Semua hal terjadi karena sebuah alasan, bahkan angin bertiup pun untuk sebuah tujuan.
Tuesday, April 30, 2013
Thursday, April 25, 2013
ASKEP OSTEOMIELITIS
A.
OSTEOMELITIS
Osteomielitis adalah infeksi tulang.
Infeksi tulang sulit untuk disembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak karena
terbatasnya asupan darah, respon jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan
jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang bari di sekeliling
jaringan tulang mati). Osteomielitis dat
menjadi masalh kronis uang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan
kehilangan ekstremitas.
Infeksi disebabkan oleh penyebaran
hematogen (melauli darah) dari fokus infeksi dari tempat lain (mistonsil yang
terinfeksi, lepuh, infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis dapat berhubungan dengan
dengan penyebaran infeksi jaringan lunak
(mis. Ulkus dekubitus atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung lunak (
mis. Faktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang).
Pasien yang berisiko tinggi mengalami osteomeilitis adalah mereka yang
nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes. (Brunner &
Suddarth, textbook of medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
Osteomielitis adalah suatu infeksi
tulang dan diklasifikasikan menurut asalnya sebagai primer atau sekunder,
menurut flora mikrobanya, dan menurut perjalanan penyakitnya sebagai akut,
subakut, atau kronis.
Osteomielitis primer disebabkan oleh
implantasi mikroorganisme secara langsung ke dalam tulang dan biasanya terbatas
pada tempat tersebut. Misaknya (compound fractur).
Osteomielitis
Skunder (hematogen akut) disebabkan oleh penyebaran melalui aliran darah. Kadang-kadang
osteomielitis terjadi karena infeksi secara langsung. (Brunner & Suddarth, textbook of
medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
Osteomielitis
merupakan infeksi pada tulang yang diklasifikasikan kedalam hematogen akut
berasala dari sumber yang jauh di bawa ke darah jika pada anak-anak dibawah 12
th menyerang tulang panjang yang tumbuh dengan cepat, dan pada orang dewasa
menyerang tulang belakang, kronis yang berasal dari infeksi jaringan lunak
dengan jarak dekat, kronis mikroorganisme menyerang tulang melalui darah. (KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH, Charlene J. Reeves, Gayle Roux, Robin Lockhart. Salemba medika).
B.
KLASIFIKASI
Klasifikasi osteomyelitis berdasar dari beberapa kriteria seperti durasi
dan mekanisme infeksi dan jenis respon host terhadap infeksi. Osteomyelitis
berdasarkan durasi penyakit dapat diklasifikasi menjadi akut, subakut, dan
kronik. Akan tetapi batas waktu untuk tiap klasifikasi masih belum tegas.
Mekanisme infeksi dapat exogenous dan hematogenous. Osteomyelitis exogenous
disebabkan oleh fraktur terbuka, operasi (iatrogenik), atau penyebaran infeksi
dari jaringan lunak lokal. Jenis hematogenous terjadi akibat bakteremia.
Osteomyelitis juga dapat dibagi berdasarkan respon host terhadap penyakit ini,
pembagian tersebut adalah osteomyelitis pyogenik dan nonpyogenik. Cierny dan Mader mengajukan sistem klasifikasi untuk osteomyelitis
kronis berdasarkan kriteria faktor host dan anatomis. Sistem klasifikasi yang
lebih banyak digunakan adalah berdasarkan durasi (akut, subakut, dan kronis)
dan berdasarkan mekanisme infeksi (exogenous dan hematogenous). (Husnul Mubarak, medical indo)
C.
PATOFISOLOGIS
Sttspylococcus aureus merupakan penyebab 70% -80%
infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering sering dijumapi pada
osteomielitis meliputi proteus
pseudomonas, dan Escerihia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi resisten penicillin,
nosokomial, gram negatif dan anaerobik. Awitan osteomielitis setelah pembedahan
ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminal stadium 1) dan
sering terjadi penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan
lambat (stadium 2) terjadi antara 4
sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3)
biasanya akibat penyebaran hematogen dan tejadi
2 tahun atau lebih setelah pembedahan.
