OTALGIA
OTALGIA
suatu gejala yang sangat lazim terjadi dan bisa dilukiskan sebagai rasa nyeri
terbakar,berdenyut atau menusuk. Ia bisa ringan atau sangat hebat,atau
konstan,intermiten atau sementara. Pada keadaan terakhir,biasanya sensasi ini
dilukiskan sebagai nyeri tajam yang menusuk.Otalgia dapat primer maupun
sekunder. Primer menggambarkan nyeri telinga akibat kelainan atau penyakit yang
mengenai telinga,dan selalu disertai abnormalitas otoskopi.sekunder
menggambarkan nyeri yang dialihkan ke telinga dan tidak disertai dengan
abnormalitas otoskopi. Sedikitnya 50% dari semua nyeri yang dialami di telinga
orang dewasa bersifat sekunder. Penilaian penomena ini mudah bila mengingat
bahwa persarafan sensoris telinga
terdiri dari saraf otak ke V,VII,IX,X dan pleksus servikalis (CI-3), ( Dr. Petns,adrianto penerbit buku
kedokteran, penyakit telinga hidung dan tenggorokan)
OTALGIA
adalah suatu peradangan yang menimbulkan nyeri pada telinga dapat dilihat
dengan melakukan inspeksi telinga bagian luar dan gendang telinga (membran timpani).
Cedera yang terjadi pada daun telinga (pinna/aurikula) yang disertai hematoma
dapat diketahui dari riwayat penyakitnya. Perikondritis daun telinga merupakan
komplikasi yang jarang terjadi dan disebabkan oleh trauma, biasanya disebabkan
oleh pseudomonas aeruginosa ( dr.jonathan
oswam, petunjuk penting pada penyakit telinga hidung dan tenggorok)
PENYEBAB
1.
Lokal
(i)
Telinga
luar
a.
Infeksi perikondritis
Otitis eksterna
Miringitis bulosa
Herpes
zoster otikus
b.
Trauma hematoma subperikondrial
Trauma oleh alat
c.
Tumor tumor jinak – osteoma
Tumor ganas – karsinoma
Sel skuamosa
d.
Lain-lain serumen keras
Keratosis obturans
(ii)
Telinga
tengah,mastoid dan tulang tmporal
a.
Infeksi sumbatan tuba eustachius
Otitis media supuratif akut
Otitis media sekretoria
Mastoiditis akut
Otitis media supuratif kronis
b.
Trauma barotrauma
Trauma kepala
c.
Tumor tumor jinak - neuroma akustik
tumor jinak –
karsinoma sel skuamosa
d.
Lain-lain bell’s palsy
2.
Nyeri alih
(i)
Rongga
mulut dan nasofaring
·
Gigi
– abses akar gigi
·
Lidah
– karsinoma
·
Tonsil
– tonsilitis akut
(ii)
Laring
dan hipofaring
·
Karsinoma
(iii)
Leher
·
Artritis
spina servikal
·
Limpadenitis
postaurikular
(iv)
Mediastinum
– benda asing di esofagus
(v)
Lain-lain
·
Sinusitis
·
Disfungsi
sendi temporomandibular
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
(i)
Mulai
timbulnya
(ii)
Lama
keluhan
(iii)
Keluhan
bertambah
(iv)
Keluar
cairan dari telinga (otore)
(v)
Kurang
dengar
(vi)
Vertigo
(vii)
Baru
menderita infeksi saluran nafas atas
(viii)
Trauma
2. Pemeriksaan
(i)
Demam
(ii)
Telinga
(iii)
Hidung
(iv)
Orofaring
dan rongga mulut
(v)
Laring
dan hipofaring
(vi)
Fungsi
nervus fasial
(vii)
Leher
3. Pemeriksaan penunjang
(i)
Hematlogi
·
Jumlah
leukosit dan laju endap darah
Gula
darah
(ii)
Radiologi
·
Foto
mastoid
·
Foto
sinus paranasal
·
Foto
vertebra servikal
·
Ortopantomogram
·
Foto
sendi temporomandibular
(iii)
Bakteriologi
– asupan mulut
(iv)
Audiometri
·
Audiometri
nada murni
·
Timpanometri
(v)
Pembedahan
– biopsi
Pemeriksaan penunjang
dipilih sesuai dengan hasil pemeriksaan klinik (victoria moore-gillon nicholas stafford, segi praktis telinga hidung
tenggorok)
1. OTITIS EKSTERNA AKUTA
Otitis eksterna akuta
dapat berupa peradangan difus dan dapat pula merupakan sesuatu furunkel.
