A.
OSTEOMELITIS
Osteomielitis adalah infeksi tulang.
Infeksi tulang sulit untuk disembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak karena
terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan
jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang bari di sekeliling
jaringan tulang mati). Osteomielitis dat
menjadi masalh kronis uang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas.
Infeksi disebabkan oleh penyebaran
hematogen (melauli darah) dari fokus infeksi dari tempat lain (mistonsil yang
terinfeksi, lepuh, infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis dapat berhubungan dengan
dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
(mis. Ulkus dekubitus atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung lunak (
mis. Faktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang).
Pasien yang berisiko tinggi mengalami osteomeilitis adalah mereka yang
nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes. (Brunner &
Suddarth, textbook of medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
Osteomielitis adalah suatu infeksi
tulang dan diklasifikasikan menurut asalnya sebagai primer atau sekunder,
menurut flora mikrobanya, dan menurut perjalanan penyakitnya sebagai akut,
subakut, atau kronis.
Osteomielitis primer disebabkan oleh
implantasi mikroorganisme secara langsung ke dalam tulang dan biasanya terbatas
pada tempat tersebut. Misaknya (compound fractur).
Osteomielitis
Skunder (hematogen akut) disebabkan oleh penyebaran melalui aliran darah. Kadang-kadang
osteomielitis terjadi karena infeksi secara langsung. (Brunner & Suddarth, textbook of
medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
Osteomielitis
merupakan infeksi pada tulang yang diklasifikasikan kedalam hematogen akut
berasala dari sumber yang jauh di bawa ke darah jika pada anak-anak dibawah 12
th menyerang tulang panjang yang tumbuh dengan cepat, dan pada orang dewasa
menyerang tulang belakang, kronis yang berasal dari infeksi jaringan lunak
dengan jarak dekat, kronis mikroorganisme menyerang tulang melalui darah. (KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH, Charlene J. Reeves, Gayle Roux, Robin Lockhart. Salemba medika).
B.
KLASIFIKASI
Klasifikasi osteomyelitis berdasar dari beberapa kriteria seperti durasi
dan mekanisme infeksi dan jenis respon host terhadap infeksi. Osteomyelitis
berdasarkan durasi penyakit dapat diklasifikasi menjadi akut, subakut, dan
kronik. Akan tetapi batas waktu untuk tiap klasifikasi masih belum tegas.
Mekanisme infeksi dapat exogenous dan hematogenous. Osteomyelitis exogenous
disebabkan oleh fraktur terbuka, operasi (iatrogenik), atau penyebaran infeksi
dari jaringan lunak lokal. Jenis hematogenous terjadi akibat bakteremia.
Osteomyelitis juga dapat dibagi berdasarkan respon host terhadap penyakit ini,
pembagian tersebut adalah osteomyelitis pyogenik dan nonpyogenik. Cierny dan Mader mengajukan sistem klasifikasi untuk osteomyelitis
kronis berdasarkan kriteria faktor host dan anatomis. Sistem klasifikasi yang
lebih banyak digunakan adalah berdasarkan durasi (akut, subakut, dan kronis)
dan berdasarkan mekanisme infeksi (exogenous dan hematogenous). (Husnul Mubarak, medical indo)
C.
PATOFISOLOGIS
Sttspylococcus aureus merupakan penyebab 70% -80%
infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering sering dijumapi pada
osteomielitis meliputi proteus
pseudomonas, dan Escerihia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penicillin,
nosokomial, gram negatif dan anaerobik. Awitan osteomielitis setelah pembedahan
ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminal stadium 1) dan
sering terjadi penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan
lambat (stadium 2) terjadi antara 4
sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3)
biasanya akibat penyebaran hematogen dan tejadi
2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi
adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah
2-3 hari, thrombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, membuat
iskemi dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan jaringan dan
medula. Infeksi berkembangan kemudian berkembang ke altivitas medularis dank e
bawah periosteum dan dpat menyebar kearingan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat
dikontrol awal, kemudian terjadi abses tulang.
Pada
pejalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan, namun yang lebuh sering harus
dilakukan inisiasi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dingdingnya terbentuk daerah jaringan mati, (sequestrum) tidak mudah cair dan
mengalir keluar. Brongga tidak dapat mengempis atau menyembuh, terjadi seperti
pada jaringan lunak. (Brunner
& Suddarth, textbook of medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
Osteomielitis dimulai darai daerah
metafisis karena pada daerah tersebut
peredaran darah lambat dan banyk mengandung sinusoid-sinusoid.