Respon inisial terhadap infeksi
adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah
2-3 hari, thrombosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, membuat
iskemi dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan jaringan dan
medula. Infeksi berkembangan kemudian berkembang ke altivitas medularis dank e
bawah periosteum dan dpat menyebar kearingan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat
dikontrol awal, kemudian terjadi abses tulang.
Pada
pejalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan, namun yang lebuh sering harus
dilakukan inisiasi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam
dingdingnya terbentuk daerah jaringan mati, (sequestrum) tidak mudah cair dan
mengalir keluar. Brongga tidak dapat mengempis atau menyembuh, terjadi seperti
pada jaringan lunak. (Brunner
& Suddarth, textbook of medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
Osteomielitis dimulai darai daerah
metafisis karena pada daerah tersebut
peredaran darah lambat dan banyk mengandung sinusoid-sinusoid.
Penyebaran dapat terjadi:
1.
Ke arah kortek membentuk abses
subperiosteal dan selulitis pada jaringan sekitarnya.
2.
Menenbus periosteum membentuk abses
jaringan lunak dan abses dapat menenbus kulit melali sinus dan menimbulkan
kematian tulang yang di sebut sequester.
3.
Menyerang kea rah medulla.
4.
Menyebar ke persendian terutama bila
lempeng pertumbuhannya intra antrikuler . penetrasi ke epifisis jarang terjadi.
Pada pase kronis, periosteum akan
membentuk tulang baru yang di sebut involukrum yang akan membungkus tulang yang
mati. (Bagian ilmu bedah FKUI/RSCM< 1995.
Binarupa aksara)
D.
Tanda & gejala
Osteomielitis primer dapat di bagi
menjadi osteomelitis akut dan kronik. Fase akut ialah fase sejak terjadinya infeksi sampai 10-15 hari.
-
Sakit
-
Panas tinggi
-
Bengkak
-
gangguan
fungsi gerak
pada pemeriksaan labolatorium
ditemukan laju endap darah meninggi dan lekositosis, sedangkan gambar
radiologik tidak menunjukan kelainan.
Pada osteomielitis
biasanya rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak
atau di sertai terjadinya fistel. Pemeriksaan radiologik ditemukan suatu
involukrum dan squester. (Bagian ilmu bedah FKUI/RSCM< 1995.
Binarupa aksara)
E.
KOMPLIKASI
Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran darah sistemik. Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:
Komplikasi osteomyelitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi yang tidak terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat mengeradikasi bakteri penyebab. Komplikasi osteomyelitis dapat mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang yang terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan sekitar bahkan ke aliran darah sistemik. Secara umum komplikasi osteomyelitis adalah sebagai berikut:
a. Abses
Tulang
b. Bakteremia
c. Fraktur
Patologis
d.
Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
e. Sellulitis
pada jaringan lunak sekitar.
f. Abses otak pada osteomyelitis
di daerah kranium.
(Husnul Mubarak, medical indo)
Terlambatnya diagnosaatau terapi awal yang tidak memadai dapt
menimbulkan osteomielitis kronis. Komplikasi lain termasuk pembentukan abses
jaringan lunak, arthritis septic, dan infeksi metastatic ke organ lain. Faktur
patologi dapt terjadi pada tempat-tempat kerusakan tulang yang exstensif. (ILmu bedah)
F.
Prosedur diagnostik
Pada
osteomielitis akut, pemeriksaan sinar-x awalnya hanya pembekakan jaringan
lunak. Pada sekitar dua minggu terdapat daerah dekalsifikasi ireguler, nekrosis
tulang, pengakatan periosteum, dan pembentukan tulang baru. Pemindaian tulang
dan MRI dapat membantu diognosin definitif awal. Pemeriksaan darah dapat
memperlihatkan dapat meningkatkan laju endap darah. Kultur darah
dan kultur abses ditentukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai. (Brunner
& Suddarth, textbook of medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
Pada osteomeilitis kronik, besar, kapasitas ireguler,
peningkatan periosteum, squestra, atau pembentukan tulang padat terlihat pada
sinar-x. Pemindaian tulang dapat dilakukan untuk mengindetifikasi infeksi
tulang. Laju sedimentasi dan jumlah sel dan jumlah sel darah putih biasanya
normal. Anemia, dikaitkan dengan infeksi kronik,. Abses ini dibiakan untuk
menentukan organisme infektif dan terapi antibiotik yang tepat. (Brunner
& Suddarth, textbook of medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
G.
