Friday, September 28, 2012

Cairan Kristaloid dan Koloid


Dalam tubuh kita mengenal istilah Total Body Water (TBW) atau berat total seluruh 
cairan dalam tubuh kita. berat cairan dalam tubuh kita berkisar 60% dari berat badan kita. 
Hal ini menunjukan komponen terbesar dalam tubuh kita adalah air, bukan otot. 
Semakin kurus seseorang, nilai TBW akan semakin tinggi. Namun, bila orangnya gemuk, TBW akan semakin rendah. Hal ini disebabkan orang gemuk berisi lebih banyak lemak, sehingga TBWnya lebih rendah.  Itu mengapa kebanyakan orang gemuk akan lebih 
mudah haus dan mengalami dehidrasi.

60% air dalam tubuh kita, terbagi dalam 3 komponen utama. cairan intraselular, cairan interstisium, dan cairan plasma, dengan komponen terbanyaknya yakni cairan intraselular.
Untuk memudahkan cairan plasma dan interstisium dipisahkan oleh membran kapiler. sedangkan cairan interstisium dan intrasel dipisahkan oleh membran sel. 

Walaupun punya memiliki kompartemen masing-masing, namun komposisi diantara ketiganya bisa berubah karena pengaruh lain, sebagi contoh pasien yang diberikan
terapi cairan secara berlebihan dapat terkena edema paru di cairan ekstraselulernya. 

Hal ini akan dijelaskan di bawah.

Setelah berbicara mengenai pembagian cairan dalam tubuh kita, sekarang kita akan membahas mengenai KOMPOSISI CAIRAN

  • Cairan Plasma. Cairan plasma mengandung Kation Na  & K dimana jumlah ion Na lebih banyak daripada K, sedangkan untuk anionnya adalah Cl. (transport pasif)
  • Cairan Interstisium. Mirip dengan plasma kok. (transport pasif)
  • Cairan Intrasel. Pada cairan ini jumlahnya terbalik, K lebih banyak daripada Na (transport aktif)
Keseimbangan cairan dalam tubuh digambarkan sebagi berikut:
Misalnya dalam kondisi normal, tekanan hidrostatik di INTRAVASKULER = 40 mmHg sedangkan di INTERSTISIUM = 30 mmHg. Hal ini berarti terdapat driving force sebesar 10 mmHg yang akan mendorong cairan dari intravaskular keluar menuju interstisium.
Namun bila kita masih melakukan rehidrasi pada pasien dengan kondisi normal 
seperti ini, misalnya kita beri IV line Ringer Laktat 1000 ml dalam 30 menit maka akan meningkatkan volume cairan intravaskular (tadinya 40, jadi 70 misalnya). 
Namun tekanan di interstisium tetap 30, sebab volumenya tidak bertambah. 
Sekarang driving forcenya meningkat, yang tadinya cuma 10 menjadi 40, 
sehingga cairan intravas keluar lebih banyak lagi ke interstisium dan terjadilah 
penumpukan cairan di interstisium. Hal inilah yang menjelaskan kenapa bisa 
terjadi edema paru pada pasien tertentu.

TEKANAN ONKOTIK, 
dipengaruhi oleh molekul besar, seperti albumin. Tekanan onkotik berfungsi untuk mempertahankan cairan agar tetap berada di kompartemenya, 
sehingga saat tekanan onkotik meningkat, akan menarik cairan untuk masuk. 
Hal ini terlihat pada penambahan misalnya pada penambahan koloid/albumin 
yang akan menyebabkan cairan intravaskular meningkat karena albumin ini akan meningkatkan tekanan onkotik sehingga menarik cairan di kompartemen 
sebelahnya (dalam hal ini interstisium). 

RESUSITASI CAIRAN.
Terapi cairan terdiri dari 2 fungsi, yaitu resusitasi (mengembalikan) dan maintenance (mempertahankan). Resusitasi berarti memberikan cairan dalam jumlah banyak dalam waktu singkat dengan tujuan merestorasi cairan. Jenis cairan yang dapat digunakan
koloid atau kristaloid . Cairan koloid dan kristaloid mengandung elektrolit yang 
sesuai dnegan osmolalitas plasma, sehingga dapat diberikan dalam waktu 
cepat dengan jumlah yang banyak.

Resusitasi dilakukan, Pada percobaan bunuh diri dengan memotong arteri radialis yang kemudian menyebabkan perdarahan hebat, pada pasien2 diare, kolera, dan pada pasien dengan regurgitasi hebat. dimana pada kondisi yang disebutkan terjadi kehilangan cairan yang banyak.
Contoh cairan koloid: hidroksi, gelatin, albumin 5%, hesteril
Contoh cairan kristaloid: RL, Ringer asetat, Normal Saline atau NaCl 0,9%.

MAINTENANCE
Fungsi maintenance ini mirip dengan fungsi untuk mempertahankan homeostasis. 
Misalnya dengan menggunakan elektrolit komposisi lengkap (Na, Cl, K, Mg, Zn), 
atau cairan bernutrisi seperti dextrose, xylitol, asam amino, lipid dll. 
Contoh cairan yang digunakan adalah KNMY, KNIB, KN 3A,triofulsin dll.

Ciran Infus

Sederhananya, untuk membedakan cairan 
untuk resusitasi dan untuk maintenance kita bisa melihat komposisi cairan itu. Bila mengandung glukosa, protein, dan lipidnya berarti digunakan 
untuk MAINTENANCE, sedangkan bila berisi albumin, NaCl, berarti untuk RESUSITASI. 
Pada aplikasinya bila ada pasien shock, kita 
lakukan dahulu resusitasi cairan (misalnya dengan RL). Bila pasien sudah dalam kondisi stabil, kita segera mengganti cairan RL dengan cairan untuk maintenance seperti triofulsin. Bila pasien tiba-tiba shock lagi, kita dapat mengganti lagi dengan RL.

KRISTALOID
Untuk memberikan cairan ini kita harus memperhatikan osmolalitas. Kelebihan dari cairan kristaloid adalah tidak ada efek samping. Mudah dieliminasi tubuh dan murah.
DEXTROSE 5%
Dextrose 5% adalah cairan yang tidak mempunyai elektrolit, Na nya 0, Cl nya juga 0, oleh karena itu cairna ini tidak boleh dipergunakan untuk resusitasi, karena justru dapat menyebabkan swelling. Namun cairan ini dapat digunakan untuk maintenance.
KOLOID

Cairan koloid mengandung berat molekul yang tinggi sehingga dapat bertahan lebih lama di intravaskular (albumin 5% dapat bertahan 24 jam). Cairan jenis ini dapat mempertahankan volume intravaskular lebih lama dibandingkan cairan kristaloid. .
Intinya semakin tinggi BM semakin lama di intravaskular. Namun tidak berarti kita lantas memberikan cairan yang tinggi BM sebab efek samping dari BM yang tinggi dapat berupa renal failure atau perdarahan tiba-tiba.

No comments:

Post a Comment

Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita

Sistem reproduksi manusia baik pria maupun wanita memiliki struktur organ internal dan eksternalnya masing- masing. Setiap organ dalam sist...