Furunkel adalah suatu pembengkakan yang sangat sensitif dan nyeri didalam liang
telinga (meatus) bagian luar ( diliang bagian meatus tulang yang tidak didapati
folikel rambut). Gangguan pendengaran hanya terasa bila didapati sumbatan pada
liang oleh adanya pembengkakan atau cairan, dan demam baru terjadi jika infeksi
telah menyebar sampai ke daerah didepan telinga,misalnya karena selulitis atau
erisipelas. Kelenjar getah bening yang membesar dan nyeri teraba didaerah
didepan atau dibelakang telinga,tetapi bersifat suporfisial, berbeda dengan
otitis media akuta yang nyeri tekannya baru terasa pada penekanan kuat . daun
telinga terasa nyeri bila digerakkan dan ini juga tidak didapati pada otitis
media akuta. Cairan yang keluar kental dan jumlahnya sedikit,berbeda dengan
otitis media akuta dimana cairannya bersifat mukoid.( harold ludman MB,FRCS, petunjuk penting pada penyakit telinga hidung
dan tenggorokan)
Otitis eksterna bisa
juga karena kelainan dermatologi, seperti dermatitis alergika atau seboreika
dan psoriasis
Pada pemeriksaan
fisik,meatus tampak hiperemi dan adematosa. Keselruhan panjang meatus bisa
membengkak serta bisa tak mungkin memasang spekulum karena nyeri hebat. Membran
timpani bisa tersembunyi dari pandangan karena edema yang jelas atau sekret
yang banyak. Harus diusahakan mengaspirasinya,jika mungkin. Jika membran
tympani tak dapat dilihat,maka pasien harus melakukan kunjungan ulang setelah
terapi empiris, sehingga status membran dapat dievaluasi. Hanya dalam cara ini
dapat dilakukan pembedaan eksterna dan otitis media. (SeTH R.thaller, Mark S. Granick penyakit telinga hidung tenggorok)
Penyebab
(i)
Infeksi
·
Bakteri otitis
eksterna difus
Otitis
eksterna sirkumskripta (furunkel)
Otitis
eksterna malignaBeda
Beda furunkel dan mastoiditis akut
|
frunkel
|
Mastoiditis akut
|
anamnesis
|
Nyeri mendadak
Tidak demam
|
Nyeri bertambah setelah menderita otitis media
|
pemeriksaan
|
Tidak ada keluhan sistemik
Membran timpani normal,
Kalau dapat dilihat
Rasa nyeri maksimal
Pada palpasi tragus
Tidak terdapat sulkus postaurikular
|
Demam
Badan merasa lemah
Membran timpani merupakan tanda otitis media
Rasa nyeri maksimal di segitiga MacEwen dan di sel udara
mastoid ukus
Postaurikular utuh
|
Pemeriksaan
penunjang
|
Jumlah leukosit normal
Audiometri nada murni
Normal atau tuli konduktif 10-15 dB
Foto mastoid lateral
Mungkin tampak sel mastoid berselubung karena edema
jaringan lunak postaurikular tetapi pada foto sub-mentovertikal
Tampak sel udara mastoid normal
|
Jumlah leukosit meninggi
Audiometri nada murni : tuli konduktif 30-40 dB
Foto mastoid : tampak perselubungan seluruh mastoid,
Atau sel udara mastoid tidak tampak
|
terapi
|
Tampon gliserin/ichtyol
Anti biotik sistemik
Insisi dan drainase
Kadang-kadang diperlukan
|
Bila belum terbentuk
Abses diberikan antibiotik perenteral selama 24 jam
Mastoidektomi kortikal segera dilakukan bila terbentuk
abses atau setelah 24 jamdiberi antibiotik tidak ada perbaikan
|
b.virus miringitis bulosa
herpes
zoster otikus (sindrom ramsay hunt)
herpes simpleks
c. jamur candida albicans
aspergillus
niger
(ii)
Non
– infeksi
a.
