Sunday, January 13, 2013

ASKEP OTALGIA


OTALGIA
OTALGIA suatu gejala yang sangat lazim terjadi dan bisa dilukiskan sebagai rasa nyeri terbakar,berdenyut atau menusuk. Ia bisa ringan atau sangat hebat,atau konstan,intermiten atau sementara. Pada keadaan terakhir,biasanya sensasi ini dilukiskan sebagai nyeri tajam yang menusuk.Otalgia dapat primer maupun sekunder. Primer menggambarkan nyeri telinga akibat kelainan atau penyakit yang mengenai telinga,dan selalu disertai abnormalitas otoskopi.sekunder menggambarkan nyeri yang dialihkan ke telinga dan tidak disertai dengan abnormalitas otoskopi. Sedikitnya 50% dari semua nyeri yang dialami di telinga orang dewasa bersifat sekunder. Penilaian penomena ini mudah bila mengingat bahwa persarafan  sensoris telinga terdiri dari saraf otak ke V,VII,IX,X dan pleksus servikalis (CI-3), ( Dr. Petns,adrianto penerbit buku kedokteran, penyakit telinga hidung dan tenggorokan)
OTALGIA adalah suatu peradangan yang menimbulkan nyeri pada telinga dapat dilihat dengan melakukan inspeksi telinga bagian luar dan gendang telinga (membran timpani). Cedera yang terjadi pada daun telinga (pinna/aurikula) yang disertai hematoma dapat diketahui dari riwayat penyakitnya. Perikondritis daun telinga merupakan komplikasi yang jarang terjadi dan disebabkan oleh trauma, biasanya disebabkan oleh pseudomonas aeruginosa ( dr.jonathan oswam, petunjuk penting pada penyakit telinga hidung dan tenggorok)

PENYEBAB
1.            Lokal
(i)            Telinga luar
a.    Infeksi                   perikondritis
Otitis eksterna
Miringitis bulosa
Herpes zoster otikus
b.    Trauma                 hematoma subperikondrial
Trauma oleh alat
c.    Tumor                   tumor jinak – osteoma
Tumor ganas – karsinoma
Sel skuamosa
d.    Lain-lain                 serumen keras
Keratosis obturans
(ii)           Telinga tengah,mastoid dan tulang tmporal
a.    Infeksi                   sumbatan tuba eustachius
Otitis media supuratif akut
Otitis media sekretoria
Mastoiditis akut
Otitis media supuratif kronis
b.    Trauma                 barotrauma
Trauma kepala
c.    Tumor                   tumor jinak - neuroma akustik
tumor jinak – karsinoma sel skuamosa
d.    Lain-lain                 bell’s palsy

2.            Nyeri alih
(i)            Rongga mulut dan nasofaring
·         Gigi – abses akar gigi
·         Lidah – karsinoma
·         Tonsil – tonsilitis akut
(ii)           Laring dan hipofaring
·         Karsinoma
(iii)          Leher
·         Artritis spina servikal
·         Limpadenitis postaurikular
(iv)         Mediastinum – benda asing di esofagus
(v)          Lain-lain
·         Sinusitis
·         Disfungsi sendi temporomandibular

DIAGNOSIS
1.    Anamnesis
(i)            Mulai timbulnya
(ii)           Lama keluhan
(iii)          Keluhan bertambah
(iv)         Keluar cairan dari telinga (otore)
(v)          Kurang dengar
(vi)         Vertigo
(vii)        Baru menderita infeksi saluran nafas atas
(viii)       Trauma
2.    Pemeriksaan
(i)            Demam
(ii)           Telinga
(iii)          Hidung
(iv)         Orofaring dan rongga mulut
(v)          Laring dan hipofaring
(vi)         Fungsi nervus fasial
(vii)        Leher
3.    Pemeriksaan penunjang
(i)            Hematlogi
·         Jumlah leukosit dan laju endap darah
Gula darah
(ii)           Radiologi
·         Foto mastoid
·         Foto sinus paranasal
·         Foto vertebra servikal
·         Ortopantomogram
·         Foto sendi temporomandibular
(iii)          Bakteriologi – asupan mulut
(iv)         Audiometri
·         Audiometri nada murni
·         Timpanometri
(v)          Pembedahan – biopsi
Pemeriksaan penunjang dipilih sesuai dengan hasil pemeriksaan klinik (victoria moore-gillon nicholas stafford, segi praktis telinga hidung tenggorok)

