EFEK LATIHAN KEGEL TERHADAP PEMENUHAN
KEBUTUHAN ELIMINASI URINE (INKONTINENSIA
URINE)
1. Pengertian
Latihan
kegel (kegel exercise) adalah suatu bentuk kegiatan fisik yang memberikan
pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan fisik manusia bila dilaksanakan dengan
tepat dan terarah (Depkes RI, 1994). Latihan kegel merupakan aktifitas
fisik dalam suatu program yang dilakukan
secara berulang-ulang guna meningkatkan kebugaran tubuh (Newman,1993). Latihan
Kegel adalah Latihan yang di berikan
secara mendasar terdiri dari 3 tahap, yaitu pemanasan, latihan inti, dan
pendinginan (Rauben, 1995). Latihan Kegel merupakan Latihan yang dilakukan
dapat meningkatkan mobilitas kandung kemih(kane, dkk, 1996). Latihan Kegel
bermanfaat untuk menurunkan gangguan pemenuhan kebutuhan eliminasi urine pada
lansia (Mc Cormick, 1992).
Inkontinensia urine merupakan eliminasi urine dari kandung kemih yang
tidak terkendali atau terjadi diluar keinginan. Ketidak mampuan menahan urine
dalam kandung kemih setelah usia dari toilet training.
2.Klasifikasi
a) Tujuan
dan metode Latihan Kegel (Kozier, 1995)
Tujuan:
1. Meningkatkan tonus otot
kandung kemih dan kekuatan otot dasar panggul serta sfingter uretra agar dapat
tertutup dengan baik.
2. Menigkatkan efisiensi serta
memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit
3. Meningkatkan aliran darah ke
ginjal
4. Memperpanjang interval waktu
berkemih sehingga lansia dapat menahan sensasi untuk berkemih sebelum waktunya.
Metode Latihan
1.
berdiri atau duduk dengan kaki terbuka
2.
Kontraksikan atau pejamkan rektum, uretra dan
vagina lalu tahan dengan hitungan 3-5 detik
3.
Lakukan setiap kontraksi 10 kali dengan
frekuensi 5 kali sehari
4.
Anjurkan Lansia untuk mencoba memulai dengan
membuang air seni dan menghentikan laju
urine pada pertengahan.
b) Metode Bladder Retraining
(Kozier,1995)
1. Anjurkan
Lansia untuk miksi atau buang air seni pada waktu sesuai dengan jadwal meskipun ada sensasi untuk
berkemih atau tudak ada karena hal ini
akan membantu meningkatkan tonus otot kandung kemih dan kontrol volunter.
2.
Jika Lansia
mampu untuk mengontrol miksinya, interval jadwal miksi bisa
diperpanjang.
3.
Berikan minum sebanyak 150-200 ml 1, 5 jam
sebelum miksi dan 2 jam menjelang tidur.
4.
Hindarkan minuman yang mengandung stimulan
seperti teh, kopi, dan minuman beralkohol.
5.
Berikan dorongan positif dengan memodifikasi tingkah laku dan libatkan
keluarga dalam perawatan lansia
c) Teknik merangsang Reflex
berkemih (Carpenito,2000)
1. Anjurkan Lansia mengambil posisi Setengah duduk
2. Mengetuk secara Langsung kandung kemih 7-8 kali setiap 5 detik
dengan menggunakan 1 tangan
3. Pindahkan rangsangan diatas kandung kemih untuk menentukan sisi
yang paling berhasil
4. Lanjutkan rangsangan sampai mulai aliran yang baik
5. Tunggu
kira-kira 1 menit, Ulangi Rangsangan sampai kandung kemih kosong. Bila
dilakukan rangsangan atu atua 2 kali tetapi tidak ada respon, maka tidak ada
lagoi urine yang akan dikeluaran.
