Wednesday, August 11, 2010

Askep Pada Cerebral Palsy

Cerebral palsy merupakan kelainan motorik yang banyak diketemukan pada anak-anak. Pada waktu itu kelainan ini dikenal sebagai penyakit dari Little. Sigmund Freud menyebut kelainan ini dengan istilah “Infantil Cerebral Paralysis”. Sedangkan Sir William Osler adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah “cerebral palsy”. Nama lainnya adalah “Static encephalopathies of childhood”.
Angka kejadiannya sekitar 1-5 per 1000 anak laki-laki lebih banyak daripada wanita. Sering terdapat pada anak pertama, mungkin karena anak pertama lebih sering mengalami kesulitan pada waktu dilahirkan. Angka kejadiannya lebih tinggi pada bayi BBLR dan anak-anak kembar. Umur ibu sering lebih dari 40 tahun, lebih-lebih pada multipara.

A. DEFINISI
Cerebral palsy adalah ensefalopatistatis yang mungkin di definisikan sebagai kelainan postur dan gerakan non-progresif,sering disertai dengan epilepsy dan ketidak normalan bicara,penglihatan, dan kecerdasan akibat dari cacat atau lesi otak yang sedang berkembang.
(Behrman:1999,hal 67-70)
Cerebral palsy ialah suatu gangguan nonspesifik yang disebabkan oleh abnormalitas system motor piramida (motor kortek,basal ganglia dan otak kecil)yang ditandai dengan kerusakan pergerakan dan postur pada serangan awal.
(Suriadi Skep : 2006,hal 23-27)
Cerebral palsy adalah kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif,terjadi pada waktu masih muda (sejak dilahirkan) serta merintangi perkembangan otak normal denga gambaran klinik dapat berubah selama hidup dan menunjukkan kelainan dalam sikap dan pergerakan,disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan spastis ,gangguan ganglia basal dan sebelum juga kelainan mental.
(Ngastiyah : 2000,hal 54-56)