1.      OTITIS EKSTERNA AKUTA
Otitis eksterna akuta dapat berupa peradangan difus dan dapat pula merupakan sesuatu furunkel. Furunkel adalah suatu pembengkakan yang sangat sensitif dan nyeri didalam liang telinga (meatus) bagian luar ( diliang bagian meatus tulang yang tidak didapati folikel rambut). Gangguan pendengaran hanya terasa bila didapati sumbatan pada liang oleh adanya pembengkakan atau cairan, dan demam baru terjadi jika infeksi telah menyebar sampai ke daerah didepan telinga,misalnya karena selulitis  atau erisipelas. Kelenjar getah bening yang membesar dan nyeri teraba didaerah didepan atau dibelakang telinga,tetapi bersifat suporfisial, berbeda dengan otitis media akuta yang nyeri tekannya baru terasa pada penekanan kuat . daun telinga terasa nyeri bila digerakkan dan ini juga tidak didapati pada otitis media akuta. Cairan yang keluar kental dan jumlahnya sedikit,berbeda dengan otitis media akuta dimana cairannya bersifat mukoid.( harold ludman MB,FRCS, petunjuk penting pada penyakit telinga hidung dan tenggorokan)
Otitis eksterna bisa juga karena kelainan dermatologi, seperti dermatitis alergika atau seboreika dan psoriasis
Pada pemeriksaan fisik,meatus tampak hiperemi dan adematosa. Keselruhan panjang meatus bisa membengkak serta bisa tak mungkin memasang spekulum karena nyeri hebat. Membran timpani bisa tersembunyi dari pandangan karena edema yang jelas atau sekret yang banyak. Harus diusahakan mengaspirasinya,jika mungkin. Jika membran tympani tak dapat dilihat,maka pasien harus melakukan kunjungan ulang setelah terapi empiris, sehingga status membran dapat dievaluasi. Hanya dalam cara ini dapat dilakukan pembedaan eksterna dan otitis media. (SeTH R.thaller, Mark S. Granick penyakit telinga hidung tenggorok)
Penyebab
(i)            Infeksi
·         Bakteri             otitis eksterna difus
Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel)
Otitis eksterna malignaBeda


Beda furunkel dan mastoiditis akut

frunkel
Mastoiditis akut
anamnesis
Nyeri mendadak
Tidak demam
Nyeri bertambah setelah menderita otitis media
pemeriksaan
Tidak ada keluhan sistemik
Membran timpani normal,
Kalau dapat dilihat

Rasa nyeri maksimal
Pada palpasi tragus

Tidak terdapat sulkus postaurikular
Demam
Badan merasa lemah
Membran timpani merupakan tanda otitis media
Rasa nyeri maksimal di segitiga MacEwen dan di sel udara mastoid ukus
Postaurikular utuh
Pemeriksaan penunjang



Jumlah leukosit normal
Audiometri nada murni
Normal atau tuli konduktif 10-15 dB
Foto mastoid lateral
Mungkin tampak sel mastoid berselubung karena edema jaringan lunak postaurikular tetapi pada foto sub-mentovertikal
Tampak sel udara mastoid normal
Jumlah leukosit meninggi
Audiometri nada murni : tuli konduktif 30-40 dB
Foto mastoid : tampak perselubungan seluruh mastoid,
Atau sel udara mastoid tidak tampak
terapi
Tampon gliserin/ichtyol
Anti biotik sistemik
Insisi dan drainase
Kadang-kadang diperlukan
Bila belum terbentuk
Abses diberikan antibiotik perenteral selama 24 jam
Mastoidektomi kortikal segera dilakukan bila terbentuk abses atau setelah 24 jamdiberi antibiotik tidak ada perbaikan

b.virus                    miringitis bulosa
                             herpes zoster otikus (sindrom ramsay hunt)
                             herpes simpleks
c. jamur                candida albicans
                             aspergillus niger

(ii)           Non – infeksi
a.    Terlokalisasi          alergi (terhadap antibiotik topikal)
Iradiasi
b.    Penyakit kulit yang menyeluruh
§  Eksim
§  Psoriasis
§  Otitis eksterna seboroika
(victoria moore-gillon nicholas stafford, segi praktis telinga hidung tenggorok)

2.      OTITIS EKSTERNA MALIGNA
Otitis eksterna maligna salah satu dari beberapa infeksi telinga yang mengancam nyawa. Ia disebabkan oleh pseudomonas aeruginosa. Otitis eksterna maligna tampak dimulai sebagai otitis eksterna. Khas ia timbul pada pasien yang mempunyai resistensi yang rendah, yaitu pasien diabetes tua dan terimunosupresi. Otitis eksterna maligna ditandai oleh nyeri hebat,tanda diagnostik paling jelas pada pemeriksaan fisik adalah jaringan granulasi yang terletak pada sambungan meatus acusticus oxternus tulang dan tulang rawan. Sekitar 50% pasien yang menderita otitis eksterna maligna menderita keterlibatan nervus facialis. Penyakit ini berlanjut ke neuropati beberapa saraf otak. Akibat penyakit ini bisa fatal. (SeTH R.thaller, Mark S. Granick penyakit telinga hidung tenggorok)
1.    Gambaran klinik
(i)            Terdapat pada pasien tua dengan diabetes atau pasien dengan kelainan imunologik.
(ii)           Pada kebanyakan pasien ditemukan kuman pneusomonas pyocyaneus.
(iii)          Otitis eksterna yang disebabkan oleh bakteri dengan adanya jaringan granulasi diliang telinga luar
(iv)         Pad akeadaan lanjut terjadi perikondritis daun telinga dan osteitis dengan nekrosis didasar tengkorak
(v)          Sebagai komplikasi dapat terjadi trombosis sinus lateralis, apesitis petrosus, meningitis, abses serebri dan ruptur arteri karotis
(vi)         Pada keadaan lanjut biasa terdapat kelumpuhan saraf otak, misalnya saraf wajah ( nervus fasial), sindrom fosa jugulare, denagn kelumpuhan saraf otak yang multipel angka kematian 80%.
2.    Pengobatan
(i)            Pada keadaan dini
·         Dirawat dirumahsakit
·         Pembersihan telinga berulang dan jaringan granulasi dikeluarkan
·         Diberi gentamisin topikal serta disuntik gentamicin dan carbenicilin
(ii)           Pada keadan lanjut, apabila tidak tampak respon setelah pengobatan dengan antibiotik selama 72  jam
·         Eksisi luas pada tulang rawan, jaringan lunak dan tulang yang terinfeksi
·         Dilakukan mastoidektomi apabila pada pemeriksaan radiologik terdapat mastoiditis
(iii)          Pemberian antibiotik diteruskan sampai sekurang-kurangnya satu bulan.
3.    Diagnosis banding dari granulasi yang berdarah diliang telinga luar
(i)            Otitis eksterna bakterial
(ii)           Otitis eksterna maligna
(iii)          Penyakit granulomatosis, seperti tuberkulosis,granuloma wegener
(iv)         Karsinoma sel skuamosa
(v)          Tumor glomus
(victoria moore-gillon nicholas stafford, segi praktis telinga hidung tenggorok)