PENATALAKSANAAN
Darang yang terkena harus
dimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur.
Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit berapa kali per hari
untuk meningkatkan aliran darah. (Brunner & Suddarth, textbook of
medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
H.
TERAPI
Sasaran awal terapi adalah mengontrol
dan mengendalikan infeksi. Kultur darah swab dan kultur darah abses dilakukan
untuk mengidentifikasi organism dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi
disebabkan oleh lebih dari satu paogen. (Brunner & Suddarth, textbook of
medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
Pasien yang toksik memerlukan
pemberian cairan dan elektrolit intra vena. Anemia menyertainya harus sering di
koreksi dengan transfusi darah. Imobilisasi ekstrimitas yang terkenal dengan
pembidaian , gips, atau suspense dalam suatu alat ortopedik di anjurkan untuk
mengurangi ras sakit dan mencegah fraktur patologi.(ILmu bedah)
Asuhan keperawatan
pada osteomielitis
A.
Pengkajian
Pasien yang
dating dengan awitan dengan gejala akut (mis. Nyeri lokal, pembengkakan,
eritema, demam) atau kambuh keluarnya pus dari sinus disertai nyeri,
pembengkakan disertai demam sedang. Pasien dikaji adanya risiko (mis. Lansia,
diabetes, kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi, atau bedah
ortopedi sebelumnya. Osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan umum
akibat reaksi sistemik infeksi. (Brunner & Suddarth, textbook of
medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC)
Pemeriksaan
fisik memperlihatkan adanya imflamasi, pembengkakan nyata, hangat yang nyeri
tekan. Cairan purulen dapat di lihat. Pasien akan meningkatkan suhu tubuh. Pada
osteomielitis krinik, peningkatan suhu minimal, yang terjadi pada malam dan
sore hari.
1. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Berdasar pada
pengkajian , diagnosa keperawtan dengan osteomielitis dapat meliputi yang
berikut:
nyeri yang
berhubungan dengan imflamasi dan pembengkakan
kerusakan
mobolitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, alt imobilisasi, dan keterbatasan
beban berat badan.
Risiko
terhadap penyebaran infeksi pembentukan abses tulang
Kurang
pengetahuan dalam program pengobatan
2. PERENCANAAN
DAN IMPLEMENTASI
Sasaran. Sasaran pasien meliputi peredaan nyeri,
perbaikan mobilitas fisik dalam batas-bats terapeutik, kontrol dan eradikasi
infeks, dan pemahaman program pengobata.
3. INTERVENSI
KEPERAWATAN
Peredaan nyeri, bagian yang terkena harus di
iimobilisasi dengan bidai untuk mengurangi ras nyeri dan spasme otot. Perbaikan Mobilitas Fisik, program
pengobatan membatai aktivitas.tulang menjadi lemah akibat infeksi dan harus
dilindungi dengan alat imobolisasidan penghindaran stres pada tulang. Mengontrol proses infeksi, Perawat
memantau respon pasein tehadap terapi antibiotika dan obsevasi pada tempat
pemasangan infus adanya bukti flebitis atau infiltrasi.
Pendidikan pasien dan pertimbangan
perawat di rumah, penaganan
osteomielitis, termasuk perawatan dan terapi antibiotika intravena, dapat
dilakukan di ramah. Pasien harus dengan keadaan stabil dan termotivasi, dan
kluarga harus mendukung lingkungan rumah harus kondusif.
Pasien harus di pantau dengan
cermat dengan adanya penambahan nyeri atau peningkatan suhu yang meningkat.
4. EVALUASI
Hasil yang diharapkan
1.
Mengalami
perbedaan nyeri
a. Melaporkan kekurangan nyeri
b. Tidak mengalami nyeri tekan di
tempat yang terinfeksi
c. Tidak mengalami ketidaknyamanan
saat bergerak
2.
Peningkatan
mobilitas fisik
a. Berpartisipasi dalam
perawatan-diri
b. Mempertahankan fungsi
penuhekstremitas yang sehat
c. Memperlihatkan pengguna alat
imobilisasai
3.