B. ETIOLOGI
Penyebab Cerebral palsy dapat dibagi menjadi dalam 3 bagian :
1. Pranatal
1. Infeksi intrauterin : TORCH,sifilis,rubella,toksoplasmosis,sitomegalovirus
2. Radiasi
3. Asfiksia intrauterin (abrupsio plasenta previa,anoksia maternal,kelainan umbilicus,perdarahan plasenta,ibu hipertensi,dan lain-lain)
4. Toksemia grafidarum
2. Perinatal
a. Anoksia/hipoksia
b. Perdarahan otak
c. Prematuritas
d. Ikterus
e. Meningitis purulenta
3. Postnatal
a. Trauma kepala
b. Meningitis/ensefalitis yang terjadi 6 bulan pertama kehidupan
c. Racun : logam berat
d. Luka Parut pada otak pasca bedah
Beberapa penelitian menyebutkan factor pranatal dan perinatal lebih berperan dari pada factor pascanatal.Studi oleh nelson dkk(1986) menyebutkan bayi dengan berat lahir rendah,asfiksia saat lahir,iskemia pranatal,faktor penyebab Cerebral palsy.
Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat akhir,sedangkan factor perinatal yaitu segala faktor yang menyebabkan Cerebral palsy mulai dari lahir sampai satu bulan kehidupan.Sedangkan faktor pascanatal mulai dari bulan pertama kehidupan sampai 2 tahun.(Hagbreg dkk,1975),atau sampai 5 tahun kehidupan (Blair dan Stanley,1982),atau sampai 16 tahun (Perlstein,Hod,1964)
C. GEJALA
Gejala biasanya timbul sebelum anak berumur 2 tahun dan pada kasus yang berat,bisa muncul pada saat anak berumur 3 bulan.
Gejalanya bervariasi,mulai dari kejanggalan yang tidak tampak nyata sampai kekakuan yang berat,yang menyebabkan bentuk lengan dan tungkai sehingga anak harus memakai kursi roda.
Cerebral palsy Dibagi menjadi 4 kelompok :
1. Tipe spastic atau pyramidal (50% dari semua kasus CP,otot-otot menjadi kaku dan lemah
Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah :
a) HIpertoni (fenomena pisau lipat)
b) Hiperrefleksi yag disertai klonus
c) Kecenderungan timbul kontraktur
d) Reflex patologis
Secara topografi distribusi tipe ini adalah sebagai berikut :
a) Hemiplegia apabila mengenai anggota gerak sisi yang sama
b) Spastik diplegia,mengenai keempat anggota gerak,anggota gerak atas sedikit lebih berat.
c) Kuadriplegi,mengenai keempat anggota gerak,anggota gerak atas sedikit lebih berat.
d) Monopologi,bila hanya satu anggota gerak.
e) Triplegi apabila mengenai satu anggota gerak atas dan dua anggota gerak bawah,biasanya merupakn varian dan kuadriplegi.
2. Tipe disginetik (koreatetoid,20% dari semua kassus CP),otot lengan,tungkai dan badan secara spontan bergerak perlahan,menggeliat dan tak terkendali;tetapi bisa juga timbul gerakan yang kasar dan mengejang. Luapan emosi menyebabkan keadaan semakin memburuk,gerakan akan menghilang jika anak tidur.
3. Tipe ataksik, (10% dari demua kasus CP)terdiri dari tremor,langkah yang goyah dengan kedua tungkai terpisah jauh, gangguan kooordinasi dan gerakan abnormal.
4. Tipe Campuran (20% dari semua kasus CP),merupakan gabungan dari 2 jenis diatas ,yang sering ditemukan adalah gabungan dari tipe spastik dan koreoatetoid.
Berdasarkan derajat kemampuan fungsional :
1) Ringan :
Penderita masih bisa melakukan pekerjaan/aktifitas sehari-hari sehingga sama sekali tidak atau hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan khusus.
2) Sedang
Aktifitas sangat terbatas.penderita membutuhkan bermacam-macam bantuan khusus atau pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri,dapat bergerak dan berbicara. Dengan pertolongan secara khusus,diharapkan penderita dapat mengurus diri sendiri,berjalan atau berbicara sehingga dapat bergerak,bergaul ,hidup di tengah masyarsakat dengan baik.
3) Berat
Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Pertolongan atau pendidikan khusus yang diberikan sangat sedikit hasilnya.sebaiknya penderita seperti ini ditampung dengan retardasi mental berat,atau yang akan menimbulkan gangguan sosial-emosional baik bagi keluarganya maupun lingkungannya.
Gejala lain yang juga bisa dimukan pada CP :
· Kecerdasan dibawah normal
· Keterbelakangan mental
· Kejang/epilepsy (trauma pada tipe spastik)