3.      MASTOIDITIS AKUTA
Mastoiditis akuta disebabkan oleh hancurnya dinding tulang-tulang tipis diantara sel-sel udara mastoid (cellulae mastoidea), suatu proses yang membutuhkan waktu 2-3 minggu. Selama tengga waktu tersebut, sejak timbulnya otitis media akuta,terjadi pengeluaran cairan yang kontinyu dan yang semakin banyak melalui lubang perforasi gendang. Bila seorang pasien menderita nyeri beberapa hari setelah membran timpani secara meyakinkan menunjukan keadaan normal maka padanya tidak akan terjadi mastoiditis. Kesulitan timbul bila penderita otitis media akuta dianggap sudah sembuh padahal kondisinya masih belum memuaskan, kadang-kadang karena pemakaian anti biotik sistemik sangat minimal. Matoiditis harus dicurugai bila keluarnya cairan terus menerus berlangsung selama lebih dari 10 hari secara kontinyu, lebih-lebih bila si penderita selama ini merasa kurang sehat.
Radiografi mastoid kadang-kadang dapat membantu. Mastoiditis hanya dapat disingkirkan bila secara radiologi menunjukkan aerasi yang jernih dan normal pada sistem sel mastoid. Otitis eksterna dapat memberikan gambaran yang kabur apda sistem sel karena terjadinya edema pada jaringan lunak sekitar mastoid. Pembengkakkan klasik dibelakang telinga disertai pergeseran daun telinga kebawah menunjukkan suatu abses subperiosteal, yang lebih cenderung dianggap sebagai komplikasi ketimbang tanda dari mastoiditis. Dengan mengadakan erosi terhadap dinding atik bagian luar, abses subperiosteal akan menyebabkan pembengkakkan dibagian dalalm liang telinga. Kontras dengan suatu furunkel yang selalu timbul dibagian luar liang telinga. Apabila dengan pemeriksaaan radiologik mastoid masih meragukan, sebaiknya dipertimbangkan melakukan eksplorasi secara bedah. (Harold ludman MB,FRCS, petunjuk penting pada penyakit telinga hidung dan tenggorok)
A.    Tes laboratorium

Contoh nanah harus diambil untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas antibiotika. Pemeriksaan audiometri akan menunjukan tuli konduktif; roentgenogram akan menunjukkan perkabutan difus sel-sel mastoid.

B.    Terapi

Pasien dirumahsakitkan dan harus diberi infus IV untuk pemberian antibiotika penisilin dosis besar, karena organisme penyebabnya mungkin streptococcus β-hemoliticus atau pneumococcus. H. Influenza harus juga dicakup sampai didapat hasil kultur. Terapi medis tambahan serupa untuk otitis media supurativa akuta.
Bila perforasi membran timpani kecil dan drainase tidak tampak adekuat atau pada pasien yang jarang dengan membrana timpani yang utuh dan menonjol, harus dilakukan insisi miringotomi yang besar pada membran timpani. Bila terjadi abses subperiosteal yang segera tidak menyembuh, ia harus diinsisi dan didrainase. Biasanya mastoiditis akan sembuh total dengan terapi medis atau dengan tindakan bedah minor yang disebutkan, dan hanya kadang-kadang diperlukan mastoidektomi. ( Dr. Petns,adrianto penerbit buku kedokteran, penyakit telinga hidung dan tenggorokan)
4.      OTITIS MEDIA SEKRETORIA
Nyeri sementara merupakan ciri khas Glue Ear.karena adanya efusi, membran timpani tampak abnormal. Secara klasik dijumpai injeksi dengan pembuluh-pembuluh darah radial yang jelas,yang kalau kurang teliti dapat didiagnosis secara salah sebagai otitis media. Warnanya dapat kekuning-kuningan, atau kadang-kadang biru. Anak tampak sehat dan afebris, tetapi biasanya disertai gangguan pendengaran selama beberapa waktu. (Harold ludman MB,FRCS, petunjuk penting pada penyakit telinga hidung dan tenggorok)
5.      BAROTRAUMA OTITIK (AEROTITIS)
Barotrauma atau aerotitis media merupakan perdarahan akut atau efusi serosa ke dalam ruangan telinga tengah sekunder terhadap perubahan akut dalam tekanan atmosfir. Hal ini bisa karena perjalanan dengan pesawat udara atau penyelaman ‘scuba’. Secara spesifik aerotitis menunjukan fenomena yang timbul bila ada efusi akut cairan serosa atau benar-benar pecahnya pembuluh darah kecil (hemotimpanum) didalam ruangan telinga tengah, akibat perubahan tekanan mendadak didalam kabin pesawat udara bertekanan. Telinga tak berhasil menyesuaikan diri dengan relatif hampa udara yang tercipta didalam ruangan telinga tengah oleh perubahan tekanan ini. Pasien hampir selalu mempunyai riwayat infeksi saluran pernafasan atas yang berhubungan.
Nyeri yang timbul dengan barotrauma biasanya digambarkan cepat dan menyiksa. Pasien juga mengeluh sensasi tekanan yang jelas. Mungkin ada tuli konduktif yang menyertai. Pada pemeriksaan, mungkin ada perubahan warna membran timpani akibat efusi serosa atau perdarahan kecil serta pembuluh darah terdistensi yang menunjukkan hemotimpanum. (SeTH R.thaller, Mark S. Granick penyakit telinga hidung tenggorok)
Tekanan atmosfer yang meningkat dengan tiba-tiba dapat menyebabkan berbagai kelainan pada telinga
·         Otitis media sekretori (dengan atau tanpa hemotimpanum)
·         Perforasi membran timpani
·         Tulang pendengaran pecah(rusak)
·         Ruptur membran labirin
·         Tuli sensorineural
·         Disfungsi vestibular
(victoria moore-gillon nicholas stafford, segi praktis telinga hidung tenggorok)