Penyebaran dapat terjadi:
1.
Ke arah kortek membentuk abses
subperiosteal dan selulitis pada jaringan sekitarnya.
2.
Menenbus periosteum membentuk abses
jaringan lunak dan abses dapat menenbus kulit melali sinus dan menimbulkan
kematian tulang yang di sebut sequester.
3.
Menyerang kea rah medulla.
4.
Menyebar ke persendian terutama bila
lempeng pertumbuhannya intra antrikuler . penetrasi ke epifisis jarang terjadi.
Pada pase kronis, periosteum akan
membentuk tulang baru yang di sebut involukrum yang akan membungkus tulang yang
mati. (Bagian ilmu bedah FKUI/RSCM< 1995.
Binarupa aksara)
D.
Tanda & gejala
Osteomielitis primer dapat di bagi
menjadi osteomelitis akut dan kronik. Fase akut ialah fase sejak terjadinya infeksi sampai 10-15 hari.
-
Sakit
-
Panas tinggi
-
Bengkak
-
gangguan
fungsi gerak
pada pemeriksaan labolatorium
ditemukan laju endap darah meninggi dan lekositosis, sedangkan gambar
radiologik tidak menunjukan kelainan.
Pada osteomielitis
biasanya rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak
atau di sertai terjadinya fistel. Pemeriksaan radiologik ditemukan suatu
involukrum dan squester. (Bagian ilmu bedah FKUI/RSCM< 1995.
Binarupa aksara)
E.
KOMPLIKASI
Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran darah sistemik. Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:
Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran darah sistemik. Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:
a. Abses
Tulang
b. Bakteremia
c. Fraktur
Patologis
d.
Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
e. Sellulitis
pada jaringan lunak sekitar.
f. Abses otak pada osteomyelitis
di daerah kranium.
(Husnul Mubarak, medical indo)
Terlambatnya diagnosaatau terapi awal yang tidak memadai dapt
menimbulkan osteomielitis kronis. Komplikasi lain termasuk pembentukan abses
jaringan lunak, arthritis septic, dan infeksi metastatic ke organ lain. Faktur
patologi dapt terjadi pada tempat-tempat kerusakan tulang yang exstensif. (ILmu bedah)
F.
Prosedur diagnostik
Pada
osteomielitis akut, pemeriksaan sinar-x awalnya hanya pembekakan jaringan
lunak. Pada sekitar dua minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis
tulang, pengakatan periosteum, dan pembentukan tulang baru. Pemindaian tulang
dan MRI dapat membantu diognosin definitif awal. Pemeriksaan darah dapat
memperlihatkan dapat meningkatkan laju endap darah. Kultur darah
dan kultur abses ditentukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai. (Brunner
& Suddarth, textbook of medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
Pada osteomeilitis kronik, besar, kapasitas ireguler,
peningkatan periosteum, squestra, atau pembentukan tulang padat terlihat pada
sinar-x. Pemindaian tulang dapat dilakukan untuk mengindetifikasi infeksi
tulang. Laju sedimentasi dan jumlah sel dan jumlah sel darah putih biasanya
normal. Anemia, dikaitkan dengan infeksi kronik,. Abses ini dibiakan untuk
menentukan organisme infektif dan terapi antibiotik yang tepat. (Brunner
& Suddarth, textbook of medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
G.
PENATALAKSANAAN
Darang yang terkena harus
dimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur.
Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit berapa kali per hari
untuk meningkatkan aliran darah. (Brunner & Suddarth, textbook of
medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
H.
TERAPI
Sasaran awal terapi adalah mengontrol
dan mengendalikan infeksi. Kultur darah swab dan kultur darah abses dilakukan
untuk mengidentifikasi organism dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi
disebabkan oleh lebih dari satu paogen. (Brunner & Suddarth, textbook of
medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
Pasien yang toksik memerlukan
pemberian cairan dan elektrolit intra vena. Anemia menyertainya harus sering di
koreksi dengan transfusi darah. Imobilisasi ekstrimitas yang terkenal dengan
pembidaian , gips, atau suspense dalam suatu alat ortopedik di anjurkan untuk
mengurangi ras sakit dan mencegah fraktur patologi.(ILmu bedah)
Asuhan keperawatan
pada osteomielitis
A.