· Gangguan menghisap atau makan
· Pernafasan yang tidak teratur
· Gangguan perkembangan kemampauan motorik (misalnya menggapai sesuatu, duduk , berguling ,merangkak , berjalan)
· Gangguan berbicara (disatria)
· Gangguan penglihatan
· Gangguan pendengaran
· Kontraktur persendian
· Gerakan menjadi terbatas
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis cerebral palsy tergantung dari bagian dan luas jaringan otak yang mengalami kerusakan :
1. Spastisitas
Terdapat peninggian tonus otot dan reflek yang disertai dengan klonus dan reflek Babinski kerusakan yaitu :
a. Monoplegia / monoparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak,tapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya.
b. Hemiplegia / hemiparisis
Kelumpuhan lengan dan tungkai dipihak yang sama.
c. Diplegia / diparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak,tapi tungkai lebih hebat dari pada lengan.
d. Tetraplegia / tetraparesis
Kelumpuhan keempat anggota gerak,tapi lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai yang lain.
2. Tonus otot yang berubah
Bayi pada usia bulan pertama tampak flasid dan berbaring seperti kodok terlentang, sehingga tampakseperti keainan pada “lower motor neuron“ menjelang umur 1 tahun berubah menjadi tonus otot dari rendah hingga tinngi. Golongan ini meliputi 10-20% dari kasus “cerebral palsy”
3. Ataksia
Ialah gangguan koordinasi kerusakan terletak di serebulum, terdapat kira-kira 5% dari kasus “cerebral palsy”
4. Gangguan pendengaran
Terdapat pada 5-10% anak dengan “cerebral palsy”.gangguan berupa kelainan neurogen terutama persepsi nada tinggi,sehingga sulit menangkap kata-kata.
5. Gangguan bicara
Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental. Gerakan yang terjadi dengan sendirinya dibibir dan dilidah menyebabkan sukar mengontrol otot-otot sehingga sulit membentuk kata-kata dan sering tampak anak berliur.
6. Gangguan mata
Biasanya berupa strabismus convergen dan kelainan refraksi, asfiksia berat, dapat terjadi katarak, hampir 25% penderita “cerebral palsy” menderita kelainan mata.
E. PATOFISIOLOGI
  • Adanya malformasi pada otak, penyumbatan pada vaskuler, atropi, hilangnya neuron dan degenerasi laminar akan menimbulkan narrower gry, saluran sulci dan berat otak rendah.
  • Anoxia merupakan penyebab yang berarti dengan kerusakan otak, atau sekunder dari penyebab mekanisme yang lain. CP (Cerebral Palsy) dapat dikaitkan dengan premature yaitu spastic displegia yang disebabkan oleh hypoxic infarction atau hemorrhage dalam ventrikel.
  • Type athetoid / dyskenetik disebabkan oleh kernicterus dan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, adanya pigmen berdeposit dalam basal ganglia dan beberapa saraf nuclei cranial. Selain itu juga dapat terjadi bila gangsal banglia mengalami injury yang ditandai dengan idak terkontrol; pergerakan yang tidak dosadari dan lambat.
  • Type CP himepharetic, karena trauma pada kortek atau CVA pada arteri cerebral tengah. Cerebral hypoplasia; hipoglicemia neonatal dihubungkan dengan ataxia CP.
  • Spastic CP yang paling sering dan melibatkan kerusakan pada motor korteks yang paling ditandai dengan ketegangan otot dan hiperresponsif. Refleks tendon yang dalam akan meningkatkan dan menstimulasi yang dapat menyebabkan pergerakan sentakan yang tiba-tiba pada sedikit atau semua ektermitas.
  • Ataxic CP adanya injury dari serebelum yang mana mengatur koordinasi, keseimbangan dan kinestik. Akan tampak pergerakan yang tidak terkoordinasi pada ekstremitas aras bila anak memegang / menggapai benda. Ada pergerakan berulang dan cepat namun minimal.
  • Rigid / tremor / atonic CP ditandai dengan kekakuan pada kedua otot fleksor dan ekstensor. Type ini mempunyai prognosis yang buruk karena ada deformitas multiple yang terkait dengan kurangnya pergerakan aktif.
  • Secara umum cortical dan antropy cerebral menyebabkan beratnya kuadriparesis dengan retardasi mental dan microcephaly.