6.      MIRINGITIS BULOSA
Miringitis bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung hemoragik dikulit meatus akustikus eksternus dan pada membran timpani. Terdapat bukti bahwa miringitis bulosa dapat disebabkan oleh berbagai agen, seperti mycomplasma pneumoniae dan berbagai virus yang berhubungan dengan ‘ coomon cold’, influenza dan morbili. Penyakit ini sembuh sendiri dengan nyeri yang mereda serta gelembung mengering dan menghilang setelah beberapa hari. Tidak terdapat demam, eksudat purulen atau tuli tanpa infeksi bakteri sekunder.
a.    terapi
kecuali terjadi infeksi bakteri sekunder, tidak diindikasikan pemberian antibiotika. Umumnya pemecahan bullae tidak menghilangkan nyeri. Dapat diberikan analgesik sesuai kebutuhan.    ( Dr. Petns,adrianto penerbit buku kedokteran, penyakit telinga hidung dan tenggorokan)
Gambaran klinik
(i)            sering bersama dengan epidemi influensa
(ii)           anak dan dewasa muda yang terkena
(iii)          nyeri telinga hebat dan terdapat bula yang hemoragik dimembran timpani
(iv)         bila bula pecah terdapat sekret serosa yang berdarah (serosanguineus) diliang telinga
(v)          tuli hanya terjadi apabila terbentuk efusi ditelinga tengah (10%)
(vi)         dapat terjadi infeksi sekunder oleh bakteri pada bula.
(victoria moore-gillon nicholas stafford, segi praktis telinga hidung tenggorok)


ASUHAN KEPERAWATAN OTALGIA
A. PENGKAJIAN
      a. Identitas klien
           Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh adanya nyeri hebat, apalagi jika daun telinga disentuh. Adanya sekret yang keluar dari telinga, kadang-kadang disertai bau yang tidak sedap. Terjadi pembengkakan pada liang telinga. Terjadi gangguan pendengaran dan kadang-kadang disertai demam. Telinga juga terasa gatal.
b.  Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-lahan, sejauh mana keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan apa usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan.
c. Riwayat penyakit dahulu
     Tanyakan pada klien dan keluarganya ;
              apakah klien dahulu pernah menderita sakit seperti ini ?
              apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi, kejang ?,
              apakah klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga terjadi trauma ?,
              apakah klien sering berenang ?
               Apakah klien saat dilahirkan cukup bulan, BBLR, apakah ibu saat hamil mengalami infeksi, dll
.d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada diantara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti klien saat ini dan apakah keluarga pernah menderita penyakit DM.
B. PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi
Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada MAE, warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor.
Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membran timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat.
b.  Palpasi
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.

C. DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF
1.    Data subjektif
a.     Klien mengeluh pendengarannya berkurang, sering keluar sekret yang berbau.
b.     Klien mengeluh telinganya sakit/nyeri atau terasa gatal.
c.    Klien mengatakan terjadi trauma pada telinganya (karena jatuh, berolahraga, dll).
d.    Klien sering berenang dan mengorek telinganya.
2. Data objektif
·         Klien berespons kesakitan saat daun telinganya disentuh.
·          Klien tampak menggaruk-garuk telinganya atau meringis kesakitan.
·         Klien sering mendekatkan telinganya kepada perawat saat perawat berbicara.
·          Tampak sekret yang berbau.
·         Adanya benjolan  atau furunkel pada telinga atau filamen jamur yang berwarna keputih- putihan.
·         Liang telinga tampak sempit, hyperemesis dan edema  tanpa batas yang jelas.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
·      Nyeri (akut/kronis) b/d trauma, infeksi atau demam sekunder terhadap kecelakaan, infeksi oleh jamur / virus / bakteri , ditandai dengan :
(i)         Klien mengeluh telinganya sakit/ nyeri,gatal.
(ii)        Klien tampak menggaruk-garuk telinganya,meringis kesakitan.
(iii)        Klien berespon kesakitan saat telinganya disentuh.
(i)             Terdapat benjolan,edema,furunkel,filamen jamur pada telinga.
(v)        Klien demam ( pada OED ).
Intervensi keperawatan:
(i)            Kaji tingkat nyeri klien / demam klien.
(ii)            Lakukan pembersihan telinga secara teratur dan hati-hati.
(iii)          Beri penyuluhan kepada klien tentang  penyebab nyeri dan penyakit yang dideritanya / demamnya.
(iv)         Lakukan aspirasi secara steril (bila terjadi abses) untuk mengeluarkan nanahnya, jika dinding furunkelnya tebal, dilakukan insisi kemudian dipasang drainage untuk mengalirkan nanah.
(v)           Berikan kompres dingin bila demam.
(vi)          Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik dan antibiotik dosis tinggi (pada OEM).
·      Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kesukaran memahami orang lain (kurangnya pendengaran), sekunder terhadap penumpukkan serumen/sekret pada liang telinga, jaringan granulasi yang subur, edema pada liang telinga, ditandai dengan :
 Klien mengeluh pendengarannya berkurang.
Intervensi Keperawatan :
a.       Identifikasi metode  alternatif dan efektif untuk berkomunikasi, menggunakan tulisan atau isyarat tangan dengan cara menunjuk (gerakan pantomin).
b.      Kurangi  kebisingan lingkungan.
c.       Perawat atau keluarga berbicara lebih keras serta menggunakan gerak tubuh.
d.       Usahakan saat berbicara selalu berhadapan dengan klien.
·      Resiko gangguan konsep diri  berhubungan dengan terjadinya ketulian, pengeluaran sekret yang banyak dan berbau, sekunder terhadap tanda-tanda infeksi : jamur, bakteri, virus, alergi, penumpukkan serumen, penutupan liang telinga oleh jaringan granulasi yang subur atau furunkel yang membesar.
Intervensi Keperawatan :
o   Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai pandangan, pemikiran dan perasaan sesesorang.
o   Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa kesehatan.
o    Berikan informasi yang akurat  kepada klien dan perkuat informasi yang sudah ada.
o    Berikan dorongan  untuk pilihan pemecahan masalah.
o    Perjelas berbagai kesalahan konsep individu mengenai diri, perawatan atau pemberi perawatan.
o   Hindari kritik negatif.
o    Beri privacy dan suatu keamanan lingkungan.
o    Bersihkan dan keluarkan serumen/sekret.
o   Pasang tampon yang mengandung antibiotik.
(Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi VIII, EGC, Jakarta.)


DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi VIII, EGC, Jakarta.
Chandler J.R; Malignant external otitis: further considerations. Ann. Otol. Rhinol. Laryngol,1977
Cody D.T.R, Sones D. A.: relaphsing polychondritis: Audiovestibular manifestasion laryngoscope,1971
Cowan, L. David, 1997. Mengenal Penyakit Telinga, Arcan, Jakarta.
Dr. Petns,adrianto penerbit buku kedokteran, penyakit telinga hidung dan tenggorokan
 dr.jonathan oswam, petunjuk penting pada penyakit telinga hidung dan tenggorok
Potter Patricia A.,1996, Pengkajian Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta
SeTH R.thaller, Mark S. Granick penyakit telinga hidung tenggorok.
victoria moore-gillon nicholas stafford, segi praktis telinga hidung tenggorok
Harold ludman MB,FRCS, petunjuk penting pada penyakit telinga hidung dan tenggorok
Soepardi, Efiaty Arsyah, 1995, Buku Ajar Telinga hidung Tenggorok, FKUI, Jakarta. 

Saturday, January 12, 2013

ASKEP ILEUS OBSTRUKTIF


Pengertian
Kerusakan parsial atau komplet aliran ke arah depan dari isi usus disebut obstruksi usus. Kebanyakan obstruksi usus terjadi di usus halus khususnya ileum, karena termasuk segmen paling sempit.( Monica Ester )
Etiologi
Ileus obstruktif yaitu terganggunya intestinal secara fisik dikarenakan keadaan-keadaan seperti :
·         Perlengketan
·         Hernia
·         Neoplasma
·         Penyakit peradangan usus
·         Benda asing dan batu empedu
·         Fecal impaction
·         Stricture : congenital dan radiasi
·         Intusepsi (biasa pada bayi dan balita)
·         Volvulus ( biasa pada manula )
( Hotma Romahorbo )

 Faktor Resiko
  Permasalahan ini tergantung pada bagian mana yang tersumbat . Bila obstruksi terjadi pada bagian atas usus kecil maka akan mengakibatkan kehilangan Gastric Hydrocloride yang kelak akan menjadi Metabolic alkalosis. Kemudian bila obstruksi terjadi pada bagian bawah duodenum bagian atas usus besar , maka akan mengalami gangguan keseimbangan asam lambung. Namun bila obstruksi ini terjadi pada bagian bawah usus kecil, maka akan kehilangan cairan alkaline yang kelak akan menyebabkan Metabolic asidosis.( Suzzane, smelzer )
            Komplikasi
·         Hypovolemia berat akibat dari insufiensi ginjal.
·         Peritonitis tanpa atau dengan perforasi akibat berkembangbiaknya bakteri, peredaran darah disekitar itu akan terganggu , terhenti, necrose perforasi.
·         Sepsishcol akibat endotoxin dari bakteri sehingga endotoxin masuk ke peredaran darah sistemik dan limpatik.
·         Anemia berat karena kehilangan darah di daerah intestinal dan peritoneum.
( Hotma Romahorbo )