Terlokalisasi alergi (terhadap antibiotik topikal)
Iradiasi
b.
Penyakit
kulit yang menyeluruh
§ Eksim
§ Psoriasis
§ Otitis eksterna
seboroika
(victoria
moore-gillon nicholas stafford, segi praktis telinga hidung tenggorok)
2. OTITIS EKSTERNA MALIGNA
Otitis eksterna
maligna salah satu dari beberapa infeksi telinga yang mengancam nyawa. Ia
disebabkan oleh pseudomonas aeruginosa.
Otitis eksterna maligna tampak dimulai sebagai otitis eksterna. Khas ia timbul
pada pasien yang mempunyai resistensi yang rendah, yaitu pasien diabetes tua
dan terimunosupresi. Otitis eksterna maligna ditandai oleh nyeri hebat,tanda
diagnostik paling jelas pada pemeriksaan fisik adalah jaringan granulasi yang
terletak pada sambungan meatus acusticus oxternus tulang dan tulang rawan.
Sekitar 50% pasien yang menderita otitis eksterna maligna menderita
keterlibatan nervus facialis. Penyakit ini berlanjut ke neuropati beberapa
saraf otak. Akibat penyakit ini bisa fatal. (SeTH
R.thaller, Mark S. Granick penyakit telinga hidung tenggorok)
1.
Gambaran
klinik
(i)
Terdapat
pada pasien tua dengan diabetes atau pasien dengan kelainan imunologik.
(ii)
Pada
kebanyakan pasien ditemukan kuman pneusomonas
pyocyaneus.
(iii)
Otitis
eksterna yang disebabkan oleh bakteri dengan adanya jaringan granulasi diliang telinga
luar
(iv)
Pad
akeadaan lanjut terjadi perikondritis daun telinga dan osteitis dengan nekrosis
didasar tengkorak
(v)
Sebagai
komplikasi dapat terjadi trombosis sinus lateralis, apesitis petrosus,
meningitis, abses serebri dan ruptur arteri karotis
(vi)
Pada
keadaan lanjut biasa terdapat kelumpuhan saraf otak, misalnya saraf wajah (
nervus fasial), sindrom fosa jugulare, denagn kelumpuhan saraf otak yang
multipel angka kematian 80%.
2.
Pengobatan
(i)
Pada
keadaan dini
·
Dirawat
dirumahsakit
·
Pembersihan
telinga berulang dan jaringan granulasi dikeluarkan
·
Diberi
gentamisin topikal serta disuntik gentamicin dan carbenicilin
(ii)
Pada
keadan lanjut, apabila tidak tampak respon setelah pengobatan dengan antibiotik
selama 72 jam
·
Eksisi
luas pada tulang rawan, jaringan lunak dan tulang yang terinfeksi
·
Dilakukan
mastoidektomi apabila pada pemeriksaan radiologik terdapat mastoiditis
(iii)
Pemberian
antibiotik diteruskan sampai sekurang-kurangnya satu bulan.
3.