Prenatal
· Infeksi intra uterin
· Radiasi
· Asfiksia intrauterin
· Toksemia gravidarum
Perinatal
· Anoksia/hipoksia
· Perdarahan
· Prematuritas
· Ikterus
· Meningitis purulenta
Post natal
· Trauma kepala
· meningitis
otak
Bilirubin masuk ke ganglion basal
Kernicterus & peny.hemolitik
Pigmen berdeposit dalam ganglia basal
Injury basal ganglia
Kerusakan jaringan otak tetap
Penyumbatan CSS
Penekanan kortek serebri
Perdarahan diruang subdural
hidrosefalus
Kelumpuhan spastik
Perdarahan diruang subarakhnoid


F. KOMPLIKASI
Kelainan
Frekuensi
Tipe Cerebral Palsy
1. Retardasi mental
2. Epilepsi
3. Kelainan Virus
§ Strabismus
§ Kelalinan refraksi
§ Hemianopsia
4. Kelainan pendengaran
5. Disartria
6. Kelainan kortikal sensori
7. Pertumbuhan ekstremitas tidak simetris
8. Skoliosis
9. Dismofogenesis
10. Kontraktur sendi
11. Defisit persepsi
75%
25-50%
75%
25-50%
25%
25%
25%
25-50%
25-50%
25%
25%
7%
25-50%
Atonik, rigid, spastik kuadriparesis
Hemiplegra, spastik kuadriparesis
Spastik diplegra dan kuadriparesis
Spastes atheroid
Hemiplegra
Post kern ikterus
Athetoid, spastik kuadriparesis
Hemiplegra
Hemiplegra
Spastik yang berat, spastik athetoid
Spastik
Spastik
Spastik
G. DIAGNOSIS BANDING
1. Mental subnormal
2. Retardasi motorik terbatas
3. Tahanan volunter terhadap gerakan pasif
4. Kelainan persendian
5. Cara berjalan yang belum stabil
6. Gerakan normal
7. Berjalan berjinjit
8. Pemendekan kongenital pada gluteus maksimus, sastrak nemius atau hamstring
9. Kelemahan otot-otot pada miopati, hipotoni atau palsy erb
10. Lain penyebab dari gerakan involunter
11. Penyakit-penyakit degeneratif pada susunan saraf
12. Kelainan pada medala spinalis
13. Sindrom lain
H. PENGOBATAN / TERAPI
Tapi tidak dapat disembuhkan dan merupakan kelainan yang berlangsung seumur hidup. Tetapi banyak hal yang dapat dilakukan agar anak bisa hidup semandiri mungkin.
Pengobatan yang dilakukan biasanya tergantung kepada gejala dan bisa berupa :
  • Terapi fisik
  • Loraces (penyangga)
  • Kaca mata
  • Alat bantu dengar
  • Pendidikan dan sekolah khusus
  • Obat anti kejang
  • Obat pengendur otot (untuk mengurangi tremor dan kekakuan) : baclofen dan diazepam
  • Terapi okupasional
  • Bedah ortopedik / bedah saraf, untuk merekonstruksi terhadap deformitas yang terjadi
  • Terapi wicara bisa memperjelas pembicaraan anak dan membantu mengatasi masalah makan
  • Perawatan (untuk kasus yang berat)
Jika tidak terdapat gangguan fisik dan kecerdasan yang berat, banyak anak dengan cp yang tumbuh secara normal dan masuk ke sekolah biasa. Anak lainnya memerlukan terapi fisik yang luas.pendidikan khusus dan selalu memerlukan bantuan dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari.
Pada beberapa kasus, untuk membebaskan kontraktur persendian yang semakin memburuk akibat kekakuan otot, mungkin perlu dilakukan pembedahan. Pembedahan juga perlu dilakukan untuk memasang selang makanan dan untuk mengendalikan pefluks gastroesofageal.
Prognosis
Dinegara yang telah maju misalnya Inggris dan Skandinavia, terdapat 20-25% pasien palsi serebral sebagai buruh penuh dan 30-50% tinggal di institusi palsi serebral. Prognosis pasien dengan manifestasi motor yang ringan baik, makin banyak manifestasi penyertanya dan makin baik berat manifestasi motornya, makin buruk prognosisnya.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identifikasi anak yang mempunyai resiko
§ Angka kejadian sekitar 1-5 per 1000 anak
2. Jenis kelamin
§ Laki-laki lebih banyak daripada wanita
3. Kap iritabel anak, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat, perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks bayi yang persisten, ataxic, kurangnya tonus otot.
4. Monitor respon untuk bermain
5. Kap fungsi intelektual anak
à Pemeriksaan Fisik
§ Muskuluskeletal : - spastisitas
- ataksia
§ Neurosensory : - gangguan menangkap suara tinggi
- gangguan bicara
- anak berliur
- bibir dan lidah terjadi gerakan dengan sendirinya
- strabismus konvergen dan kelainan refraksi
§ Eliminasi : - konstipasi
§ Nutrisi : - intake yang kurang
à Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang
§ Pemeriksaan pendengaran (untuk menetukan status pendengaran)
§ Pemeriksaan penglihatan (untuk menentukan status fungsi penglihatan)
§ Pemeriksaan serum, antibody : terhadap rubela, toksoplasmosis dan herpes
§ MRI kepala / CT scan menunjukkan adanya kelainan struktur maupun kelainan bawaaan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak ventrikel.
§ EEG : mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalins) / volsetasenya meningkat (abses)
§ Analisa kromosom
§ Biopsi otot
§ Penilaian psikologik
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko cidera b/d gangguan pada fungsi motorik
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kesukaran menelan dan meningkatnya aktivitas
3. Gangguan aktivitas b/d kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif
4. Resiko tinggi terhadap trauma b/d ataksia dan kelemahan umum
