Pengertian
Kondom kateter
adalah alat drainase urine eksternal yang mudah untuk digunakan dan aman untuk
mengalirkan urine pada klien pria.kondom kateter ini lunak,berupa selaput karet
yang lembut yang disarungkan ke penis,dan cocok untuk klien inkontinensia atau
koma yang masih mampunyai kemampuan mengosongkan kandung kemih spontan dan
komplit.kateter ini mungkin tersedia dalam jenis indwelling (foley) karena
drinase dipertahankan dengan sedikit risiko terhadap infeksi.
2.
EtiologiInvasi bakteri
Adanya kateter
indwelling dalam traktus urinarius dapat menimbulkan infeksi.Kolonisasi bakteri
(bakteriuria) akan terjadi dalam 2 minggu pada separuh dari pasien-pasien yang
menggunakan kateter urin,dan dalam waktu 4 sampai 6 minggu sesudah pemasangan
kateter pada hampir semua pasien meskipun rekomendasi untuk pengendalian
infeksi dan perawatan kateter sudah dilakukan dengan cermat.
3.
Klasifikasi
Tipe kateter yang dipakai untuk mengusahakan drainase
pada terjadinya obstruksi tergantung kepada lokasi dan sumbatan. Jenis-jenis
kateter :
·
Catheter Whistle-tip
·
Catheter Robinson bermata banyak
·
Catheter Foley
·
Catheter Coude
Cateter foley lebih banyak di pakai karena mudah untuk
dipasang dalam waktu lama guna drainase terus menerus. Kateter Foley berllumlen
dua yang dilengkapi balon pada ujung distal. (Sumber Perawatan Medikal Bedah
Barbara C.Long)
4. Patofisiologi
prosedur pemasangan kondom kateter |
5.
Tanda dan gejala
Pada pasien yang menggunaka
kateter indwelling harus diobservasi untuk mendeteksi adanya tanda-tanda dan
gejala infeksi traktus urinariusyang berupa :
1.
Urin
yang keruh
2.
Hematuria
3.
Panas
4.
Menggigil
5.
Anoreksia
6.
Malaise
( Sumber :
Keperawatan Medikal-Bedah Brunner dan Suddarth )
6 Prosedur Diagnostik
Prosedur
diagnostik harus mancakup evaluasi faal ginjal. Dapat dilakukan melalui urinalisis,
kultur urin, elektrolit urin, urea nitrogen darah, kreatinin serumdan kratinin
clearance.
Sebelum
kateterisasi harus berkonsultasi dulu kepada dokter tentang drainase air kemih
selanjutnya. Bila diduga terdapat jumlah besar dari urin residu, biasanya
dokter memasangkan kateter dauer. Untuk mencegah tidak terjangkaunya volume
urin residu oleh kateter, perlu dilaksakan potret x-ray air kencing residu.
Tiap urin yang bertahan pada kandung kemih akan dapat divisualisasi pada
radiografi. Ini berarti bahwa penentuan jumlah volume urin residu diperlukan
dengna berkaitan visualisasi studi saluran kemih dari saluran kemih.
Pemeriksaan cystometric dilaksanakan untuk
evaluasi tonus kandung kemih. Pada umumnya pemeriksaan dilakukan bila terjadi
inkontinen atau bila ditemukan data bahwa terjadi disfungsi kandung kemih yang
neurologik.Prosedur pemasangan kondom kateter:
a.
Persiapan pasien:
·
Mengucapkan
salam terapeutik
·
Memperkenalkan
diri
·
Menjelaskan
pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilaksanakan.
·
Penjelasan
yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
·
Selama
komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak mengancam.
·
Klien/keluarga
diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi
·
Privasi
klien selama komunikasi dihargai.
·
Memperlihatkan
kesabaran , penuh empati, sopan, dan perhatian serta respek selama
berkomunikasi dan melakukan tindakan
·
Membuat
kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan)
b.
Persiapan alat:
·
Selaput kondom karet.
·
Strip elastik atau perekat velcro.
·
Kantung penampung urine dengan selang drainase.
·
Basin dengan air hangat dan sabun.
·
Handuk dan waslap.
·
Selimut mandi.
·
Sarung tangan sekali pakai.
·
Gunting.
c.
Prosedur
·
Pasien
diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, kemudian alat-alat didekatkan
ke klien
·
Pasang sampiran.
·
Cuci
tangan.
·
gunakan
sarung tangan steril.
·
Posisikan
klien pada posisi terlentang.letakan selimut diatas dan tutup ekstremitas
bawahnya dengan selimut mandi sehingga hanya genetalia yang terbuka.
·
Bersihkan
genetalia dengan sabun dan air lalu keingkan.
·
Siapkan
drainase kantung urine dengan menggantungnya ke kerangka tempat tidur.bawa
selang drainase kesisi tempat tidur.
