Sunday, January 20, 2013

EFEK LATIHAN KEGEL


EFEK LATIHAN KEGEL TERHADAP PEMENUHAN
KEBUTUHAN ELIMINASI URINE (INKONTINENSIA URINE)


1. Pengertian
            Latihan kegel (kegel exercise) adalah suatu bentuk kegiatan fisik yang memberikan pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan fisik manusia bila dilaksanakan dengan tepat dan terarah (Depkes RI, 1994). Latihan kegel merupakan aktifitas fisik  dalam suatu program yang dilakukan secara berulang-ulang guna meningkatkan kebugaran tubuh (Newman,1993). Latihan Kegel adalah Latihan yang di berikan  secara mendasar terdiri dari 3 tahap, yaitu pemanasan, latihan inti, dan pendinginan (Rauben, 1995). Latihan Kegel merupakan Latihan yang dilakukan dapat meningkatkan mobilitas kandung kemih(kane, dkk, 1996). Latihan Kegel bermanfaat untuk menurunkan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urine pada lansia (Mc Cormick, 1992).
            Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang tidak terkendali atau terjadi diluar keinginan. Ketidak mampuan menahan urine dalam kandung kemih setelah usia dari toilet training.

2.Klasifikasi
a)      Tujuan dan metode Latihan Kegel (Kozier, 1995)
Tujuan:
1. Meningkatkan tonus otot kandung kemih dan kekuatan otot dasar panggul serta sfingter uretra agar dapat tertutup dengan baik.
2. Menigkatkan efisiensi serta memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Meningkatkan aliran darah ke ginjal
4. Memperpanjang interval waktu berkemih sehingga lansia dapat menahan sensasi untuk berkemih sebelum waktunya.
           
Metode Latihan
1.      berdiri atau duduk dengan kaki terbuka
2.      Kontraksikan atau pejamkan rektum, uretra dan vagina lalu tahan dengan hitungan 3-5 detik
3.      Lakukan setiap kontraksi 10 kali dengan frekuensi 5 kali sehari
4.      Anjurkan Lansia untuk mencoba memulai dengan membuang air seni  dan menghentikan laju urine pada pertengahan.
                       
b) Metode Bladder Retraining (Kozier,1995)        
1. Anjurkan Lansia untuk miksi atau buang air seni pada waktu  sesuai dengan jadwal          meskipun ada sensasi untuk berkemih  atau tudak ada karena hal ini akan membantu meningkatkan tonus otot kandung kemih dan kontrol volunter.
2. Jika Lansia  mampu untuk mengontrol miksinya, interval jadwal miksi bisa diperpanjang.
3. Berikan minum sebanyak 150-200 ml 1, 5 jam sebelum miksi dan 2 jam menjelang tidur.
4. Hindarkan minuman yang mengandung stimulan seperti teh, kopi, dan minuman beralkohol.
5. Berikan dorongan positif  dengan memodifikasi tingkah laku dan libatkan keluarga  dalam perawatan lansia

c) Teknik merangsang Reflex berkemih  (Carpenito,2000)
1. Anjurkan Lansia mengambil posisi Setengah duduk
2. Mengetuk secara Langsung kandung kemih 7-8 kali setiap 5 detik dengan menggunakan 1 tangan
3. Pindahkan rangsangan diatas kandung kemih untuk menentukan sisi yang paling berhasil
4. Lanjutkan rangsangan sampai mulai aliran yang baik
5.     Tunggu kira-kira 1 menit, Ulangi Rangsangan sampai kandung kemih kosong. Bila dilakukan rangsangan atu atua 2 kali tetapi tidak ada respon, maka tidak ada lagoi urine yang akan dikeluaran.

T  Bentuk-bentuk inkontinensia
Ada 5 tipe inkonteninsia urine, yaitu:
Ø Inkontinensia stres yaitu kehilangan urine yang tidak disadari kurang dari 50 ml akibat dari peningkatan mendadak pada tekanan intra abdomen..
Ø  Inkontinensia reflek yaitu kehilangan urine yang tidak disadari bila volumetertentu telah dicapai, terjadi pada interval yang diperkirakan.
Ø  Inkontinensia didesak (overflow) yaitu kehilangan urine yang tidak disadari terjadi segera setelah terjadi desakan harus segera berkemih.
Ø  Inkontinensia fungsional yaitu kehilangan yang tidak disadari dan tidak dapat diperkirakan dari urine.
Ø  Inkontinensia total yaitu kehilangan urine yang terus menerus dan tidak dapat diperkirakan.

3. Etiologi
Latihan kegel dilakukan  bila terjadi inkontinensia urine.Penyebab utama dari inkonteninsia urine diantaranya:
- infeksi
- cerebral clauding
- gangguan jalur dari syaraf pusat(lesi kortek)
- lesi neuron atas
- lesi motor neuron bawah
- kerusakan jaringan

4. Pengaruh Latihan Kegel terhadap pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Urine  (hasil Penelitian , Nursalam, ketut dira  )
Pengaruh Latihan Kegel


            Gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urine yang diidentifikasi meliputi:
  • Merasa sulit Menahan kencing
  • Kelemahan otot pelvis
  • Mengeluarkan urine padahal tidak mau berkemih
  • Kesulitan untuk memulai berkemih (retensi)
  • Mengompol Pada malam hari
  • Berkemih setiap 1 jam atau kurang dari 1 jam
  • Berkemih pada malam hari lebih dari 4 kali
  • Mengompol pada saat batuk atau tertawa
  • Keluarnya urine secara menetes
6. Komplikasi
            Perubahan Yang terjadi pada hampir seluruh organ tubuh termasuk organ berkemih  adalah dampak dari proses menua, lemahnya otot dasar panggul yang menyangga , kandung kemih dam sfingter uretra, timbulnya kontraksi yang tidak terkontrol pada kandung kemih  yang menimbulkan rangsangan untuk berkemih  sebelum waktunya, dan pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna, semua iti dapat menyebabkan gangguan eliminasi urine (inkontinensia urine). Terjadi penurunan tonus otot kandung kemih, peningkatan stasis dari urine, dan peningkatan risiko terjadi batu ginjal.