Tiadanya
infeksi
a. Memeakai antibiotika sesuai resep
b. Suhu badan normal
c. Tiadanya pembengkakan
d. Tiadanya pus
e. Angka lekosit dan angka laju darah
kembali normal
4.
Mematuhi
rencan terapeutik
a. Memakai antibiotika sesuai resep
b. Mekindungi tulang yang lemah
c. Memperlihatkan perawatan luka yang
benar
d. Melaporkan bila ada maslah segera
e. Makan diet tetapi seimbang dengan
tinggi protein dan vit c & d
f.
Mematuhi
perjajnjian untuak pertemuan selanjutnya
g. Melaporkan tingkat kekuatan
h. Tidak melaporkan tingkat tsuhu
badan atau kambujan nyeri, pembengkakan, atau gejala lain di tempat tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner & Suddarth, textbook of
medical-surgikal Nursing, Edisi 8. Vol 3. EGC
ILmu bedah
Husnul Mubarak, medical indo
Bagian ilmu
bedah FKUI/RSCM. 1995. Binarupa aksara
KEPERAWATAN
MEDIKAL BEDAH, Charlene J. Reeves, Gayle Roux, Robin Lockhart. Salemba medika
Thursday, April 18, 2013
PRAKTEK MANAJEMEN KEPERAWATAN RSUD AL - IHSAN BANDUNG
Praktek Manajemen Keperawatan
Program Profesi Ners
STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi
(18 Maret 2013 - 16 April 2013)
Peningkatan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi akan
meningkatkan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas
termasuk keperawatan yang profesional. Tuntunan terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan
sebagai fenomena yang harus direspon oleh rumah sakit sebagai penyelenggaran
pelayanan. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang
bermutu dan berorientasi pada kebutuhan klien.
Peningkatan mutu
pelayanan merupakan suatu indikator untuk keberhasilan rumah sakit, dipengaruhi
oleh mutu pelayanan keperawatan yang diberikan, karena profesi perawat
merupakan kelompok terbesar dari profesi tenaga kesehatan lainnya dirumah
sakit. Perawat berperan langsung dengan memberikan asuhan keperawatan pada
klien selama 24 jam secara terus menerus dan berkesinambungan. Untuk itu
perawat dituntut dapat melakukan asuhan keperawatan yang profesional sesuai
dengan standar keperawatan yang berlaku.
Dalam memberikan pelayanan
kesehatan, Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) didukung oleh beberapa unit palayanan antara lain;
instalasi gawat daruruat 24 jam, apotek 24 jam, Intensive Care Unit, unit
diagnostik (radiologi, USG, MRI, dan laboratorium), unit rawat jalan, dan unit
rawat inap yang salah satunya adalah ruang perawatan bedah
(Zaitun II).
Ruang perawatan
Bedah (Zaitun
II)
merupakan unit rawat inap untuk anak dan dewasa dengan kasus
penyakit bedah. Ruang perawatan bedah (Zaitun II) memiliki
karakteristik yang berbeda dengan unit rawat inap lainya. Hal ini dikarenakan pelayanan asuhan
keperawatan yang diberikan telah
menerapkan program Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) ditunjukan
kepada seluruh individu yang unik dan sedang dalam proses perawatan, selain itu individu memiliki
keterikatan dan ketergantungan kepada keluarganya sehingga
asuhan keperawatan yang diberikan harus berpusat pada keluarga dan perawatan
yang terapeutik.
Uraian diatas melatarbelakangi penulis untuk mengetahui
lebih lanjut tentang gambaran penerapan manajemen asuhan keperawatan di ruang Bedah
Zaitun II Rumah Sakit Umum Daerah Al-Ihsan Bandung.
Dokumentasi kegiatan
Terimakasih untuk Perawat Ruang Zaitun II Bedah, untuk Pak. Iif Arif R, AMK & ibu Sri Atun, AMK yang telah banyak membantu kami mulai dari pengumpulan dan pengolahan data sampai pada tahap POA dan implementasi.
