A. Pengertian
Bursitis adalah peradangan
bursa,sedikit cairan mengisi rongga yg berbentuk kantong diantara dua jaringan
lunak pada persendian. Bursa memungkinkan pergerakan sendi dan berfungsi
sebagai bantalan sendi.(Barbara C. Long.1996 : 2)
Bursa adalah pembesaran dan
peradangan dalam salah satu bursa. Merupakan jenis penyakit yg termasuk
rheumatism non artikuler.(depkes .1995)
B.
Etiologi
Bursitis merupakan akibat
sekunder dari trauma terus menerus dan strain, infeksi akut dan kronis sekitar
sendi misal luka karena tembus akibat kondisi arthritis,akibat penyakit
metabolik misal penimbunan asam urat
dalam bursa akibat adanya neoplasma.(depkes.1995)
C.
Klasifikasi
penyakit
Menurut (Robert M bennet,
1996) Bursitis di golongkan menjadi 2:
a)
Bursitis
akut terjadi secara mendadak.
Jika disentuh atau digerakkan, akan timbul nyeri di daerah
yang meradang. Kulit diatas bursa tampak kemerahan dan membengkak. Bursitis
akut yang disebabkan oleh suatu infeksi atau gout menyebabkan nyeri luar biasa
dan daerah yang terkena tampak kemerahan dan teraba hangat.
b) Bursitis kronis
Merupakan akibat dari serangan bursitis akut sebelumnya atau
cedera yang berulang. Pada akhirya, dinding bursa akan menebak dan di dalamnya
terkumpul endapan kalsium padat yang menyerupai kapur. Bursa yang telah
mengalami kerusakan sangat peka terhadap peradangan tanbah. Nyeri menahun dan
pembengkakan bisa membatasi pregerakan, sehingga otot mengalami penciutan (atrofi)
dan menjadi lemah. Serangan bursitis kronis berlangsung selama beberapa hari
sampai beberapa minggu dan sering kambuh.
D. Patofisiologi
Garis
synovial dari pundi bursa meradang, jadi lebih banyak cairan diproduksi, bursa
bengkak. Kadang- kdang terkumpul sisa kalsium. Pembengkakan disertai nyeri dan
terbatas nya gerakan sendi atau ekstremitas.(Barbara C.Long. 1996 : 2)
E.
Tanda
dan gejala: (Barbara C.Long. 1996 : 2)
1.
Rasa
nyeri yang dalam pada daerah bursa.
2.
Nyeri
bila digerakkan pada ekstremitas yang terserang.
3.
Gerakan
aktif dan pasif membatasi mobilitas persendian.
4.
Nyeri
sewaktu berlutut, rasa kaku, bengkak dan kemerahan
F.
Prosedur
diagnostik
Ada pemeriksaan khusus untuk
memastikan adanya bursitis yaitu dengan radiografi. Pada daerah yang terserang
biasanya menunjukkan adanya klasifikasi dalam bursa, tendon atau jaringan lunak
yang berdekatan.
G.
Terapi
medis dan pentalaksanaan keperawatan
1.
Diberikan
obat-obatan anti radang.
2.
Adrenokortikosteroid
dapat disuntikan kedalam bursa.
3.
Mengistirahatkan
daerah yang terserang.
4.
Kompres
dingin pada fase akut untuk menekan rasa tidak nyaman.
5.
Panas
harus dicegah karena dapat meningkatkan produksi cairan pada bursa pada saat
fase peradangan.
6.
Tindakan
bedah dilakukan untuk membuang defisit kalsium.
Bursa yang terinfeksi harus
dikeringakan dan diberikan obat antibiotik. Burnitis akut non-infeksius
biasanya diobati dengan istirahat sementara waktu sendi yang terkena tidak
digerakkan dan diberikan obat peradangan non-steroid (misalnya indometasin,
ibuprofen atau naproksen). Kadang diberikan obat pereda nyeri. Selain itu bisa
disuntikkan campuran daru obat bius lokan dan kortikosteroid langsung ke dalam
bursa. Penyuntikan ini mungkin perlu dilakukan lebih dari satu kali. Pada
burnitis yang berat dibrikan kortikostiroid (misalnya perdnison) per-oral
(ditelan) selama beberapa hari. Setelah nyeri mereda, dianjurkan untuk
melakukan latihan khusus guna meningkatkan daya jangkau sendi. Bursitis kronis
diobati dengan cara yang sama. Kadang endapan kalsium yang besar di bahu bisa
dibuang melalui jarun atau melalui pembadahan. Kortikosteoid bisa langsung disumtikkan
ke dalam sendi. Terapi fisik dilakukan untuk mengemblikan fungsi sendi. Latihan
bisa membantu mengembalikan kekuatan otot dan daya jankau sendi. Bursitis
sering kambuh jika penyebabnya (misalnya, gout, arthritis rematoid atau
pemakaianberlebihan) tidak diatasi.