Diagnosis
banding dari granulasi yang berdarah diliang telinga luar
(i)
Otitis
eksterna bakterial
(ii)
Otitis
eksterna maligna
(iii)
Penyakit
granulomatosis, seperti tuberkulosis,granuloma wegener
(iv)
Karsinoma
sel skuamosa
(v)
Tumor
glomus
(victoria
moore-gillon nicholas stafford, segi praktis telinga hidung tenggorok)
3. MASTOIDITIS AKUTA
Mastoiditis akuta disebabkan
oleh hancurnya dinding tulang-tulang tipis diantara sel-sel udara mastoid
(cellulae mastoidea), suatu proses yang membutuhkan waktu 2-3 minggu. Selama
tengga waktu tersebut, sejak timbulnya otitis media akuta,terjadi pengeluaran
cairan yang kontinyu dan yang semakin banyak melalui lubang perforasi gendang.
Bila seorang pasien menderita nyeri beberapa hari setelah membran timpani
secara meyakinkan menunjukan keadaan normal maka padanya tidak akan terjadi
mastoiditis. Kesulitan timbul bila penderita otitis media akuta dianggap sudah
sembuh padahal kondisinya masih belum memuaskan, kadang-kadang karena pemakaian
anti biotik sistemik sangat minimal. Matoiditis harus dicurugai bila keluarnya
cairan terus menerus berlangsung selama lebih dari 10 hari secara kontinyu,
lebih-lebih bila si penderita selama ini merasa kurang sehat.
Radiografi mastoid
kadang-kadang dapat membantu. Mastoiditis hanya dapat disingkirkan bila secara
radiologi menunjukkan aerasi yang jernih dan normal pada sistem sel mastoid.
Otitis eksterna dapat memberikan gambaran yang kabur apda sistem sel karena terjadinya
edema pada jaringan lunak sekitar mastoid. Pembengkakkan klasik dibelakang
telinga disertai pergeseran daun telinga kebawah menunjukkan suatu abses
subperiosteal, yang lebih cenderung dianggap sebagai komplikasi ketimbang tanda
dari mastoiditis. Dengan mengadakan erosi terhadap dinding atik bagian luar,
abses subperiosteal akan menyebabkan pembengkakkan dibagian dalalm liang
telinga. Kontras dengan suatu furunkel yang selalu timbul dibagian luar liang
telinga. Apabila dengan pemeriksaaan radiologik mastoid masih meragukan,
sebaiknya dipertimbangkan melakukan eksplorasi secara bedah. (Harold ludman MB,FRCS, petunjuk penting
pada penyakit telinga hidung dan tenggorok)
A.
Tes
laboratorium
Contoh
nanah harus diambil untuk pemeriksaan kultur dan sensitivitas antibiotika.
Pemeriksaan audiometri akan menunjukan tuli konduktif; roentgenogram akan
menunjukkan perkabutan difus sel-sel mastoid.
B.
Terapi
Pasien
dirumahsakitkan dan harus diberi infus IV untuk pemberian antibiotika penisilin
dosis besar, karena organisme penyebabnya mungkin streptococcus β-hemoliticus atau pneumococcus. H. Influenza harus
juga dicakup sampai didapat hasil kultur. Terapi medis tambahan serupa untuk
otitis media supurativa akuta.
Bila perforasi
membran timpani kecil dan drainase tidak tampak adekuat atau pada pasien yang
jarang dengan membrana timpani yang utuh dan menonjol, harus dilakukan insisi
miringotomi yang besar pada membran timpani. Bila terjadi abses subperiosteal
yang segera tidak menyembuh, ia harus diinsisi dan didrainase. Biasanya
mastoiditis akan sembuh total dengan terapi medis atau dengan tindakan bedah
minor yang disebutkan, dan hanya kadang-kadang diperlukan mastoidektomi. ( Dr. Petns,adrianto penerbit buku
kedokteran, penyakit telinga hidung dan tenggorokan)
4. OTITIS MEDIA SEKRETORIA
Nyeri sementara
merupakan ciri khas Glue Ear.karena adanya efusi, membran timpani tampak abnormal.