5. Perubahan perfusi jaringan b/d edema serebral yang mengubah / menghentikan aliran darah arteri / vena
6. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d penekanan respon inflamasi (akibat – obat)
7. Kurangnya pengetahuan b/d perawatan dirumah dan kebutuhan terapi
III. INTERVENSI
1. Resiko cidera b/d gangguan pada fungsi motorik
Tujuan : setelah dilaksanakan perawatan, diharapkan berkurangnya resiko cidera.
Kriteria hasil : - menyatakan pemahaman faktor yang menyebabkan cidera
- menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cidera.
INTERVENSI
RASIONAL
Ajarkan pola makan yang teratur
Anjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan / kegiatan, pertahankan kebersihan mulut anak
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
Memberikan intake yang adekuat dan menghindari terjadinya komplikasi / memperberat penyakit lebih lanjut
Meningkat kerja sistem endorphin sehingga meningkatkan kemauan untuk makan
Meningkatkan gizi anak
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebuthan tubuh b/d kesukaran menelan dan meningkatnya aktivitas
Tujuan : setelah dilaksanakan perawatan, klien diharapkan nutrisi menjadi adekuat.
Kriteria hasil : - adanya kemajuan peningkatan berat badan
- tidak mengalami tanda-tanda malnitrisi
INTERVENSI
RASIONAL
Ajarkan gerakan Px dalam melaksanakan ADL
Bantu Px untuk memenuhi kebutuhannya
Perhatikan posisi penderita pada waktu istirahat / tidur
Mengurangi terjadinya cidera yang dapat memperparah kondisi Px
Anak mempunyai banyak kebutuhan yang tidak dapat dilakukan sendiri karena keterbatasan
Untuk mencegah kontraktor
3. Gangguan aktifitas b/d kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif
Tujuan : setelah dilaksanakan perawatan, tidak terjadi gangguan aktivitas lagi.
Kriteria hasil : - aktivitas berjalan normal
- tidak ada keluhan terhadap gerakan yang dilakukan
INTERVENSI
RASIONAL
Berikan aktifitas ringan yang dapat dikerjakan anak
Libatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktifitas yang diinginkan
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi
Anjurkan keluarga turut membantu program latihan di rumah
Anak dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki anaknya walaupun terbatas
Membantu pemenuhan kebutuhan
4. Kurangnya pengetahuan b/d perawatan dirumah dan kebutuhan terapi
Tujuan : setelah dilaksanakan perawatan, diharapkan pengetahuan akan perawatan dan terapi meningkat.
Kriteria hasil : - menyatakan pemahaman terhadap perawatan dirumah dan kebutuhan terapi
- melakukan perilaku / perubahan pola hidup untuk memperbaiki status kesehatan
- kebutuhan terapi dapat dipenuhi
INTERVENSI
RASIONAL
Berikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang singkat dan sederhana
Diskusikan mengenai kemungkinan proses penyembuhan yang lama
Berikan informasi tentang kebutuhan untuk diet tinggi protein / karbohidrat yang dapat diberikan / dimakan dalam jumlah kecil tetapi sering
Menurunnya rentang perhatian pasien dapat menurunkan kemampuan untuk menerima / memproses dan mengingat / menyimpan informasi yang diberikan
Proses pemulihan dapat berlangsung dalam beberapa minggu / bulan dan informasi yang tepat mengenai harapan dapat menolong pasien untuk mengatasi ketidakmampuannya dan juga menerima perasaa tidak nyaman yang lama
Meningkatkan proses penyembuhan, makan-makanan jumlah kecil tetapi sering akan memerlukan kalori yang sedikit pada proses metabolisme, menurunkan iritasi lambung dan mungkin juga meningkatkan pemasukan secara total
IV. IMPLEMENTASI
1. Resiko cidera b/d gangguan pada fungsi motorik
§ Mengajarkan pola makan yang teratur
§ Menganjurkan untuk berpartisipasi dalam program latihan / kegiatan
§ Mempertahankan kebersihan mulut anak
§ Mengkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian nutrisi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d kesukaran menelan dan meningkatnya aktifitas
§ Mengajarkan gerakan Px dalam melaksanakan ADL
§ Membantu Px untuk memenuhi kebutuhannya
§ Memperhatikan posisi penderita pada waktu istirahat / tidur
3. Gangguan aktifitas b/d kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif
§ Memberikan aktivitas ringan yang dapat dikerjakan anak
§ Melibatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktifitas yang diinginkan
§ Mengkolaborasi dengan ahli fisioterapi
§ Menganjurkan keluarga turut membantu program latihan dirumah
4. Kurangnya pengetahuan b/d perawatan dirumah dan kebutuhan terapi
§ Memberikan informasi dalam bentuk-bentuk dan segmen yang singkat dan sederhan
§ Mendiskusikan mengenai kemungkinan proses penyembuhan yang lama
§ Memberikan informasi tentang kebutuhan untuk diet tinggi protein / karbohidrat yang dapat diberikan / dimakan dalam jumlah kecil tetapi sering.
V. EVALUASI
§ Menyatakan pemahaman faktor yang menyebabkan cidera
§ Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi
§ Aktifitas berjalan dengan normal
§ Adanya kemajuan peningkatan berat badan