Kelompok 8 Program Profesi Ners Praktek Manajemen Keperawatan :
- Anajem - Umy RS - Melinda - Aghnia Bekok - Edi Soepono - Bagus O'Bos - Santos DC - Babeh Yansen - Yoka - Delly Bangedz -
ASKEP STRAIN & SPRAIN
STRAIN & SPRAIN
Strain (keram)
Pengertian
Strain
adalah “tarikan otot” akibat penggunaan berlebihan, atau stress yang
berlebihan.strain adalah robekan mikroskopis tidak komplit dengan perdarahan ke
dalam jaringan. Pasien mengalami rasa sakit atau nyeri mendadak dengan nyeri
tekan local pada pemakaian otot dan kontraksi isometric. (brunner &
suddarth). Strain
adalah luka pada otot atau tendo dikarenakan penggunaan otot yang berlebihan,
tekanan yang terlalu besar, atau perenggangan yang berlebihan. Jaringan otot
yang mengalami hal tersebut sering terjadi perdarahan yang masuk ke dalam
tempat luka akibat robekan otot yang tidak komplit dan hanya kelihatan dengan
mikroskop.
Manifestasi klinis
Gejala
dan tanda strain mencakup rasa sakit, bengkak, dan spasmus pada otot. Penderita
bisa atau tidak mengalami gejala objektif langsung setelah strain. Geraka
berikutnya dari bagian yang mengalami hal ini aka menghasilkan rasa sakit yang
akan menghambat aktifitas fisiknya. Dalam beberapa contoh : penderita mungkin
akan berkata bahwa bagian yang menderita mengalami “mati rasa”. Perubahan warna
biasanya tidak terjadi kecuali jika penderita mengalami kerusakan pada jaringan
lunak.
Patofisiologi
Adalah
daya yang tidak semestinya yang diterapkan pada otot , ligament, atau tendon.
Daya (force) tersebut akan meregangkan serabut-serabut tersebut da menyebabkan
kelemahan dan mati rasa temporer serta perdarahan jika pembuluh darah dan
kapiler dalam jaringan yang sakit tersebut mengalami regangan yang berlebihan.
Tanda dan Gejala
- Kelemahan
·
Mati
rasa
·
Nyeri
·
Odema
Penanganan
Kelemahan
biasanya berakhir sekitar 24-27 jam, sedangkan mati rasa biasanya menghilang dalam
1 jam. Otot ligamen , atau tendon yang keram akan memperoleh kembali fungsinya
secara penuh setelah diberikan perawatan konservatif.
Rencana Keperawatan
· Kemoterapi
; dengan analgetik seperti aspirin (300-600mg/hari) atau acetaminophen (300-600mg/hari)
· Elektromekanis
;penerapan dingin dengan kantong es ,pembalutan atau wrapping eksternal
· meninggikan
posisi (di angkat)
· latihan
ROM
SPRAIN (KESELEO)
PENGERTIAN
sprain
adalah cedera struktur ligament disekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau
memutar. Fungsi ligament adalah mejaga stabilitas namun masih memungkinkan
mobilitas. (bruner & suddarth)
Sprain
merupakan luka pada beberapa struktur ligamen yang mengelilingi sendi.
Kerusakan ini dapat mencakup luka robek pada ligament atau ligament meregang.
Sprain sering terkait degan ketidak mampuan sendi dan memiliki luka yang lebih
serius dibandingkan dega strain.
Patofisiolagi
Kekoyaka
(avulsion) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi, yang disebabkan
oleh daya yang tidak semestinya, pemelintiran, atau mendorong / mendesak pada
saat berolahraga atau aktivitas kerja. Kebanyakan keseleo terjadi pada
pergelangan kaki, jari-jari tangan dan kaki. Pada trauma olah raga (sepak bola)
sering terjadi robekan ligament pada sendi lutut. Sendi-sendi lain juga dapat
terkilir jika diterapka daya tekanan atau tarikan yang tidak semestinya tanpa
diselingi perbedaan.
Manifestasi klinis
Gejala khusus pada sprain mencakup bengkak
yang bertambah cepat, rasa sakit dan perubahan warna pada tempat luka.
Perdarahan pada jaringan lunak mungkin terjadi jika pembuluh darah juga
terluka. Sprain dapat diklasifikasikan dalam tahap ringan, menengah, dan berat.