Secara klasik dijumpai injeksi dengan pembuluh-pembuluh darah radial yang
jelas,yang kalau kurang teliti dapat didiagnosis secara salah sebagai otitis
media. Warnanya dapat kekuning-kuningan, atau kadang-kadang biru. Anak tampak
sehat dan afebris, tetapi biasanya disertai gangguan pendengaran selama
beberapa waktu. (Harold ludman MB,FRCS,
petunjuk penting pada penyakit telinga hidung dan tenggorok)
5. BAROTRAUMA OTITIK (AEROTITIS)
Barotrauma atau
aerotitis media merupakan perdarahan akut atau efusi serosa ke dalam ruangan
telinga tengah sekunder terhadap perubahan akut dalam tekanan atmosfir. Hal ini
bisa karena perjalanan dengan pesawat udara atau penyelaman ‘scuba’. Secara
spesifik aerotitis menunjukan fenomena yang timbul bila ada efusi akut cairan
serosa atau benar-benar pecahnya pembuluh darah kecil (hemotimpanum) didalam
ruangan telinga tengah, akibat perubahan tekanan mendadak didalam kabin pesawat
udara bertekanan. Telinga tak berhasil menyesuaikan diri dengan relatif hampa
udara yang tercipta didalam ruangan telinga tengah oleh perubahan tekanan ini.
Pasien hampir selalu mempunyai riwayat infeksi saluran pernafasan atas yang
berhubungan.
Nyeri yang timbul
dengan barotrauma biasanya digambarkan cepat dan menyiksa. Pasien juga mengeluh
sensasi tekanan yang jelas. Mungkin ada tuli konduktif yang menyertai. Pada
pemeriksaan, mungkin ada perubahan warna membran timpani akibat efusi serosa
atau perdarahan kecil serta pembuluh darah terdistensi yang menunjukkan
hemotimpanum. (SeTH R.thaller, Mark S.
Granick penyakit telinga hidung tenggorok)
Tekanan atmosfer yang
meningkat dengan tiba-tiba dapat menyebabkan berbagai kelainan pada telinga
·
Otitis
media sekretori (dengan atau tanpa hemotimpanum)
·
Perforasi
membran timpani
·
Tulang
pendengaran pecah(rusak)
·
Ruptur
membran labirin
·
Tuli
sensorineural
·
Disfungsi
vestibular
(victoria
moore-gillon nicholas stafford, segi praktis telinga hidung tenggorok)
6. MIRINGITIS BULOSA
Miringitis
bulosa terdiri dari nyeri telinga serta gelembung hemoragik dikulit meatus
akustikus eksternus dan pada membran timpani. Terdapat bukti bahwa miringitis
bulosa dapat disebabkan oleh berbagai agen, seperti mycomplasma pneumoniae dan
berbagai virus yang berhubungan dengan ‘ coomon cold’, influenza dan morbili.
Penyakit ini sembuh sendiri dengan nyeri yang mereda serta gelembung mengering
dan menghilang setelah beberapa hari. Tidak terdapat demam, eksudat purulen
atau tuli tanpa infeksi bakteri sekunder.
a.
terapi
kecuali
terjadi infeksi bakteri sekunder, tidak diindikasikan pemberian antibiotika.
Umumnya pemecahan bullae tidak menghilangkan nyeri. Dapat diberikan analgesik
sesuai kebutuhan. ( Dr. Petns,adrianto penerbit buku kedokteran, penyakit telinga hidung
dan tenggorokan)
Gambaran klinik
(i)
sering
bersama dengan epidemi influensa
(ii)
anak
dan dewasa muda yang terkena
(iii)
nyeri
telinga hebat dan terdapat bula yang hemoragik dimembran timpani
(iv)
bila
bula pecah terdapat sekret serosa yang berdarah (serosanguineus) diliang
telinga
(v)
tuli
hanya terjadi apabila terbentuk efusi ditelinga tengah (10%)
(vi)
dapat
terjadi infeksi sekunder oleh bakteri pada bula.