B.
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
a.
data
subjektif
1.
Tanyakan
kepada klien mengenai lokasi dan tingkat nyeri dan apa yang mengawali atau yang
terjadi pada nyeri bahu.
2.
Apakah
klien sedang mendapat pengobatan radang sendi yang diketahui penyebab rasa
nyeri nya.
3.
Apakah
klien mempunyai riwayat rheumatoid arthritis.
4.
Apakah
klien dapat menggerakkan persendian.
b.
Data
objektif
1.
Palpasi
sendi untuk mengetahui sensitivitas dan pembengkakn jaringan lunak. Yang
bengkak akan teraba keras (boogy).
2.
Observasi
tingkat keterbatasan mobilitas sendi yang terserang.
B.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) yang berhubungan
dengan agen pencedera :
Disertai jaringan oleh akumulasi cairan / proses inflamasi.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3 x 24 jam nyeri
berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
·
Klien mengatakan nyeri berkurang.
·
Klien tampak dan mampu tidur atau istirahat
dengan tepat.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Kaji lokasi, intensitas dan
derajat nyeri.
2.
Berikan posisi yang nyaman.
3.
Berikan kasur busa atau bantal air
pada bagian yang nyeri.
4.
Ajarkan teknik relaksasi dan
distraksi.
5.
Kolaborasi pemberian aspirin.
|
1.
Membantu dalam menentukan
kebutuhan manajemen nyeri dan keafektifan program.
2.
Pada penyakit berat / eksaserbasi,
tirah baring mungkin diperlukan untuk membatasi nyeri.
3.
Mengistirahatkan sendi-sendi yang
sakit dan mempertahankan posisi netral.
4.
Meningkatkan relaksasi /
mengurangi tegangan otot.
5.
Aspirin bekerja sebagai anti dan
efek analgetik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.
|
2.
Gangguan inteloriensi aktifitas yang
berhubungan dengan kelemahan/ keletihan.
Tujuan :
Klien dapat melakukan aktifitasnya setelah
dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam.
Kriteria hasil :
- Klien dapat melakukan aktifitas sehari-hari sesuai dengan tingkat
kemampuan
- Klien dapat mengidentifikasikan faktor-faktor yang menurunkan
toleriansi aktifitas.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Evaluasi laporan kelemahan,
perhatikan ketidak mampuan untuk berpartisipasi dalam aktifitas sehari-hari
2.
Berikan lingkungan tenang dan
periode istirahat tanpa gangguan
3.
Pertahankan istirahat tirah baring
/ duduk jika diperlukan
4.
Berikan lingkungan yang aman
|
1.
Klien menunjukkan kelemahannya
berkurang dan dapat melakukan aktifitasnya
2.
Menghemat energi untuk aktifitas
3.
Istirahat sistemik dianjurkan
selama eksaserbasi dan seluruh fase penyakit yang penting mencegah kelemhan
4.
Menghindari cedera akibat
kecelakaan
|
3.
Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan
keletihan, nyeri pada waktu bergerak.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien mampu
melakukan perawatan terhadap dirnya secara mandiri.
Kriteria hasil :
·
Klien mampu melaksanakan aktifitas perawatan
diri pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.
·
Klien mampu mendemontrasikan perubahan teknik
atau gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
1.
Mungkin dapat melanjutkan
aktifitas umum dengan melakukan adaptasi yang dilakukan pada saaat ini.
2.
Mendukung kemandirian fisik /
emosional.
3.
Menyiapkan untuk meningkatkan
kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.
4.
Berguna untuk menentukan alat
bantu utnuk memenuhi kebutuhan individu.
|
DAFTAR
PUSTAKA
1) Bennett, J. Claude, and Fred Plum, eds. Cecil Textbook of
Medicine. Philadelphia:W. B. Saunders Co., 1996.
2) Bennett, Robert M. “Bursitis, Tendinitis, Myofascial Pain,
and Fibromyalgia.” In Conn’s Current Therapy. ed. Robert E. Rakel.
Philadelphia:W. B. Saunders Co., 1996.
3) The Burton Goldberg Group. Alternative Medicine: The
Definitive Guide. Fife,WA: Future Medicine Publishing, 1995.
4) Jacqueline L. Longe. The Gale Encyclopedia of Medicine
Second Edition. 27500 Drake Road :Gale
Group, 2002 .
5)
Carpenito,
Lynda juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta :
EGC.
6)
Doenges, E,
Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
keperawatan pasien. Edisi 3 . Jakarta : EGC.
7)
Smeltzer &
Brenda G. bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol III. Edisi 8. Jakarta
: EGC.
8)
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku
Diagnosis Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : EGC.
No comments:
Post a Comment