T Bentuk-bentuk inkontinensia
Ada 5 tipe inkonteninsia urine, yaitu:
Ada 5 tipe inkonteninsia urine, yaitu:
Ø Inkontinensia stres yaitu kehilangan urine yang tidak disadari kurang
dari 50 ml akibat dari peningkatan mendadak pada tekanan intra abdomen..
Ø Inkontinensia reflek yaitu
kehilangan urine yang tidak disadari bila volumetertentu telah dicapai, terjadi
pada interval yang diperkirakan.
Ø Inkontinensia didesak (overflow)
yaitu kehilangan urine yang tidak disadari terjadi segera setelah terjadi
desakan harus segera berkemih.
Ø Inkontinensia fungsional yaitu
kehilangan yang tidak disadari dan tidak dapat diperkirakan dari urine.
Ø Inkontinensia total yaitu
kehilangan urine yang terus menerus dan tidak dapat diperkirakan.
3. Etiologi
Latihan kegel dilakukan bila terjadi inkontinensia urine.Penyebab
utama dari inkonteninsia urine diantaranya:
- infeksi
- cerebral clauding
- gangguan jalur dari syaraf pusat(lesi kortek)
- lesi neuron atas
- lesi motor neuron bawah
- kerusakan jaringan
- infeksi
- cerebral clauding
- gangguan jalur dari syaraf pusat(lesi kortek)
- lesi neuron atas
- lesi motor neuron bawah
- kerusakan jaringan
4. Pengaruh Latihan Kegel terhadap pemenuhan Kebutuhan Eliminasi
Urine (hasil Penelitian , Nursalam,
ketut dira )
Pengaruh Latihan Kegel |
Gangguan
pemenuhan kebutuhan eliminasi urine yang diidentifikasi meliputi:
- Merasa sulit Menahan kencing
- Kelemahan otot pelvis
- Mengeluarkan urine padahal tidak mau berkemih
- Kesulitan untuk memulai berkemih (retensi)
- Mengompol Pada malam hari
- Berkemih setiap 1 jam atau kurang dari 1 jam
- Berkemih pada malam hari lebih dari 4 kali
- Mengompol pada saat batuk atau tertawa
- Keluarnya urine secara menetes
6. Komplikasi
Perubahan Yang terjadi pada hampir seluruh organ
tubuh termasuk organ berkemih adalah
dampak dari proses menua, lemahnya otot dasar panggul yang menyangga , kandung
kemih dam sfingter uretra, timbulnya kontraksi yang tidak terkontrol pada
kandung kemih yang menimbulkan
rangsangan untuk berkemih sebelum
waktunya, dan pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna, semua iti dapat
menyebabkan gangguan eliminasi urine (inkontinensia urine). Terjadi penurunan
tonus otot kandung kemih, peningkatan stasis dari urine, dan peningkatan risiko
terjadi batu ginjal.
7. Prosedur Diagnostik
Pemeriksaan
diagnostik harus mencakup evaluasi faal ginjal. Dapat dilakukan melalui
urinalisis, kultur urine, urea nitrogen darah,kratinin serum dan kreatinin
clearence. Pemeriksaan cystrometik dialksanakan untuk evaluasi tonus kandung
kemih.
8. Terapi dan Penatalaksanaan
Keperawatan
Penanganan
Inkontinensia urine bergantung pada faktor penyebab yang mendasarinya, penyebab
yang bersifat reversible yang kita kenal dengan singkatan DIAPPERS,yaitu:
Delirium, infeksi saluran kemih, atrofik vaginitis atau uretritis, pharmacologic
agent (agen farmakologi; preparat anti kolinergik, sedatif, alkohol, analgesik,
diuretik, relaksan otot, preparat adrenegik), phisicologik faktor (faktor
psikologik, defresi, regresi), excesive urine production (asupan cairan yang
berlebihan, kelainan endokrin yang
menyebabkan diuresis) restricted activity (aktivitas yang terbatas), dan
stool impaction (impaksi fekal) (AHCPR,1992). Setelah semua hal itu diatasi,
pola urinasi urine pasien kembali normal.