(victoria
moore-gillon nicholas stafford, segi praktis telinga hidung tenggorok)
ASUHAN
KEPERAWATAN OTALGIA
A.
PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh adanya nyeri hebat, apalagi jika daun telinga disentuh. Adanya sekret yang keluar dari telinga, kadang-kadang disertai bau yang tidak sedap. Terjadi pembengkakan pada liang telinga. Terjadi gangguan pendengaran dan kadang-kadang disertai demam. Telinga juga terasa gatal.
Biasanya klien mengeluh adanya nyeri hebat, apalagi jika daun telinga disentuh. Adanya sekret yang keluar dari telinga, kadang-kadang disertai bau yang tidak sedap. Terjadi pembengkakan pada liang telinga. Terjadi gangguan pendengaran dan kadang-kadang disertai demam. Telinga juga terasa gatal.
b. Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-lahan, sejauh mana keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan apa usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan.
Tanyakan sejak kapan keluhan dirasakan, apakah tiba-tiba atau perlahan-lahan, sejauh mana keluhan dirasakan, apa yang memperberat dan memperingan keluhan dan apa usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi keluhan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan pada
klien dan keluarganya ;
apakah
klien dahulu pernah menderita sakit seperti ini ?
apakah
sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi, kejang ?,
apakah
klien sering mengorek-ngorek telinga sehingga terjadi trauma ?,
apakah
klien sering berenang ?
Apakah klien saat dilahirkan cukup bulan,
BBLR, apakah ibu saat hamil mengalami infeksi, dll
.d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada diantara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti klien saat ini dan apakah keluarga pernah menderita penyakit DM.
Apakah ada diantara anggota keluarga klien yang menderita penyakit seperti klien saat ini dan apakah keluarga pernah menderita penyakit DM.
B.
PEMERIKSAAN FISIK
a.
Inspeksi
Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada MAE, warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor.
Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membran timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat.
Inspeksi liang telinga, perhatikan adanya cairan atau bau, pembengkakan pada MAE, warna kulit telinga, apakah terdapat benda asing, peradangan, tumor.
Inspeksi dapat menggunakan alat otoskopik (untuk melihat MAE sampai ke membran timpany). Apakah suhu tubuh klien meningkat.
b. Palpasi
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.
C. DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeri dari klien, maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksterna sirkumskripta.
C. DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF
1.
Data subjektif
a.
Klien mengeluh pendengarannya berkurang, sering
keluar sekret yang berbau.
b.
Klien mengeluh telinganya sakit/nyeri atau
terasa gatal.
c.
Klien mengatakan terjadi trauma pada
telinganya (karena jatuh, berolahraga, dll).
d.
Klien sering berenang dan mengorek
telinganya.
2. Data objektif
·
Klien berespons kesakitan saat daun
telinganya disentuh.
·
Klien tampak menggaruk-garuk telinganya atau
meringis
kesakitan.
·
Klien sering mendekatkan telinganya
kepada perawat saat perawat berbicara.
·
Tampak sekret yang berbau.
·
Adanya benjolan atau furunkel pada
telinga atau filamen jamur yang berwarna keputih- putihan.
·
Liang telinga tampak sempit,
hyperemesis dan edema
tanpa batas yang jelas.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
· Nyeri (akut/kronis) b/d trauma, infeksi atau demam sekunder
terhadap kecelakaan, infeksi oleh jamur / virus / bakteri , ditandai dengan :
(i) Klien mengeluh telinganya sakit/ nyeri,gatal.
(ii) Klien tampak menggaruk-garuk telinganya,meringis kesakitan.
(i) Klien mengeluh telinganya sakit/ nyeri,gatal.
(ii) Klien tampak menggaruk-garuk telinganya,meringis kesakitan.
(iii) Klien
berespon kesakitan saat telinganya disentuh.