Patofisiologi
 Pada saat intestinal tidak mampu mengabsorpsi dan mendorong isi ke bagian bawah saluran cerna, maka pada daerah tersebut akan mengalami distensi. Pada keadaan demikian, maka intestinal berupaya mendorong isi ke bagian bawah sehingga terjadi peristaltik usus yang berlebihan. Kemudian oleh karena peristaltik usus yang berlebihan tersebut maka akan merangsang sekresi intestinal yang berlebihan sehingga terjadilah distensi.Hal ini akan menyebabkan oedema pada daerah bowel dengan meningkatnya permeabilitas kapiler, lalu plasma masuk ke dalam cavum peritoneal sehingga cairan terjebak dalam lumen intestinal akhirnya terjadi penurunan absorpsi cairan elektrolit di dalam vaskuler( Hotma Romarhobo )

Tanda dan Gejala
Tanda yang khas terjadi pada pasien adalah ketidakseimbangan elektrolit dan penurunan volume darah. Pada saat kondisi demikian maka potensial terjadi Shock Hypovolemic sangat besar mulai dari tingkat ringan sampai berat.(Suzzane, smeltzer )

B.ASKEP
ASKEP PASIEN DENGAN ILEUS OBSTRUKTIF
Pengkajian
           Riwayat
ü  Faktor-faktor yang mungkin terjadi obstruksi
ü  Penggunaan obat yang lalu dan sekarang masih digunakan (serta kaji waktu, diagnosa, pengobatan).
ü  Cari informasi yang spesifik tentang : operasi obdamen,terapis radiasi,penyakit chorn, ulserative colitis, diverticullitis, batu empedu, hernia, dan tumor).
ü  Kebiasaan dietary, hal ini untuk mengkaji keaadan yang terjadi akhir-akhir ini seperti mual, muntah, dan pola BB
ü  Kaji kesehatan keluarga tentang riwayat kanker kolorektal, keadaan darah dalam feses, atau terjadinya perubahan pola BAB.
     Pengkajian Fisik
   Pengkajian fisik ini dilakukan pada saat pasien dalam keadaan tenang,sehingga hasil yang didapatkan lebih akurat. Adapun metode yang akan digunakan adalah inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi; dilakukan secara berurutan dan sistematis (head to toe). Namun, selain pengkajian fisik secara umum, terdapat pula pengkajian fisik yang bersifat focusing atau daa focus, antara lain :
            Inspeksi
1)    Pada abdomen akan terlihat : tegang, kulit mengkilap, dan bila semakin distensi maka umbilikal akan tampak muncul.
2)   Nousea – vomiting :
ü  Konsistensi, tergantung pada lokasi terjadinya obstruksi :
v  Ileum bagian atas ; keadaan muntah menyemprot dan bersi makan yang telah dicerana, tetapi bila lambung kosong hanya cairan, mukus, dan air yang keluar.
v  Ileum bagian bawah : tidak ada muntah. Dalam keadaan demikian katup Ileucecal mencoba untuk mencegah terjadinya regurgitasi.
ü  Warna dan bau menyengat ke rena hasil pembusukan bakteri di bagian proxima atau karena terkontaminasi dengan fecal.
ü  Nafas berbau busuk akibat pembusukan oleh bakteri.
ü  Obstruksi pada obstruksi total usul kecil.
Palpasi
ü  Bagian atas (proxima) usus kecil ; nyeri tekan dan nyeri lepas.
ü  Bagian tengah dan distal usus kecil : nyeri yang bersifat periodik dan periumbilikal terkadang kram.
ü  Bagian bowel : nyeri perut dan atau kram
Pada keadaan ini ( nyeri dan kram) perlu divaliadasi melalui pertanyaan kapan timbul dan hilangnya , bila saat bagaimana hilang dan timbul, serta perlu pula ditanyakan kualitas nyeri skala PQRST.
Auskultasi
Gelombang peristaltik pada daerah proximal terdengar keras (borbrygmi), bunyi ini biasanya mengawali proses obstruksi. Bila sudah terjadi obstruksi, maka bisisng ususu tidak akan terdengar lagi khususnya pada daerah distal. Pada keadaan ini akan segera terjadi distensi.
Parkusi
Jari telunjuk (jari tangan) yang biasa digunakan untuk melakukan perkusi pada daerah abdomen. Biasanya akan terdengar suara Dullnes atau suara redup bila terjadi (cairan atau gas).

a.    Pengkajian Psikologis
Perawat perli mengkaji reaksi yang tejadi dari aspek psikologis pasien tentang cemas dan takut. Cemas karena obstruki dan pelaksanaan pemeriksaan dan diagnosa. Sedangkan rasa takut timbul terhadap nyeri, kram, distensi dan muntah.
      Tim kesehatan biasaanya tidak segera mengetahui keadaan demikian. Oleh karena itu, maka perawat harus peka mengetahui hal ini dengan menggunakan [ertanyaan yang dapat mengali perasaan pasien dan dapat dituangkan dalam bentuk verbalis.

