PENGERTIAN
LABIRINITIS
Labirinitis
adalah suatu proses radang yang melibatkan mekanisme telinga dalam. Terdapat
beberapa klasifikasi klinis dan patologik yang berbeda. Proses dapat akut atau
kronik, serta toksik atau supuratif. Labirinitis toksik akut disebabkan suatu
infeksi pada struktur di dekatnya, dapat pada telinga tengah atau meningen
tidak banyak bedanya. Labirinitis toksik biasanya sembuh dengan gangguan
pendengaran dan fungsi vestibular. Hal ini diduga disebabkan oleh -produk
toksik dari suatu infeksi dan bukan disebabkan organisme hidup. Labirinitis
supuratif akut terjadi pada infeksi bakteri akut yang meluas kedalam
struktur-struktur telingan dalam. Yang terakhir, labirinitis kronik dapat
timbul dari berbagai sumber dan dapat
menimbulkan suatu hidrops endolimfatik atau perubahan-perubahan parologik yang
akhirnya menyebabkan sklerosis labirin. Peyakit ini merupakan komplikasi otitis
media supuratif kronik. Bakteri masuk kedalam labirin melalaui kanalikuli
didalam tulang, hematogen atau limfogen.
Paling
sering melalui destruksi tulang oleh kolesteatom dan merusak labirin
vestibular. Bila mengenai seluruh labirin disebut labirinitis umum dengan
gejala vertigo berat dan tuli saraf berat. Jika infeksinya terbatas akan
menimbulkan labirinitis lokal dengan gejala vertigo yang ringan
Daftar Pustaka :
Adams,
George L, editor. Buku Ajar Penyakit THT.
Jakarta : EGC, 1997
GEJALA
KLINIS
Mula-mula
hanya dapat gangguan keseimbangan dan tuli saraf ringan pada keadaan yang lebih
lanjut terdapat vertigo yang berat disertai nausea dan muntah dan terdapat
nistagmus horizontal. Pada tes fistula denagn menekan tragus atau memompa balon
siegel maka penderita akan merasa pusing atau rasa berputar. Kadang-kadang
dengan pemberian obat tetes telinga akan menimbulkan keluhan vertigo. Tes
pendengaran dengan garputala didapatkan tuli saraf.
Pada
pemeriksaan radiolologik selain tanda masloiditis juga tampak fistel labirin
pada kanalis semisirkularis horizontal.
PENATALAKSANAAN
Penderita
segera dirujuk ke Rumah Sakit untuk :
1. Operasi menghilangkan infeksi telinga tengah dan
menutup fistel
2. Pemberian antibiotika spektrum luas, yang baik untuk
kuman aerob dan anaerob
3. Obat simtomatis, anti vertigo
4. Adaptasi dalam rangka rehabilisasi
Daftar Pustaka :
dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, dr. H. Fachri Hadjat,Prof. & dr. H.
Nurbaiti Iskandar,editor. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan
Telinga-Hidung-Tenggorokan. Balai penerbit FKUI, Jakarta, 1992
ETIOLOGI
Secara
etiologi labirinitis terjadi karena penyebaran infeksi ke ruang perlimfa.
Terdapat dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis serosa dan labirinitis
supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk labirinitis serosa difus dan
labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis supuratif dibagi dalam labirinitis
supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronikdifus. Pada labirinitis
serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel radang, sedangkan
pada labirin supuratif dengan invasi sel radang ke labirin., sehingga terjadi
kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosa dan osifikasi. Pada kedua jenis
labirinitis tersebut operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan infeksi
dari telinga tengah. Kadang – kadang diperlukan juga drenase nanah dari labirin
untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotika yang adekuat
terutama ditujukan kepada pengobatan otitis media kronik.
Daftar Pustaka :
Cody. D. Thane R, editor. Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan.
Jakarta : ECG, 1991
KLASIFIKASI
Fistula labirin dan labirinitis
Otitis
media supuratif kronis terutama yang dengan kolesteatom, dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan pada bagian vestibuler labirin, sehingga terbentuk
fistula. Pada keadaan ini infeksi dapat merusak, sehingga terjadi labirinitis
dan akhirnya akan terjadi komplikasi tuli total atau meningitis.
Adanya
fistula di labirin dapat diketahui dengan tes fistula, yaitu dengan memberikan
tekanan udara positif ataupun negativ ke liang telinga melalui otoskop siegel
dengan corong telinga yang kedap atau balon karet dengan bentuk elips pada
ukungnya yang dimasukkan ke dalam liang telinga. Balon karet dipencet dan udara
di dalamnya akan menyebabkan perubahan tekanan udara di liang telinga. Bila
fistula yang terjadi masih paten maka akan terjadi kompresi dan ekspansi
labirin membran. Tes fistula positif akan menimbulkan nistagmus atau vertigo.