Pengkajian
Pasien yang
dating dengan awitan dengan gejala akut (mis. Nyeri lokal, pembengkakan,
eritema, demam) atau kambuh keluarnya pus dari sinus disertai nyeri,
pembengkakan disertai demam sedang. Pasien dikaji adanya risiko (mis. Lansia,
diabetes, kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi, atau bedah
ortopedi sebelumnya. Osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum
akibat reaksi sistemik infeksi. (Brunner & Suddarth, textbook of
medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
Pemeriksaan
fisik memperlihatkan adanya imflamasi, pembengkakan nyata, hangat yang nyeri
tekan. Cairan purulen dapat di lihat. Pasien akan meningkatkan suhu tubuh. Pada
osteomielitis krinik, peningkatan suhu minimal, yang terjadi pada malam dan
sore hari.
1. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Berdasar pada
pengkajian , diagnosa keperawtan dengan osteomielitis dapat meliputi yang
berikut:
nyeri yang
berhubungan dengan imflamasi dan pembengkakan
kerusakan
mobolitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, alt imobilisasi, dan keterbatasan
beban berat badan.
Risiko
terhadap penyebaran infeksi pembentukan abses tulang
Kurang
pengetahuan dalam program pengobatan
2. PERENCANAAN
DAN IMPLEMENTASI
Sasaran. Sasaran pasien meliputi peredaan nyeri,
perbaikan mobilitas fisik dalam batas-bats terapeutik, kontrol dan eradikasi
infeks, dan pemahaman program pengobata.
3. INTERVENSI
KEPERAWATAN
Peredaan nyeri, bagian yang terkena harus di
iimobilisasi dengan bidai untuk mengurangi ras nyeri dan spasme otot. Perbaikan Mobilitas Fisik, program
pengobatan membatai aktivitas.tulang menjadi lemah akibat infeksi dan harus
dilindungi dengan alat imobolisasidan penghindaran stres pada tulang. Mengontrol proses infeksi, Perawat
memantau respon pasein tehadap terapi antibiotika dan obsevasi pada tempat
pemasangan infus adanya bukti flebitis atau infiltrasi.
Pendidikan pasien dan pertimbangan
perawat di rumah, penaganan
osteomielitis, termasuk perawatan dan terapi antibiotika intravena, dapat
dilakukan di ramah. Pasien harus dengan keadaan stabil dan termotivasi, dan
kluarga harus mendukung lingkungan rumah harus kondusif.
Pasien harus di pantau dengan
cermat dengan adanya penambahan nyeri atau peningkatan suhu yang meningkat.
4. EVALUASI
Hasil yang diharapkan
1.
Mengalami
perbedaan nyeri
a. Melaporkan kekurangan nyeri
b. Tidak mengalami nyeri tekan di
tempat yang terinfeksi
c. Tidak mengalami ketidaknyamanan
saat bergerak
2.
Peningkatan
mobilitas fisik
a. Berpartisipasi dalam
perawatan-diri
b. Mempertahankan fungsi
penuhekstremitas yang sehat
c. Memperlihatkan pengguna alat
imobilisasai
3.
Tiadanya
infeksi
a. Memeakai antibiotika sesuai resep
b. Suhu badan normal
c. Tiadanya pembengkakan
d. Tiadanya pus
e. Angka lekosit dan angka laju darah
kembali normal
4.
Mematuhi
rencan terapeutik
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Mekindungi tulang yang lemah
c. Memperlihatkan perawatan luka yang
benar
d. Melaporkan bila ada maslah segera
e. Makan diet tetapi seimbang dengan
tinggi protein dan vit c & d
f.
Mematuhi
perjajnjian untuak pertemuan selanjutnya
g. Melaporkan tingkat kekuatan
h. Tidak melaporkan tingkat tsuhu
badan atau kambujan nyeri, pembengkakan, atau gejala lain di tempat tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner & Suddarth, textbook of
medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC
ILmu bedah
Husnul Mubarak, medical indo
Bagian ilmu
bedah FKUI/RSCM. 1995. Binarupa aksara
KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH, Charlene J. Reeves, Gayle Roux, Robin Lockhart. Salemba medika
No comments:
Post a Comment