Asuhan Keperawatan
Inkontinensia Urine
1. Pengkajian
- Identitas klien
- Riwayat kesehatan keluarga
- Riwayat kesehatan Klien
- Kaji dan catat pola berkemih pasien, waktu, jumlah urine, cairan , waktu masukan cairan diikuti dengan berkemih
2. Diagnosa Keperawatan
- Inkontinensia streess b/d perubahan degeneratif
atau kelemahan pada otot pelvik dan penyokong struktural sekunder terhadap
menopouse, melahirkan, kegemukan, atau prosedur bedah yang mempengaruhi struktur vesikourinaria yang normal.
Tujuan: Setelah implementasi
program latihan kandung kemih, pasien menjadi kontinen
intervensi: Lakukan Program
Latihan kandung kemih
Implementasi:
1. Kaji dan catat pola berkemih
pasien
2. Tentukan lama waktu diantara
berkemih untuk memperkirakan berapa lama
pasien dapat menahan urine.
3. Bantu pasien dalam menjadwalkan
waktu untuk pengosongan kandung kemih
4. Ajarkan pasien teknik yang
menguatkan sfingter dan penyokong struktural kandung kemih.
Penyuluhan Pasien Latihan Kegel atau otot
pelvis
Tujuan :untuk menguatkan dan
mempertahankan tonus otot pubokogsigeal yang menyangga organ- organ pelvis.
Melakukan latihan ini secara teratur dapat mengurangi atau mencegah
inkontinensia stress dan prolaps uterus, meningkatkan sensansi selama hububgan
sexual, dan mempercepat penyembuhan pascapartum
- Bentuk kesadaran tentang fungsi otot pelvis dengan
mengintruksikan pasien wanita untuk “menarik ke dalam” otot-otot
pervaginal dan sfingter ani ini seperti ketika menahan urine atau
defekasi, tetapi tanpa mengontraksikan otot-otot abdomen, bokong, atau
paha bagian dalam.
- Intruksikan pasien wanita untuk menahan kontraksi
otot-otot sampai 10 detik, diikuti dengan periode relaksasi setidaknya selama 10 detik.
- Nasihatkan
pasien wanita untuk melakukan latihan ini 30-80 kali sehari
(Urinary incontinence in
adults: Clinical practice Guideline. Departement of healthand human services,
Rockvill, MD, Maret 1992 )
- Inkontinensia dorongan b/d iritasi iritasi kandung
kemih atau penurunan kapasitas kandung kemih sekunder terhadap tindakan
radiasi untuk kandung kemih, ISK, konsentrasi urine meningkat, penggunaan
kafein atau alkohol,
Tujuan : setelah implemantasi
program toilet training, pasien menjadi kontinen.
Implementasi :
1. Kaji dan catat pola kebiasaan
dalam berkemih, termasuk frekuensi dan
waktu episode inkontinen
2. Taati program toileting
3. Anjurkan pasien untuk mengurangi masukan
cairan dalam beberapa jamsebelum waktu tidur dan untuk berkemih sebelum tidur.
·
Inkontinensia fungsional b/d defisit mobilitas, sensori, atau kognitif
dan perubahan lingkungan
Tujuan: setelah implementasi
program latihan kebiasaan , pasien menjadi kontinen
Implementasi:
1. Kaji dan catat pola berkemih
pasien
2. Tentukan halangan lingkungan
yang akan mencegah pasien dari toiletingdengan tepat dan melakukan intervensi
yang sesuai.
3. kaji status usus pasien terhadap kemungkinan
konstipasi yang menyebabkan mengedan dan
tonus sfingter yang melemah.
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2001.
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Barbara C. Long.1996. Perawatan
medikal Bedah. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendekatan Keperawatan.
Hamilton, Persis Mary.1995.
Dasar- dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.
Swearingen, 2000. Keperawatan
Medikal Bedah.Jakarta EGC
Nursalam. 2006.
Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba
Medika.
No comments:
Post a Comment