Tes fistula bisa negatif, bila fistulanya sudah tertutup oleh jaringan
granulasi atau bila labirin sudah mati. Pemeriksaan radiologik tomografi atau
CT scan yang baik kadang-kadang dapat memperlihatkan adanya fistula labirin
yang biasanya ditemukan di kanalis semisirkularis horizontal.
Pada
fistula labirin atau labirintis, operasi harus segera dilakukan untuk
menghilangkan infeksi dan menutup fistula, sehingga fungsi telinga dalam dapat
pulih kembali. Tindakan bedah harus adekuat, untuk mengontrol penyakit primer.
Matriks kolesteatom dan jaringan granulasi harus diangkat dari fistula sampai
bersih dan daerah tersebut harus segera ditutup denagn jaringan ikat atau
sekeping tulang/tulang rawan.
Labirinitis
Labirinitis
yang mengenai seluruh seluruh bagian labirin, disebut kabirintitis umum
(general), denagn gejala vertigo bearat dan tuli saraf berat, sedangkan
labirinitis yang terbatas (labirinitis sirkumskripta) menyebabkan terjadinya
vertigo saja atau tuli saraf saja. Labirinitis terjadi oleh karena penyebaran
infeksi ke ruang perilimfa. Terdapat dua bentuk labirinitis, yaitu labirinitis
serosa dan labirinitis supuratif. Labirinitis serosa dapat berbentuk
labirinitis serosa difus dan labirinitis serosa sirkumskripta. Labirinitis
supuratif akut difus dan labirinitis supuratif kronik difus.
Pada
labirinitis serosa toksin menyebabkan disfungsi labirin tanpa invasi sel
radang, sedangkan pada labirinitis supuratif, sel radang menginvasi labirin,
sehingga terjadi kerusakan yang ireversibel, seperti fibrosis dan osifikasi. Pada
kedua labirinitis itu operasi harus segera dilakukan untuk menghilangkan
infeksi dari telinga tengah. Kadang-kadang diperlukan juga drenase nanah dari
labirin untuk mencegah terjadinya meningitis. Pemberian antibiotik yang adekaut
terutama ditunjukan kepada pengobatan otitis media kronik dengan/tanpa
kolesteatom.
Labirinitis serosa difus
Labirinitis
serosa difus seringkali terjadi sekunder dari labirinitis sirkumskripta atau
dapat terjadi primer pada otitis media akut. Masuknya toksin atau bakteri
melalui tingkap bulat, tangkap lonjong, atau melalui erosi tulang labirin.
Infeksi tersebut mencapai end oesteum melalui saluran darah. Diperkirakan
penyebab labirinitis serosa yang paling sering adalah absorbs produk bakteri di
telingan dan mastoid ke dalam labirin.
Bentuk
ringan labriniitis serosa selalu terjadi pada operasi telinga dalam, misalnya
pada operasi fenestrasi, terjadi singkat, dan biasanya tidak menyebabkan
gangguan pendengaran.
Kelainan
patologiknya seperti imflamasi non purulen labirin. Pemeriksaan histologik pada
potongan labirin menunjukkan infiltrasi seluler awal dengan eskudat serosa atau
serofibrin.
Gejal
dan tanda serangan akut labirinitis serosa difus adalah vertigospontan dan
nistagmus rotatoar, biasanya ke arah telinga yang sakit. Kadang-kadang disertai
mual dan muntah, ataksia dan tuli saraf. Labirinitis serosa difusa yang terjadi
sekunder dari labirinitis sirkumskripta mempunyai gejala yang serupa tetapi
lebih ringan, akibat telah terjadi kompensasi. Tes fistula akan positif kecuali
bila fistulanya tertutup jaringan. Ada riwayat gejala labirinitis sebelumnya,
suhu badan normal atau mendekati normal.
Pada
labirinitis serosa ketulian bersifat temporer, biasanya tidak berat, sedangkan
pada labirinitis supuratif terjadi tuli saraf total yang permanen. Bila pada
labirinitis serosa ketulian menjadi berat atau total, maka mungkin telah
terjadi perubahan menjadi labirinitis supuratif. Bila pendengaran masih tersisa
sedikit di sisi yang sakit, bararti tidak terjadi labirinitis supuratif difus.
Ketulian pada labirinitis serosa difus harus dibedakan dengan ketulian pada
panyakit non inflamasi labirin dan saraf ke VIII. Prognosislabirinitis
serosa baik, dalam arti menyangkaut
kehidupan dan kembalinya fungsi labirin secara lengkap. Tatapi tuli saraf
temporer yang berat dapat mejadi tuli saraf yang permanen bila tidak diobati
dengan baik.
