RELAKSASI OTOT PROGRESIF DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN TIDUR LANSIA
Rahmadona Fitrisyia*, Ismayadi**
Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera
Utara
Abstrak
Tidur
merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi bagi setiap individu yang terjadi
secara alami dan memiliki fungsi fisiologis dan psikologis. Salah satu tindakan
non farmakologis untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur pada lansia
adalah dengan melakukan Relaksasi Otot Progresif. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh relaksasi otot progresif terhadap pemenuhan kebutuhan
tidur lansia. Desain penelitian adalah quasy-eksperiment dengan
pendekatan one group pre test – post test design. Sampel penelitian ini
adalah lansia sebanyak 19 orang yang diambil secara Simple Random Sampling.
Analisa data dilakukan dengan Uji t-dependent. Berdasarkan uji statistik
diperoleh nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan bahwa relaksasi otot progresif
mempunyai pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur
lansia. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada perawat anak agar
dapat menggunakan relaksasi otot progresif sebagai intervensi nonfarmakologis
dalam meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur lansia.
Kata kunci: Relaksasi,
Otot Progresif, Tidur, Lansia
PENDAHULUAN
Tidur merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia yang terjadi secara alami dan memiliki fungsi
fisiologis dan psikologis untuk proses perbaikan tubuh. Jika seseorang tidak
mendapatkan tidur yang baik maka akan menimbulkan kerusakan pada fungsi otot
dan otak karena tidak adekuatnya kebutuhan tidur (Stanley, 2006). Pada kelompok
lanjut usia (empat puluh tahun) dijumpai 7 % kasus yang mengeluh mengenai
masalah tidur (hanya dapat tidur tidak lebih dari 5 jam sehari). Hal yang sama
dijumpai pada 22% pada kelompok usia 75 tahun. Demikian pula, kelompok lanjut
usia lebih banyak mengeluh terbangun lebih awal. Selain itu, terdapat 30%
kelompok usia tujuh puluh tahun yang banyak terbangun di waktu malam hari.
Angka ini ternyata tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok usia 20
tahun (Bandiyah, 2009).
Tingginya masalah tidur
yang terjadi pada lansia memerlukan penanganan yang sesuai untuk meningkatkan
pemenuhan kebutuhan tidur. Pemenuhan kebutuhan tidur setiap orang berbeda-beda
dan terlihat dari kualitas tidurnya. Kebutuhan kualitas tidur ada yang
terpenuhi dengan baik dan ada yang mengalami gangguan (Hidayat, 2006).
Pemenuhan kebutuhan tidur terlihat dari parameter kualitas tidur, seperti
lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk tidur, frekuensi terbangun dan
beberapa aspek subjektif, seperti kedalaman tidur, perasaan segar di pagi hari,
kepuasan tidur serta perasaan lelah siang hari (Bukit, 2003). Peningkatan
pemenuhan kebutuhan tidur dapat dilakukan dengan mengajarkan cara-cara yang
dapat menstimulus dan memotivasi tidur. Salah satu cara yang bisa dilakukan
adalah relaksasi. Relaksasi merupakan suatu bentuk teknik yang melibatkan
pergerakan anggota badan dan bisa dilakukan dimana saja (Potter & Perry,
2005). Metode relaksasi terdiri dari beberapa macam diantaranya adalah relaksasi
otot progresif (progressive muscle relaxation), pernapasan diafragma, imagery
training, biofeedback, dan hipnosis (Miltenberger, 2004).
Terapi
non farmakologis yang termurah sampai saat ini, tidak memerlukan imajinasi,
ketekunan atau sugesti, tidak ada efek samping, mudah untuk dilakukan adalah
relaksasi otot progresif. Relaksasi otot progresif merupakan salah satu
teknik untuk mengurangi ketegangan otot dengan proses yang simpel dan
sistematis dalam menegangkan sekelompok otot kemudian merilekskannya kembali
(Marks, 2011). Relaksasi ini diperkenalkan oleh Edmund Jacobson pada tahun 1938
(Conrad dan Roth, 2007). Selain untuk memfasilitasi tidur, relaksasi otot
progresif juga bermanfaat untuk ansietas, mengurangi kelelahan, kram otot serta
nyeri leher dan punggung (Berstein, Borkovec, dan Steven, 2000). Penelitian
yang pernah dilakukan mengenai relaksasi otot progresif, yaitu Pengaruh
relaksasi otot progresif terhadap kebutuhan istirahat tidur klien di ruang
VIP-B RSUD Bima diperoleh hasil tidur baik dan tidur cukup sebanyak 8 orang
(40%) setelah dilakukan tindakan dan sebelum dilakukan tindakan tidak ada yang
memiliki tidur baik dan tidur cukup (0%). Sedangkan yang tidur kurang, naik
menjadi 12 orang (60%) dibandingkan sebelum diberikan tindakan berjumlah 20
orang (100%)(Haris, 2010). Penelitian dari Roosevelt University Stress
Institute menyatakan bahwa Relaksasi otot Progresif lebih efektif dalam
menimbulkan relaksasi fisik daripada yoga (Ghoncheh, 2004)
Tujuan umum dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi otot progresif
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur lansia.
Hipotesis alternatif dari
penelitian ini adalah ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap pemenuhan
kebutuhan tidur lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita
Wilayah Binjai dan Medan.
METODE
Penelitian ini menggunakan
metode quasi eksperimen dengan pendekatan one group pre-test – post
test design dengan melibatkan satu kelompok subjek, yaitu kelompok
intervensi tanpa kelompok kontrol. Sebelum intervensi diberikan kuesioner yang
telah ditetapkan yaitu pretest dan sesudah intervensi diberikan post
test. Setelah intervensi selesai dilakukan, maka dilihat perubahan
pemenuhan kebutuhan tidur yang dialami responden. Populasi berjumlah 162 orang
lansia. Pengambilan sampel dengan Simple Random Sampling.