(i)
Terdapat benjolan,edema,furunkel,filamen jamur
pada telinga.
(v) Klien demam ( pada OED ).
(v) Klien demam ( pada OED ).
Intervensi keperawatan:
(i)
Kaji tingkat nyeri klien / demam
klien.
(ii)
Lakukan pembersihan telinga secara teratur dan
hati-hati.
(iii)
Beri penyuluhan kepada klien
tentang penyebab nyeri dan penyakit yang
dideritanya / demamnya.
(iv)
Lakukan aspirasi secara steril (bila
terjadi abses) untuk mengeluarkan nanahnya, jika dinding furunkelnya tebal,
dilakukan insisi kemudian dipasang drainage untuk mengalirkan nanah.
(v)
Berikan kompres dingin bila demam.
(vi)
Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik dan
antibiotik dosis tinggi (pada OEM).
· Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kesukaran
memahami orang lain (kurangnya pendengaran), sekunder terhadap penumpukkan
serumen/sekret pada liang telinga, jaringan granulasi yang subur, edema pada
liang telinga, ditandai dengan :
Klien mengeluh pendengarannya berkurang.
Klien mengeluh pendengarannya berkurang.
Intervensi Keperawatan :
a.
Identifikasi metode alternatif dan efektif untuk berkomunikasi,
menggunakan tulisan atau isyarat tangan dengan cara menunjuk (gerakan
pantomin).
b.
Kurangi kebisingan lingkungan.
c.
Perawat atau keluarga berbicara lebih keras
serta menggunakan gerak tubuh.
d.
Usahakan saat berbicara selalu berhadapan
dengan klien.
· Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan terjadinya ketulian,
pengeluaran sekret yang banyak dan berbau, sekunder terhadap tanda-tanda
infeksi : jamur, bakteri, virus, alergi, penumpukkan serumen, penutupan liang telinga
oleh jaringan granulasi yang subur atau furunkel yang membesar.
Intervensi Keperawatan :
Intervensi Keperawatan :
o
Dorong individu untuk
mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai pandangan, pemikiran dan perasaan
sesesorang.
o
Dorong individu untuk bertanya
mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa kesehatan.
o
Berikan informasi yang akurat kepada klien dan perkuat
informasi yang sudah ada.
o
Berikan dorongan untuk pilihan pemecahan masalah.
o
Perjelas berbagai kesalahan konsep individu
mengenai diri, perawatan atau pemberi perawatan.
o
Hindari kritik negatif.
o
Beri privacy dan suatu keamanan lingkungan.
o
Bersihkan dan keluarkan serumen/sekret.
o
Pasang tampon yang mengandung
antibiotik.
(Carpenito,
Lynda Juall, 2000, Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi VIII, EGC, Jakarta.)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku
saku Diagnosa Keperawatan Edisi VIII, EGC, Jakarta.
Chandler
J.R; Malignant external otitis: further considerations. Ann. Otol. Rhinol. Laryngol,1977
Cody
D.T.R, Sones D. A.: relaphsing polychondritis: Audiovestibular manifestasion laryngoscope,1971
Cowan,
L. David, 1997. Mengenal Penyakit Telinga, Arcan, Jakarta.
Dr. Petns,adrianto
penerbit buku kedokteran, penyakit telinga hidung dan tenggorokan
dr.jonathan oswam, petunjuk penting pada
penyakit telinga hidung dan tenggorok
Potter Patricia A.,1996, Pengkajian Kesehatan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC,Jakarta
SeTH
R.thaller, Mark S. Granick penyakit telinga hidung tenggorok.
victoria
moore-gillon nicholas stafford, segi praktis telinga hidung tenggorok
Harold
ludman MB,FRCS, petunjuk penting pada penyakit telinga hidung dan tenggorok
Soepardi, Efiaty Arsyah, 1995, Buku Ajar Telinga hidung
Tenggorok, FKUI, Jakarta.
No comments:
Post a Comment