Mild sprain. Dalam mild sprain, terdapat pembengkakan dan nyeri
tekan local, namun begitu gerakannya hanya berkurang secara minimal. Ligamenya
meregang atau bentuknya hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
Moderate sprain. Pada kasus ini, bagian yang sakit mengalami
edema dan teraba lunak serta memiliki rasa yeri menengah jika bergerak dan
terdapat beberapa ligament yang robek.
Severe sprain. Pada kasus ini, bagian mana yang mengalami edema dan
teraba lunak. Demikian pula gerakan fleksi dan kekuatan memikul berat bahkan
tidak bise dilakukan. Ligamentum putus dengan ketidakstabilan sendi yang
terbatas.
Penilaian.
Perawat harus melakukan penilaian secara umum, karena kebanyaka penderita
dengan luka jaringan lunak akan menderita beberapa type trauma. Penilaian harus
difokuskan untuk menentukan perluasan luka dan struktur yang terlibat. Riwayat
kejadian luka yang akurat harus mencakup aktifitas yang menyebabka terjadinya
luka, posisi bagian yang terluka (eversi & inversi), perkiraan jumlah beban
yang ditopang oleh bagian yang terluka dan munculnya seperti suara benda yang
pecah, suara letusan atau suara seperti kamera potret yang didengar atau
sesuatu yang dirasakan saat terjadinya luka.
Pemeriksaan
terfokus pada penentuan luasnya pembengkakan, perubahan warna, keterbatasan
terhadap rentang gerkan normal dan gerakan yang menyebabkan rasa sakit.
Periksalah juga pada bagian yang sehat untuk dijadikan datadasar sebagai
pembanding. Pemeriksaan dengan sinar X pada bagian sakit dapat menyingkirkan kemungkinan
fraktur pada kasus yang dicurigai mengalami sprain.
Manajemen therapeutic
Manajemen therapi dari trauma jaringan
pendukung diarahkan pada pengurangan pembengkakan dan tidak diperbolehkan
mengangkan beban normal juga mobilitasnya. Perawatan trauma mencakup istirahat
(rest), kompres es (ices), penekanan (compression) dan meninggikan bagian yang
terluka (elevation) atau disingkat RICE : rest, ice, compression, dan
elevation. Segera setelah terjadi luka, pasien tidak diperbolehkan mengangkat
barang dan tetap menjaga bagia yang terluka agar tidak bergerak. Kompres dingin
atau es akan menghasilkan vasokonstriksi untuk mengurangi pembengkakan dengan
meletakannya dibagian yang terluka.
Perawat
harus menempatkan kain diantara kulit pasien dengan kantong es untuk
menghindari luka akibat suhu rendah. Terapi dengan kompres dingin ini harus
dimulai dengan segera dan diteruskan sampai 24-36 jam setelah luka terjadi.
Tanda & Gejala
·
Sama
dengan strain namun lebih parah
·
Edema,
perdarahan dan perubahan warna lebih nyata
·
Ketidakmampuan
untuk menggunakan sendi, otot, dan tendon.
·
Tidak
dapat menyangga beban, nyeri lebih hebat dan konstan.
Rencana Perawatan
1.
Pembedahan
:
mungkin diperlukan agar
sendi dapat berfungsi sepenuhnya ; penguragan-pengurangan perbaikan terbuka
terhadap jaringan yang terkoyak.
2. Kemotherapi :
dengan analgetik aspirin
(100-400 mg setiap 4 jam )untuk meredakan nyeri dan peradangan. Kadang
diperlukan narkotik ( codeine 30-60 mg peroral setiap 4 jam )untuk nyeri hebat.
3. Elektromekanis
→ Penerapan dingin
→ Pembalutan / wrappig
external
dngan pembalutan,cast, atau pengendongan (sung)
→ Peninggian posisi
Jika
yang sakit bagian extremitas
→ Latihan ROM
Tidak dilakukan latihan padasaat terjadi nyeri hebat dan
perdarahan. Latihan pelan2 di mulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang
sakit.
→ Penyangga beban
Menghentikan penyangga beban
dengan penggunaan kruk selama 7 hari atau lebih tergantung jaringan yang sakit.
