangan bursitis kronis berlangsung selama beberapa hari sampai beberapa minggu dan sering kambuh.

D.  Patofisiologi
Garis synovial dari pundi bursa meradang, jadi lebih banyak cairan diproduksi, bursa bengkak. Kadang- kdang terkumpul sisa kalsium. Pembengkakan disertai nyeri dan terbatas nya gerakan sendi atau ekstremitas.(Barbara C.Long. 1996 : 2)

E.    Tanda dan gejala: (Barbara C.Long. 1996 : 2)
1.    Rasa nyeri yang dalam pada daerah bursa.
2.    Nyeri bila digerakkan pada ekstremitas yang terserang.
3.    Gerakan aktif dan pasif membatasi mobilitas persendian.
4.    Nyeri sewaktu berlutut, rasa kaku, bengkak dan kemerahan
F.    Prosedur diagnostik
Ada pemeriksaan khusus untuk memastikan adanya bursitis yaitu dengan radiografi. Pada daerah yang terserang biasanya menunjukkan adanya klasifikasi dalam bursa, tendon atau jaringan lunak yang berdekatan.

G.   Terapi medis dan pentalaksanaan keperawatan
1.    Diberikan obat-obatan anti radang.
2.    Adrenokortikosteroid dapat disuntikan kedalam bursa.
3.    Mengistirahatkan daerah yang terserang.
4.    Kompres dingin pada fase akut untuk menekan rasa tidak nyaman.
5.    Panas harus dicegah karena dapat meningkatkan produksi cairan pada bursa pada saat fase peradangan.
6.    Tindakan bedah dilakukan untuk membuang defisit kalsium.

Bursa yang terinfeksi harus dikeringakan dan diberikan obat antibiotik. Burnitis akut non-infeksius biasanya diobati dengan istirahat sementara waktu sendi yang terkena tidak digerakkan dan diberikan obat peradangan non-steroid (misalnya indometasin, ibuprofen atau naproksen). Kadang diberikan obat pereda nyeri. Selain itu bisa disuntikkan campuran daru obat bius lokan dan kortikosteroid langsung ke dalam bursa. Penyuntikan ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu kali. Pada burnitis yang berat dibrikan kortikostiroid (misalnya perdnison) per-oral (ditelan) selama beberapa hari. Setelah nyeri mereda, dianjurkan untuk melakukan latihan khusus guna meningkatkan daya jangkau sendi. Bursitis kronis diobati dengan cara yang sama. Kadang endapan kalsium yang besar di bahu bisa dibuang melalui jarun atau melalui pembadahan. Kortikosteoid bisa langsung disumtikkan ke dalam sendi. Terapi fisik dilakukan untuk mengemblikan fungsi sendi. Latihan bisa membantu mengembalikan kekuatan otot dan daya jankau sendi. Bursitis sering kambuh jika penyebabnya (misalnya, gout, arthritis rematoid atau pemakaianberlebihan) tidak diatasi.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
a.    data subjektif
1.    Tanyakan kepada klien mengenai lokasi dan tingkat nyeri dan apa yang mengawali atau yang terjadi pada nyeri bahu.
2.    Apakah klien sedang mendapat pengobatan radang sendi yang diketahui penyebab rasa nyeri nya.
3.    Apakah klien mempunyai riwayat rheumatoid arthritis.
4.    Apakah klien dapat menggerakkan persendian.
b.    Data objektif
1.    Palpasi sendi untuk mengetahui sensitivitas dan pembengkakn jaringan lunak. Yang bengkak akan teraba keras (boogy).
2.    Observasi tingkat keterbatasan mobilitas sendi yang terserang.

B.    Diagnosa Keperawatan
1.    Gangguan rasa nyaman (nyeri) yang berhubungan dengan agen pencedera :
Disertai jaringan oleh akumulasi cairan / proses inflamasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 x 24 jam nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
·         Klien mengatakan nyeri berkurang.
·         Klien tampak dan mampu tidur atau istirahat dengan tepat.
INTERVENSI
RASIONAL
1.    Kaji lokasi, intensitas dan derajat nyeri.
2.    Berikan posisi yang nyaman.

3.    Berikan kasur busa atau bantal air pada bagian yang nyeri.
4.    Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
5.    Kolaborasi pemberian aspirin.
1.    Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keafektifan program.
2.    Pada penyakit berat / eksaserbasi, tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri.
3.    Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral.
4.    Meningkatkan relaksasi / mengurangi tegangan otot.
5.    Aspirin bekerja sebagai anti dan efek analgetik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.

2.    Gangguan inteloriensi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan/ keletihan.
Tujuan :
Klien dapat melakukan aktifitasnya setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam.
Kriteria hasil :
-      Klien dapat melakukan aktifitas sehari-hari sesuai dengan tingkat kemampuan
-      Klien dapat mengidentifikasikan faktor-faktor yang menurunkan toleriansi aktifitas.
INTERVENSI
RASIONAL
1.   Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidak mampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari
2.   Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan
3.   Pertahankan istirahat tirah baring / duduk jika diperlukan

4.   Berikan lingkungan yang aman
1.    Klien menunjukkan kelemahannya berkurang dan dapat melakukan aktifitasnya


2.      Menghemat energi untuk aktifitas

3.    Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi dan seluruh fase penyakit yang penting mencegah kelemhan
4.    Menghindari cedera akibat kecelakaan

3.    Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan, nyeri pada waktu bergerak.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien mampu melakukan perawatan terhadap dirnya secara mandiri.
Kriteria hasil :
·         Klien mampu melaksanakan aktifitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.
·         Klien mampu mendemontrasikan perubahan teknik atau gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.

INTERVENSI
RASIONAL
  1. Kajian keterbatasan klien dalam peraatan diri.
  2. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
  3. Kaji hambatan terhadap partisipasi dan perawatan diri.
  4. Konsul dengan ahli terapi okulasi.
1.    Mungkin dapat melanjutkan aktifitas umum dengan melakukan adaptasi yang dilakukan pada saaat ini.
2.    Mendukung kemandirian fisik / emosional.
3.    Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.
4.    Berguna untuk menentukan alat bantu utnuk memenuhi kebutuhan individu.

DAFTAR PUSTAKA
1)    Bennett, J. Claude, and Fred Plum, eds. Cecil Textbook of Medicine. Philadelphia:W. B. Saunders Co., 1996.
2)    Bennett, Robert M. “Bursitis, Tendinitis, Myofascial Pain, and Fibromyalgia.” In Conn’s Current Therapy. ed. Robert E. Rakel. Philadelphia:W. B. Saunders Co., 1996.
3)    The Burton Goldberg Group. Alternative Medicine: The Definitive Guide. Fife,WA: Future Medicine Publishing, 1995.
4)    Jacqueline L. Longe. The Gale Encyclopedia of Medicine Second Edition. 27500 Drake Road :Gale Group, 2002 .
5)    Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.
6)    Doenges, E, Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.
7)    Smeltzer & Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta : EGC.
8)    Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC.


No comments:

Post a Comment

Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita

Sistem reproduksi manusia baik pria maupun wanita memiliki struktur organ internal dan eksternalnya masing- masing. Setiap organ dalam sist...