7. Prosedur Diagnostik
            Pemeriksaan diagnostik harus mencakup evaluasi faal ginjal. Dapat dilakukan melalui urinalisis, kultur urine, urea nitrogen darah,kratinin serum dan kreatinin clearence. Pemeriksaan cystrometik dialksanakan untuk evaluasi tonus kandung kemih.

8. Terapi dan Penatalaksanaan Keperawatan
            Penanganan Inkontinensia urine bergantung pada faktor penyebab yang mendasarinya, penyebab yang bersifat reversible yang kita kenal dengan singkatan DIAPPERS,yaitu: Delirium, infeksi saluran kemih, atrofik vaginitis atau uretritis, pharmacologic agent (agen farmakologi; preparat anti kolinergik, sedatif, alkohol, analgesik, diuretik, relaksan otot, preparat adrenegik), phisicologik faktor (faktor psikologik, defresi, regresi), excesive urine production (asupan cairan yang berlebihan, kelainan endokrin yang  menyebabkan diuresis) restricted activity (aktivitas yang terbatas), dan stool impaction (impaksi fekal) (AHCPR,1992). Setelah semua hal itu diatasi, pola urinasi urine pasien kembali normal.


Asuhan Keperawatan Inkontinensia Urine
1. Pengkajian
  • Identitas klien
  • Riwayat kesehatan keluarga
  • Riwayat kesehatan Klien
  • Kaji dan catat pola berkemih pasien, waktu, jumlah urine, cairan , waktu masukan cairan diikuti dengan berkemih
2. Diagnosa Keperawatan
  • Inkontinensia streess b/d perubahan degeneratif atau kelemahan pada otot pelvik dan penyokong struktural sekunder terhadap menopouse, melahirkan, kegemukan, atau prosedur bedah  yang mempengaruhi  struktur vesikourinaria yang normal.
Tujuan: Setelah implementasi program latihan kandung kemih, pasien menjadi kontinen
intervensi: Lakukan Program Latihan kandung kemih
Implementasi:
1. Kaji dan catat pola berkemih pasien
2. Tentukan lama waktu diantara berkemih untuk memperkirakan  berapa lama pasien dapat menahan urine.
3. Bantu pasien dalam menjadwalkan waktu untuk pengosongan kandung kemih
4. Ajarkan pasien teknik yang menguatkan sfingter dan penyokong struktural kandung kemih.
 Penyuluhan Pasien Latihan Kegel atau otot pelvis
Tujuan :untuk menguatkan dan mempertahankan tonus otot pubokogsigeal yang menyangga organ- organ pelvis. Melakukan latihan ini secara teratur dapat mengurangi atau mencegah inkontinensia stress dan prolaps uterus, meningkatkan sensansi selama hububgan sexual, dan mempercepat penyembuhan pascapartum
  1. Bentuk kesadaran tentang  fungsi otot pelvis dengan mengintruksikan pasien wanita untuk “menarik ke dalam” otot-otot pervaginal dan sfingter ani ini seperti ketika menahan urine atau defekasi, tetapi tanpa mengontraksikan otot-otot abdomen, bokong, atau paha bagian dalam.
  2. Intruksikan pasien wanita untuk menahan kontraksi otot-otot sampai 10 detik, diikuti dengan periode relaksasi  setidaknya selama 10 detik.
  3.  Nasihatkan pasien wanita untuk melakukan latihan ini 30-80 kali sehari
(Urinary incontinence in adults: Clinical practice Guideline. Departement of healthand human services, Rockvill, MD, Maret 1992 )
  • Inkontinensia dorongan b/d iritasi iritasi kandung kemih atau penurunan kapasitas kandung kemih sekunder terhadap tindakan radiasi untuk kandung kemih, ISK, konsentrasi urine meningkat, penggunaan kafein atau alkohol,
Tujuan : setelah implemantasi program toilet training, pasien menjadi kontinen.
Implementasi :
1. Kaji dan catat pola kebiasaan dalam berkemih, termasuk frekuensi  dan waktu episode inkontinen
2. Taati program toileting
 3. Anjurkan pasien untuk mengurangi masukan cairan dalam beberapa jamsebelum waktu tidur dan untuk berkemih sebelum tidur.
·                     Inkontinensia fungsional  b/d defisit mobilitas, sensori, atau kognitif dan perubahan lingkungan
Tujuan: setelah implementasi program latihan kebiasaan , pasien menjadi kontinen
Implementasi:
1. Kaji dan catat pola berkemih pasien
2. Tentukan halangan lingkungan yang akan mencegah pasien dari toiletingdengan tepat dan melakukan intervensi yang sesuai.
3.  kaji status usus pasien terhadap kemungkinan konstipasi yang menyebabkan  mengedan dan tonus sfingter yang melemah.


Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Barbara C. Long.1996. Perawatan medikal Bedah. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendekatan Keperawatan.
Hamilton, Persis Mary.1995. Dasar- dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Swearingen, 2000. Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta EGC
Nursalam. 2006. Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

No comments:

Post a Comment

Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita

Sistem reproduksi manusia baik pria maupun wanita memiliki struktur organ internal dan eksternalnya masing- masing. Setiap organ dalam sist...