b.    Data Penunjang
1)    Laboraturium
Tidak ada test Laboraturim yang dapat dengan tepat mendukung diagnosa obstruksi . Biasanya nilai sel darah putih (WBC) dalam keadan batas normal. Kalau saja terjadinya peninggian hal ini disebabkan oleh keadan lain (infeksi). Namun demikian perawat perlu mengkaji data laboraturium untuk petunjuk indikasi daerah terjadinya obstruksi.
ü  Bagian atas (proximal) usus kecil dapat memperlihatkan  peninggian kadar konsentrasi CO2 di dalam serum dalam keadaan Metabolie alkalosis.
ü  Bagian bawah (distal) usus besar memperlihatkan konsentrasi CO2 dalam serum rendah pada keadaan Metabolie Aeidesis.
2)   Radiographic
ü  Segera melakukan pemerikasaan secara X-ray bagian abdomen : tegak dan melintang
ü  Distensi : terlihat cairan pada daerah small intestine dan gas pada daerah large intesitine.
ü  Perlu diingat, bila dalam pemerikasaan terdapat uadara bebas pad cavum intestine hati-hati terjadinya perforasi.
3)   Lain-lain
ü  Andoscopy (sigmoidescopy atau colonoscopy)
ü  Barium enema study

Rumusan Diagnosa Keperawatan
1)    Perubahan perfusi intestinal sehubungan dengan dampak obstruksi.
2)   Kekurangan volume cairan sehubungan dengan :
ü  Penurunan reabsorsi
ü  Kehilangan sekresi
ü  Muntah
3)   Nyeri sehubungan dengan distensi abdomen dan peristaltik yang meningkat.
4)   Potensial terjadi infeksi sehubungan dengan :
ü  Perkembangan bakteri berlebihan
ü  Perforasi
5)   Pola nafas yang tidak efektif sehubungan dengan distensi abdomen.
6)   Penurunan nutrisi : kuarang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan muntah.
7)   Penurunan CD sehubungan dengan :
ü  Penurunan volume darah
ü  Terganggunya aliran vena-arteri bowel .
8)   Intoleransi aktivitas sehubungan dengan :
ü  Ketidak seimbangan caiaran elektrolit.
ü  Ketidaknyamanan.

Perencanaan Keperawatan
1.     Kolaborasi untuk pemasangan tube testinal :
a.    Pemasangan Nasointestine Tube (NIT), peerhatikan :
ü  Uabh posisi tiap 2 jam.
ü  Monitoring aliran cairan intestine secara gravitasi
ü  Masukkan udara 10 cc bila aliran tidak lancar (jangan pake air jika tidak ada advice dari dokter)
ü  Lakukan suction dengann hati-hati ; menggunakan suction lumen tunggal
ü  Berikan catatan di tempat tidur dan status pasien tentang penggunaan mercury
b.    Pemasangan Nasogasstric Tube (NGT), perhatikan
ü  Monitor pasien setiap 4 jam , kemudian kaji tentang keadaan posisi NGT, pengeluaran cairan gasstrik, serta integritas kulit di sekitar penekanan NGT.
ü  Dengar peristaltik usus pada saat tidak dilakuakan suction

Puasakan pasien
2.    Kolaborasi pemberian cairan dan nutrisi per perenteral.
ü  Evaluasi jumlah dan jenis platus setiap hari
ü  Kaji keadaan nause, vomiting, distensi abdomen, dan poisiss NGT.
3.    Monitor adanya kemungkian komplikasi
4.    Pertahanka posisi pasien semi fowler
5.    Kolaborasi tindakan pembedahan.

Pembedahan
a.    Pre – operasi
ü  Diskusi rencana ini dengan pasien
ü  Bila masih memungkinkan pasang NIT/NGT
ü  Lakuakan suction dengan hati-hati
ü  Kaji kemampuan pasien untuk perawatan mandiri
b.    Prosedur operasi
ü  Perlengkapan dilakukan laparatomy
ü  Tumor dilakukan colostomy permanen/ tempere
ü  Fecal empection dilakukan embolectomy
ü  Ganggraen dilakukan pengangkatan sebagian
c.    Post – operasi
ü  Pasangan NGT sampai timbul peristaltik yang efektif
ü  Berikan pendidikan kesehatan tentang prinsip-prinsip perawatan luka secara umum dan mencegah agar tidak kembali tejadi (bila fecal impaction) un tuk di rumah sakit maupun di rumah kembali pulang.
DX.2
Intervensi  keperawatan yang dapat diberikan :
ü  Pemberian cairan elektrolit dengan potasium per IV.
ü  Pemberian darah bila diperlukan
ü  Monitor TPRS, intake – out cairan , turgor kulit, dan oedema.
ü  Bantu pasien dalam pemenhan nitrisi, serta jelaskan jenis diet yang perlu dikonsumsi.
ü  Bersihkan daerah mulut dan mukosa agar tetap lembab dan bersih.
ü  Tidak memberikan glicerine dan kembang es untuk melembabkan bibr kering.
DX.3
ü  Kaji kualitas dan lokasi nyeri secara kontinue
ü  Lapor segera bila nyeri berubah menjadi kolik yang menetap.
ü  Jelaskan apada pasien dan keluarga agar tidak menggunakan obat anlgetik untuk mengurangi nyeri.
ü  Monitor timbul side effect daripada demetrol ; biasanya timbul mual dan muntah.
ü  Pertahanakan poisisin pasien dengan semi fowler dan kaji kaji Kemungkinan terjadinya sesak akibat distensi.
ü  Bersihkan sekresi yang terdapat di sekitar lubang hidung (bila terpasang NGT – NIT) & beri pelumas     ( Hotma Romarhobo )