Monday, May 31, 2010

Keep Dreaming

Einstein mengatakan bahwa: “Ada dua cara menjalani hidup, yaitu menjalaninya dengan keajaiban-keajaiban atau menjalaninya dengan biasa-biasa saja“.
Sekarang ini banyak selogan yang dikeluarkan oleh banyak orang yang topiknya seolah membius kita: “Stop Dreaming Start Action“.  Saya mengatakan bahwa slogan itu sepenuhnya tidak benar.
Mengapa?  Coba kita bayangkan, segala sesuatu yang Anda jalani saat ini adalah tidak lepas dari ‘dream’ atau mimpi Anda entah beberapa tahun yang lalu kan?
Sejarah pesawat terbang yang menjadi angkutan favorit saat ini berawal dari sebuah mimpi yang menjadi kenyataan.  Thomas Alfa Edison juga menemukan bolam lampu dari mimpi besar dia untuk menerangi dunia.
Jadi totally kita semua harus tetap memupuk mimpi-mimpi besar kita untuk membuat perubahan yang membantu terwujudnya dunia yang lebih maju dan bermanfaat bagi orang banyak.
Jadi dua cara untuk untuk menjalani kehidupan ini dan keduanya benar.
1. Dengan penuh keajaiban karena kita menyerahkan totally kepada Kuasa Tuhan Yang Maha Kuasa, dan
2. Dengan biasa-biasa saja, karena yaaa… memang beginilah kehidupan ini.
Dan semua orang jika ditanya, mereka justru akan memilih nomor 1, karena secara fitrah (suci) kita semua adalah ciptaan-ciptaan Tuhan Yang Maha Esa untuk selalu dekat denngan-Nya.
Jadi, mari kita jalani kehidupan ini dengan penuh ajaib, dengan selalu bersyukur setiap apa yang kita dapatkan.

SAP Breast Care Gw

 SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
Masalah keperawatan     :  Ketidaktahuan klien tentang cara melakukan perawatan payudara
Pokok Bahasan              :  Perawatan Payudara Ibu
Topik                             :   Perawatan Payudara Post Partum   
Sasaran                          :  Klien Post Partum
Waktu                            :  30 menit.
Pertemuan Ke                :  3
Tanggal                          :  23 Juni 2010
Tempat                          :  Rumah Keluarga Ny. A

I.        Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah diberikan pembelajaran kesehatan , diharapkan klien  mampu melakukan perawatan payudara 
II.     Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah diberi pembelajaran kesehatan selama 30 menit diharapkan sasaran dapat:
1.       Melaksanan persiapan klien dengan benar tanpa bantuan
2.       Melaksanan persiapan alat - alat dengan benar tanpa bantuan
3.       Melaksanakan cara – cara perawatan payudara  tanpa dibimbing.
III.   Pokok Materi Penyuluhan
1.       Persiapan klien
2.       Persiapan alat-alat
3.       Cara – cara perawatan payudara
IV.  Kegiatan Belajar Mengajar
Metode      : Curah pendapat, demonstrasi, diskusi , Tanya jawab
Media        : Poster Perawatan payudara,  Lembar Balik, Leaflet, alat – alat Perawatan payudara ( Baby oil secukupnya, Kapas secukupnya, Waslap 2 buah, 2 buah Handuk, 2 baskom berisi air, BH yang bersih dan terbuat dari katun )