Pengobatan
pada stadium akut yaitu pasien harus tirah baring (bed rest) total, diberikan
sedative ringan. Pemberian antibiotika yang tepat dan dosis yang adekuat.
Drenase telinga tengah harus dipertahankan. Pembedahan merupakan indikasi
kontra. Pada stadium lanjut dari OMA, mungkin diperlukan mastoidektomi
sederhana (simpel) untuk mencegah labriniitis serosa. Timpanomastoidektomi
diperlukan bila terdapat kolesteatom dengan fistula.
Labirinitis
supuratif akut difus
Labirinitis
supuratif akut difus, ditandai dengan tuli total pada telinga yang sakit
diikuti dengan vertigo berat, mual, muntah, ataksia dan nistagmus spontan ke
arah telinga yang sehat.
Labirinitis
supuratif akut difus dapat merupakan kelanjutan darilabirinitis serosa yang
infeksinya masuk melalui tingkap lonjong atau tingkap bulat. Pada banyak
kejadian, labirinitis ini terjadi sekunder dari otitis media akut maupun kronik
dan mastoidititis. Pada beberapa kasus abses subdural atau meningitis, infekasi
dapat menyebar ke dalam labirin dengan atau tanpa terkenanya telinga tengah,
sehingga terjadi labirinitis supuratif. Kelainan patologik terdiri dari
infiltrasi labirin oleh sel-sel leukosit polimorfonuklear dan destruksi
struktur jaringan lunak. Sebagian dari tulang labirin nekrosis, dan terbentuk
jaringan granulasi yang dapat menutup bagian tulang yang nekrotik tersebut.
Keadaan ini akan menyebabkan terbentuknya sekuestrum, paresis fasialis, dan
menyebabkan infeksi ke intrakranial.
Mual,
muntah, vertigo dan ataksia dapat berat sekali bila awal dari perjalanan
labirinitis supuratif tersebut cepat. Pada bentuk yang perkembangannya lebih
lambat, gejala akan lebih ringan oleh karena konpensasi labirin yang sehat.
Terdapat nistagmus horizontal rotatoar yang komponen cepatnya mengarah ke
telinga yang sehat. Dalam beberapa jam pertama penyakit, sebelum seluruh fungsi
labirin rusak, nistagmus dapat mengarah ke telingan yang sakit. Jika fungsi
koklea hancur, akan mengakibatkan tuli saraf total permanen.suhu badan normal
atau mendekati normal,bila terdapat kenaikan, mungkin disebabkan oleh otitis
media atau mastoiditis. Tidak terdapat rasa nyeri. Bila terdapat, mungkin
disebabkan oleh lesi lain, bukan oleh labirinitis.
Selama
fase akut, posisi pasien sangat khas. Pasien akan berbaring pada sisi yang
sehat dan matanya mengarah ke sisi yang sakit, jadi ke arah komponen lambat
nistagmus. Posisi ini akan mengurangi perasaan vertigo.
Tes
kalori maupun tes rotasi tidak boleh dilakukan selama fase akut, sebab vertigo
akan diperhebat. Diagnosis ditegakkan dari riwayat penyakit, tanda dan gejala
labirinitis dengan hilangnya secara total dan permanen fungsi labirin.
Pemeriksaan Rontgen telinga tengah, os mastoid
dan os petrosus mungkin menggambarkan sejumlah kelainan yang tidak
berhubungan dengan labirin. Bila dicurigai terdapat irtasi meningeal, maka
harus dilakukan pemeriksaan cairan spinal.
Labirinitis
supuratif akut difus tanpa komplikasi, prognosis ad vitamin baik. Dengan anti biotika mutahir komplikasi meningitis
dapat sukses diobati, sehingga harus dicoba terapi medikamentosa dahulu sebelum
tindakan operasi. Bila terjadi gejala dan tanda komplikasi intrakranial yang
menetap, walaupun telah diberikan terapi adekuat dengan antibiotika, drenase
labirin akan member prognosis lebih baik daripada bila dilakukan tinadakan operasi radikal. Diperlukan
tirah baring total selama fase akut,yang dapat berlangsung sampai 6 minggu.
Perbaikan terjadi bertahap, mulai dari hari pertama. Sedativ ringan mungkin
diperlukan pada periode awal. Fenobarbital 32 mg (1/2 grain) yang diberikan
3xsehari, biasanya cukup memuaskan.
Dosis
antibiotika yang adekuat harus diberikan selama suatu periode baik untuk
mencegah komplikasi intrakranial, maupun untuk mengobati labirinitisnya. Harus
dilakukan kultur untuk identifikasi kuman dan untuk tes sensitivitas kuman.