Study diagnostic
- Riwayat
tekanan, tarikan perbedaan,
daya yang tidak semestinya
- Pemeriksaan fisik ; tanda-tanda pada kulit system sirkulasi musculoskeletal
Asuhan Keperawatan Klien Dengan Sprain
& Strain
(marylinn doenges)
Pegkajian :
− Identitas pasien
− Keluhan utama ; nyeri, kelemahan, mati rasa, edema,
perdarahan, perubahan mobilitas/ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot,
dan tendon.
−Riwayat kesehatan:
a. Riwayat penyakit sekarang,
o
Kapan
keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktifitas kerja atau setelah berolah raga
o
Daerah
mana yang mengalami trauma
o
Bagaimana
karakteristik nyeri yang dirasakan.
b. Riwayat penyakit dahulu,
o
Apakah
klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau atau mengalami trauma
padasistem musculoskeletal lainnya.
c. Riwayat penyakit keluarga
o
Apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit seperti ini,
−Peeriksaan fisik
a. Inspeksi : kelemahan, edema, perubahan
warna kulit (perdarahan), ketidakmampuan menggunakan sendi,
b. Palpasi : mati rasa
c. auskultasi
d. perkusi
−Pemeriksaan penunjang
Pada
sprain untuk diagnosis perlu dilaksanakn roentgen untuk membedakan dengan patah
tulang.
Diagnosa Keperawatan yang Muncul :
- gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri/ketidakmampuan,di tandai dengan ketidakmampuan untuk mepergunakan
sendi,otot,dan tendon.
Tujuan :
- meningkatkan/mempertahankan mobilitaspada
tingkat paling tinggi yang mungkin.
·
Menunjukan
teknik memampukan melaksanakan aktivitas(ROM aktif dan pasif)
Intervensi :
·
Kaji
derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera /pengobatan dan perhatian
persepsi pasien terhadap mobilisasi
·
Ajarka
untuk melaksanakan latihan rentang gerak pasien/aktif pada extremitas yang sehat da latihan rentang gerak
pasif pada extremitas yang sakit.
·
Berikan
pembalutan, pembebatan yang sesuai.
- Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau
kekoyakan pada otot, ligament atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati
rasa, perdarahan, edema, nyeri.
Tujuan :
·
Menyatakan
nyeri hilang
Intervensi :
·
Pertahankan
imobilisasi bagia yang sakit denga tirah baring,gips dan pembalutan.
·
Tinggikan
dan dukung extremitas yang terkena
·
Pemberian
kompres dingin dengan kantong es 24 0C
·
Ajarka
metode distraksi dan relaksasi selama nyeri akut
·
Berikan
individu pereda rasa sakit yang optimal dengan analgesic.
- Gangguan konsep diri berhubungan dengan
kehilangan fungsi tubuh
Tujuan :
·
Mendemonstrasikan
adaptasi kesehatan, penanganan keterampilan.
Intervensi :
·
Dorong
individu untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai pandangan pemikiran
perasaan seseorang
·
Dorong
individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan, dan
prognosa kesehatan.
·
Berikan
informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang sudah diberikan
·
Hindari
kritik negatife
·
Beri
privasi dan suatu keamanan lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
Rachmadi, agus. 1993. Perawatan Gangguan System
Musculoskeletal. Penerbit :AKPER Depkes, Banjarbaru.
Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan
; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Edisi 3.
Penerbit : EGC,Jakarta.
Nurachman, Elly.1989. Buku saku prosedur
Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit :
EGC,Jakarta.
Carpenito, Linda Juall. 1999. Buku Saku
Diagnosa Keperawatan. Edisi 8 .Penerbit : EGC,Jakarta.
Subscribe to:
Posts (Atom)
Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita
Sistem reproduksi manusia baik pria maupun wanita memiliki struktur organ internal dan eksternalnya masing- masing. Setiap organ dalam sist...
-
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY. N DENGAN AS AM URAT PADA N Y. N Pengkajian A. Data Umum 1. Nama Kepala Keluarga ...
-
POSTER SENAM NIFAS Senam Nifas 1. Def i nisi Senam Nifas Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu setelah melahirkan yang ...
-
Pengertian Kondom kateter adalah alat drainase urine eksternal yang mudah untuk digunakan dan aman untuk mengalirkan urine...