Langkah-langkah kegiatan
A.     Kegiatan Pra Pembelajaran
1.      Mempersiapkan materi, media dan tempat
2.      Memberi salam
3.      Perkenalan
4.      Kontrak waktu
B.     Membuka Pembelajaran (5 menit )
1.      Menjelaskan Tujuan Pembelajaran
2.      Menjelaskan pokok bahasan.
3.      Apersepsi/ menggali kemampuan tentang materi yang akan dijelaskan.
C.     Kegiatan Inti (15 menit)
1.      Sasaran menyimak penjelasan materi melalui metode ceramah Tanya jawab dan penggunaan media poster, lembar balik, dan leaflet.
2.    Sasaran mengajukan pertanyaan terkait materi-materi yang belum dipahami, kemudian dijawab oleh penyuluh.
3.      Sasaran memperhatikan melalui metode demontrasi dan dapat mendemontrasikan kembali.

D.     Penutup (5 menit)
1.      Penyuluh Mengajukan pertanyaan secara lisan sebagai evaluasi
2.      Penyuluh Menyimpulkan materi
3.      Memberi salam.
V.     Sumber
1.       Soetjiningsih, ASI: Petunjuk untuk tenaga kesehatan. 1997.Jakarta:EGC.
VI.  Evaluasi
o       Prosedur   :  Post tes
o       Bentuk      :   Praktek 
o       Jenis tes    :  Penampilan
VII.    Lampiran Materi
1.       Pengertian Perawatan Payudara
Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan teratur untuk memeliharan kesehatan payudara dengan tujuan untuk memerlancar produksi asi saat meyusui.
2.       Tujuan Perawatan Payudara
o       Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi
o       Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet
o       Untuk menonjolkan puting susu
o       Menjaga bentuk buah dada tetap bagus
o       Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
o       Untuk memperbanyak produksi ASI
o       Untuk mengetahui adanya kelainan
3.       Persiapan Alat
o       Baby oil secukupnya. 
o       Kapas secukupnya
o       Waslap, 2 buah
o       Handuk bersih, 2 buah
o       2 baskom berisi air (hangat dan dingin)
o       BH yang bersih dan terbuat dari katun
4.   Pelaksanaan Perawatan Payudara
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan perawatan payudara pasca persalinan, yaitu:
o       Puting susu dikompres dengan kapas minyak selama 3-4 menit, kemudian bersihkan dengan kapas minyak tadi.
o       Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk diputar kedalam 20 kali keluar 20 kali.
o       Penonjolan puting susu yaitu :
1) Puting susu cukup ditarik sebanyak 20 kali
2) Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap
3) Memakai pompa puting susu
o       Pengurutan payudara:
1) Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian diratakan
2) Peganglah payudara lalu diurut dari pangkal ke putting susu sebanyak 30 kali
3) Pijatlah puting susu pada daerah areola mammae untuk mengeluarkan colostrums.
4) Bersihkan payudara dengan air bersih memakai waslap.
5.   Perangsangan Payudara
        Setelah selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan dingin secara bergantian selama ± 5 menit (air hangat dahulu kemudian air dingin). Kemudian pakailah BH (kutang) yang menyangga payudara. Diharapkan dengan melakukan perawatan payudara, baik sebelum maupun sesudah melahirkan, proses laktasi dapat berlangsung dengan sempurna.
6.   Pengompresan payudara
Kompres payudara dengan handuk kecil hangat selama 2 menit, lalu ganti dengan kompres air dingin. Kompres bergantian selama 3 kali dan akhiri dengan kompres air hangat.

Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita

Sistem reproduksi manusia baik pria maupun wanita memiliki struktur organ internal dan eksternalnya masing- masing. Setiap organ dalam sist...