Evaluasi
      Bagi seluruh pasien yang akan kembali ke rumah sebaiknya dipersiapkan dengan baik melalui pendidikan kesehatn , antara lain :
1.     Perawatan di rumah tergantung pada penyebab obstruksi dan tipe pengobatan yang diberikan selama di rumah sakit.
Non – pembedahan
Perawatan perlu mengkaji kemampuan pasien untuk perawatan mandiri di rumah, dan mengubah cara hidup yang baik bila terjadi fecal impaction. 
Pembedahan
Kaji kemampuan pasien untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya,bila terpasang colostomy permanen maka pasien diharapkan dapat menolong dirinya sendiri dengan bantuan minimal dariorang lain.
2.    Pemberian Pendidikan kesehatan
ü  Ingatkan pasien untuk segera datang ke rumah sakit bila terdapat nyeri abdomen, distensi, nausea, vomiting, konstipasi, atau fecal impaction (manula) agar dapat pertolonagn segera. Serta pasien dan keluarga perlu mengubah cara hidup yang benar untuk mencegah terjadinya obstruksi ulang.
ü  Jelaskan untuk mengkonsumsi mkan tinggi serat , rendah lemak, olah raga yang teratur, serta minum air yang cukup jika tidak ada kontra indikasi.
ü   Biasanya doktermemberikan resep Laxative agar tetap mempertahankan  pola eliminasi yang teratur
ü  Ajarkan pasien dan keluarga tentang prinsip – prinsip perawatan  luka, penggunan obat dan melakukan aktifitas yang sesuai.
1.     Prinsip Psikososial
Tergantung pada faktor penyebab dan pengobatan yang diberikan di rumah sakit, sehingga kecemasaan dan rasa takut akan berkurang di masa mendatang .
Sumber – sumber / tempat kesehatan kegunaan untuk follow-up, ini pun tergantung pada sebab dan tipe tindakan yang diberikan di rumah sakit. Bila penyebabnya fecal impaction maka perawatan di rumah cukup dengan memanggil tim kesehatan yang terdekat. Tetapi bila pasien dengan polostomy permanen maka sebaiknya pasien meminta agar ada perawat yang home visite. ( Hotma Romarhobo )

 DAFTAR PUSTAKA
Smelter, Suzzane c. (2001) Buku ajar Keperawatan Medical Bedah- Brunner & Suddart. Alih bahasa : Agung Waluyo.Edisi:8 .Jakarta.EGC
Monica, Ester .(2001) Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC.
Hotma homarhobo, 1997. Guru dan Dosen Lingkungan Pendidikan .Bandung
Doenges, Marlyn. dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta Ramali,
Ahmad. 2005. Kamus Kedokteran. Djambatan : Jakarta
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan. EGC : Jakarta


Poster Penyuluhan Kesehatan

Poster Otitis Media Akut
Penyuluhan kesehatan di Poli THT RSU Cibabat Cimahi, 
Oleh Kelompok 1, PKK II STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi

Ibadah Natal Bersama Keluarga Besar Tanimbar Cimahi – Bandung



Ibadah Natal Bersama Keluarga Besar Tanimbar
Ibadah natal bersama yang dilaksanakan pada hari minggu 30 desember 2012 di Vins Bery Cisarua, dimulai dengan membuat 2 lubang bakar batu, dan di lanjutkan dengan ibadah bersama yang dipimpin oleh Pastor Rudi Rumlus, Osc dan pastur Siktus Nurmalai, Osc berjalan dengan hikmat, acara yang diiringi dengan lagu – lagu berbahasa daerah, menambah kerinduan akan tanah tanimbar. Pesan natal yang disampaikan begitu mendalam, yaitu agar kita tidak hidup dalam kegelapan dunia yang hanya membawa kita semakin jauh dari Tuhan, sebagai keluarga besar tanimbar yang berada di tanah rantau, kita di harapkan selalu menjaga kebersamaan sebagai sebuah keluarga besar, yang saling melindungi, membimbing dan selalu bisa memaafkan sesama saat terjadi perdebatan.
Buka Bakar Batu
Buka bakar Batu
Buka bakar Batu
 Acara di lanjutkan dengan makan bersama dan membuka bakar batu, dengan doa yang di pimpin oleh bapak Alex Luarwan. Walau diguyur hujan gerimis namun tidak menyurutkan semangat kebersamaan dalam acara, dan antusiasme anak – anak pun semakin tinggi karena ingin melihat hasil bakar batu, tradisi yang turun temurun dilakukan dan baru kini dapat mereka lihat secara langsung. Hasil bakar batu yang terdiri dari ubi, singkong, kentang, labu, semakin menambah kerinduan akan tanah tanimbar.
Diselingi dengan hiburan lagu – lagu daerah, anak- anak pun memiliki acara sendiri, dengan bertukar kado natal, yang dipimpin oleh Ibu Elisabet Fadirsair. Walau dengan hadiah yang sederhana, tetapi tetap memberikan keceriaan bagi anak – anak. Selain bertukar kado untuk anak- anak, ada juga pembagian door price sesuai.




Badendang
Badendang
"Selamat natal dan Tahun baru "


Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita

Sistem reproduksi manusia baik pria maupun wanita memiliki struktur organ internal dan eksternalnya masing- masing. Setiap organ dalam sist...