Antibiotika penisilin harus segera diberikan sebelum hasil tes resistensi didapat,
jika alergi terhadap penisikin dapat diberikan tetrasiklin, dengan dosis tinggi
secara parenteral. Respons klinik lebih utama daripada hasil tes sensitivitas
kuman dalam menentukan jenis antibiotika. Dengan adanya sisa pendengaran
walaupun sedikit, menandakan masih berfungsinya labirin, dan menjadi indikasi
kontra operasi. Drenase, atau membuang sebagian labirin yang rusak, dilakukan
bila terdapat komplikasi intrakranial dan tidak memberi respons terhadap
pengobatan dengan antibiotika.
Labirinitis kronik (laten) difus
Labirinitis
supuratif stadium kronik atau laten dimulai, segera sesudah gejala vestibuler
akut berkurang. Hal ini mulai dari 2-6 minggu sesudah awal periode akut.
Patologi. Kira-kira akhir minggu ke X setelah serangan akut telinga dalam hampir
seluruhnya terisi oleh jaringan granulasi. Beberapa area infeksi tetap ada.
Jaringan granulasi secara bertahap berubah menjadi jaringan ikat dengan
pemulaan klasifikasi. Pembentukan tulang baru dapat mengisi penuh
ruangan-ruangan labirin dalam 6 bulan sampai beberapa tahun pada 50% kasus.
Gejala. Terjadi tuli total disisi yang sakit. Vertigo au sampai sisa labirin
yang berfungsi dapat mengkompensasinya. Tes kalori tidak menimbulkan respons
disisi yang sakit dan tes fistula pu negativ, walaupun terdapat fistula.
Pengobatan. Terapi lokal harus ditunjukan ke setiap infeksi yang
mungkin ada.
Drenase
bedah atau eksenterasi labirin tidak diindikasikan, kecuali suatu fokus
dilabirin atau daerah perilabirin telah menjalar atau dicurigai menyebar ke
struktur intracranial dan tidak memberi respons terhadap terapi antibiotika.
Bila
ada indikasi dapat dilakukan mastoidektomi. Bila dicurigai ada fokus infeksi
dilabirin atau di os petrosus, dapat dilakukan drenase labirin dengan salah
satu operasi labirin.
Setiap
skuestrum yang lepas harus dibuang, harus dihindari terjadinya trauma N VII.
Bila saraf fasial lumpuh, maka harus dilakukan dekompersi saraf tersebut. Bila
dilakukan operasi tulang temporal, maka harus diberikan antibiotika sebelum dan
sesudah operasi.
Daftar Pustaka :
Prof. dr. Arjatmo tjokronegoro, Phd, Sp. FK. And. & dr. Hendra
Utama, Sp. Fk,editor. Petunjuk Penting Pada Penyakit
Hidung-Telinga-Tenggorokan.Penerbit FKUI, Jakarta.1990
FATOFISIOLOGI
Membran
labyrinth adalah sutu sistem yang tertutup dan dipenuhi dengan endolymp.
Kelainan yang terjadi pada labyrinth berupa penyakit meniere atau fluctuant
hearing loss akibat produksi yang berlebihan atau kurangnya absorbs dari
endolymph.
Pada
menieres terjadi peningkatan tekanan pada endolymph sehingga penglihatan
seperti berputar dan bila lanjut dapat menyebabkan hilangnya pendengaran.
Pada
fluctuant hearing loss terjadi gangguan pendengaran yang hilang timbul. Faktor
predisposisi fluctuant hearing loss adalah kurangnya sirkulasi, misalnya :
1. DM Hyperlipoproteinemi
2. Intake garam meningkat
3. Alergi, perokok dan syphilis
ASKEP LABIRINITIS
PENGKAJIAN LABIRINITIS
Data Subjektif :
1. Vertigo
2. Tinitus
3. Nausea dan vomitus
4. Nistamu
5. Keadaan yang menimbulkan serangan
6. Hilangnya pendengaran
7. Nyeri
8. Berkeringat dan pucat
Data
Obyektif :
1. Vomitus
Tes Diagnosis :
2. Audiometri
3. Elektronystamografi
4. Caloric test
DIAGNOSA PERAWATAN PENY. LABIRINITIS
1. Gangguan rasa nyaman, nyeri
2. Perubahan persepsi sensori
3. Potensial perluakaan
4. Kurangnya pengetahuan
RENCANA
PERAWATAN PENY. LABIRINTITIS
1. Bedrest
2. Kolaborasi : anti emetik - antihistamin - antibiotik
3. Diet rendah garam
4. Kolaborasi : Vasolidator - diuretik
5. Operatif :
1. Labyrinthectmy
2. Cysurgeri
Daftar Pustaka :
Ati Surya M., Skp,editor. Askep Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pendengaran. Akper Jendral A. Yani Perpustakaan, 1997
No comments:
Post a Comment