Untuk mengetahui apakah
ada pengaruh relaksasi otot progresif terhadap pemenuhan kebutuhan tidur pada
lansia pre dan post pemberian intervensi maka uji yang digunakan
dalam penelitian ini adalah uji statistik paired t-test (t-test
dependent) Sebelum melakukan uji t-test, peneliti melakukan uji
normalitas dengan metode analitis secara komputerisasi menggunakan Shapiro
Wilk karena sampelnya ≤ 50 dengan nilai kemaknaan (p > 0,05).
Pembahasan
Pemenuhan Kebutuhan
Tidur Lansia berdasarkan Parameter Kualitas Tidur Sebelum dilakukan Relaksasi
Otot Progresif
Sebelum diberikan relaksasi otot progresif
pada lansia maka dilakukan pre test terlebih dahulu. Pada hasil pre test
terhadap parameter kualitas tidur diperoleh hasil yaitu mean total dari
skor pemenuhan kebutuhan tidur lansia, yaitu 14,63 (SD=1,86). Hal ini sesuai
dengan pendapat Akmal (2012) yang menyatakan Lansia menghabiskan lebih banyak
waktu di tempat tidur untuk memulai tidur, frekuensi terbangun menjadi
meningkat sehingga fragmentasi tidur karena seringnya terbangun mengalami
peningkatan. Lansia juga cenderung mengalami keletihan, mengantuk, penurunan
efisiensi tidur dan mudah jatuh tidur pada siang hari (Lueckenotte, 2000).
Pendapat lain juga didukung oleh Winanto (2009) bahwa lansia perlu
memperhatikan kualitas tidurnya. Kualitas tidur tidak hanya tergantung pada
jumlah, tetapi bergantung pada pemenuhan kebutuhan tubuh untuk tidur. Lamanya
waktu tidur tergantung dari individunya sendiri dan yang menjadi salah satu
indikator terpenuhinya kebutuhan kualitas tidur seseorang adalah kondisi saat
bangun tidur. Seseorang yang segar artinya kebutuhan tidurnya sudah tercukupi.
Pemenuhan Kebutuhan
Tidur Lansia berdasarkan Parameter Kualitas Tidur Setelah dilakukan Relaksasi
Otot Progresif
Hasil yang didapatkan dari mean total
skor pemenuhan kebutuhan tidur mengalami peningkatan yaitu 22,26 (SD=1,82).
Hasil penelitian ini didukung oleh Prayitno (2002) yang menyatakan bahwa terapi
relaksasi otot progresif harus dilakukan dengan baik karena dapat menciptakan
keadaaan yang relaks dan efektif dalam memperbaiki tidur. Pendapat lain juga
dikemukakan oleh Widastra (2009) bahwa beberapa teknik yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kebutuhan tidur secara kualitas dan kuantitas adalah metode
Bootzin dan metode relaksasi, namun pendekatan relaksasi yang paling banyak
dipakai adalah relaksasi otot progresif.
Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Mc
Guigan (2007) bahwa setelah
pemberian relaksasi otot progresif
pada 33 pasien mengalami peningkatan kualitas, kedalaman, dan durasi tidur yang
disertai penurunan rasa mengantuk di pagi hari. Penelitian lain dari Marks
(2011) menyatakan bahwa Relaksasi otot progresif efektif meningkatkan kualitas tidur
jika dilakukan selama secara teratur dalam waktu 6 minggu. National Center for Complementary and
Alternative Medicine (2010)
juga menyebutkan efek dari relaksasi otot progresif membantu lansia dalam
meningkatkan kebutuhan tidurnya dan menurunkan gangguan tidur yang cenderung
meningkat pada lansia. Relaksasi ini lebih baik dilakukan dibandingkan teknik
meditasi. Dengan demikian intervensi keperawatan dalam meningkatkan pemenuhan
kebutuhan tidur dapat dilakukan dengan melakukan teknik relaksasi yaitu
relaksasi otot progresif sehingga dapat memenuhi kebutuhan tidur secara
kualitas kepada lansia (Berstein, Borkovec, dan Steven, 2000).
SIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini membuktikan bahwa relaksasi
otot progresif merupakan salah satu bentuk relaksasi yang digunakan untuk
meningkatkan pemenuhan kebutuhan tidur lansia. Oleh sebab itu, relaksasi ini
dapat dijadikan perawat sebagai intervensi dalam pemenuhan kebutuhan tidur
lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Akmal, S.A. (2012). Diagnosis dan
Penatalaksanaan Insomnia Pada Lanjut Usia. Juni 11, 2012 dari
http://infopenyakitdalam.com
Bandiyah, S. (2009). Lanjut Usia dan
Keperawatan Gerontik.Yogyakarta: Nuha Medika
Berstein,A.D.Borkovec.Stevens,
et al. (2000).The Journal : New Direction in Progressive Relaxation Training a
Guidebook for Helping. USA: Praeger Publisher.USA
Bukit,
E. K. (2003).Thesis : Sleep Quality and Factors Interfering With Sleep Among
Hospitalized Elderly in Medical Units, Medan, Indonesia. Prince of Songkla
University
Conrad,
A. & Roth, W.T. (2007). Muscle Relaxation for Anxiety Disorder: It works
but how?. The Journal of Anxiety Disorder, 243-264. Oktober 12,
2011. http://www.laboratoriosilesia.com
Hidayat,
A. A. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan
(Edisi 2). Jakarta: Salemba Medika
Ramdhani,
N.Aulia. Adhyos. (2008). Pengembangan Multimedia Relaksasi. November 27,
2011. http://www neila.staff.ugm.ac.id
No comments:
Post a Comment