·
Dengan
tangan non-dominan genggam penis klien dengan kuat sepanjang batangnya.dengan
tangan dominan,pegang kantung kondom pada ujung penis dan denan perlahan
pasangkan pada batang penis.
·
Sisakan
2,5 sampai 5 cm (1 sampi 2 inci) ruang antara glans penis dan ujung kondom
kateter.
·
Lilitkan
batang penil dengan strip velcro atau perekat elastik.pasang dengan pas tetapi
tidak ketat.
·
Hubungkan
selang drainase pada ujung kondom kateter.
·
Letakan
kelebihan gulungan selang ditempat tidur dan ikatkan dengan peniti pada dasar
linen tempat tidur.
·
Posisikan
klien pada posisi yang nyaman.
·
Buang
peralatan yang basah,lepas sarung tangan,dan cuci tangan.
·
Catat
kapan kondom kateter dipasang dan adanya urine pada kantung
drainase.(sumber:keterampilan dan prosedur dasar,perry.potter)
·
7.Kompliksi
Adanya
kateter dalam traktus urinarius dapat menimbulkan komplikasi atau infeksi.
Kolonisasi bakteri (bakteriuria) akan terjadi dalam waktu 2minggu pada separuh
dari pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, dan dalam waktu 4-6 minggu
sesudah pemasangan kateter pada hampir semua pasien meskipun rekomendasikan
untuk pengendalian infeksi dan perawatan kateter telah diikuti dengan cermat.
Mikroorganisme patogen yang menyebabkan infeksi traktus urinarius yang
verkaitan dengan kateter mencakup: Escherichia
coli, Klebsiella, Proteus, Pseudomonas, Enterobacter, Serratia dan Candida. Mikroorganisasi
ini merupakan bagian dari flora endogenus atau flora usus normal, atau didapat
melalui kontaminasi-silang oleh pasien atau petugas rymah sakit atau melalui
kontak dengan peralatan yang tidak steril. Komplikasi lain yang dapat timbul
akibat pemasangan kateterisasi yaitu:
· Alergi
atau sensitivitas terhadap lateks
· Batu
kandung kemih
· Infeksi darah (septicaemia)
· Darah dalam urin (hematuria)
· Kerusakan ginjal (biasanya hanya dengan jangka
panjang, gunakan kateter berdiamnya)
· Uretra cedera
· Saluran kencing atau infeksi ginjal
8.Terapi dan Panatalaksanaan Keperawatan.
Latihan kembali kandung kemih:
·
Menentukan pola waktu biasanya klien berkemih.
·
Merencanakan waktu toileting,jadwal berdasarkan pola dari
klien,bantu seperlunya.
·
Bila tidak dapat dibuat pola berkemih,rencanakan waktu ke
toilet 1-2 jam sekali.
·
Mengusahakan agar pasien berposisi normal pada waktu
berkemih.
·
Mengusahakan agar
klien mengosongkan kandung kencing sesempurna mungkin.
· Mengusahakan agar inteke cairan 3000ml/hari demi memenuhi
volume urine yang adekuat.
·
Membuat jadwal agar cairan diminum sebelum jm 16.00
·
.
9.
Askep
a.
Pengkajian
Obserpasi daerah sekitar orifisium uretra dilakukan untuk
mengamati drainase dan ekskoriasi.pemeriksaan kultur merupakan cara yang paling
adekuat untuk mengkaji kemungkinan infeksi. Warna, bau, dan volume urine juga
harus dipantau. Pengkajian sistem dreinase dilakukan untuk memastikan bahwa
sistem tersebut menghasilkan drainase urin yang adekuat. Kondidi kateter
sendiri harus diobservasi untuk memastikan agar kateter tersebut terpasang dan
terfiksasi dengan baik sehingga tidak terjadi penekanan uretra pada sambungan
penoskrotal pasien laki-laki, dan tidak menimbulkan tekanan serta regangan pada
kandung kemih pasien laki-laki.
b.
Diangnosa Keperawatan
·
Resiko tinggi terhadap infeksi b.d prosedur invasif/alat
·
Resiko tinggi terhadap/kerusakan integritas kulit aktual.
c.
Perencanaan:
·
Tujuan
ü . pasien tidak
mengalami tanda/gejala infeksi.
·
Rencana Tindakan
ü Berikan perawatan
keteter rutin dan tingkatkan perawatan perinial. Pertahankan sistem drainase
urin tertutup dan lepaskan kateter tak menetap sesegera mungkin.
·
Implementasi
d.
Evaluasi
Daftar pustaka
·
Potter, perry. Keterampilan
dan prosedur dasar,edisi 3,jakarta:EGC,2000
·
Suddart, brunner. Keperawatan
medikal-bedah,edisi 8,jakarta:EGC,2001
·
Doenges, E Marilynn. Rencana
Asuhan Keperawatan, edisi 3, Jakarta: EGC, 1999
No comments:
Post a Comment