ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KOLITIS ULSERATIF
1. PENGERTIAN
Kolitis
ulseratif adalah kondisi kronis yang tidak diketahui penyebabnya biasanya
dimulai pada rectum dan bagian distal kolon dan mungkin menyebar keatas dan
melibatkan sigmoid dan kolon desenden atau seluruh kolon. Ini biasanya hilang
timbul (akut eksaserbasi dengan remisi panjang), tetapi beberapa individu
(30%-40%) mengalami gejala terus menerus. (Marilynn E. Doenges. Edisi 3.
Hal:471)
Kolitis
ulseratif dan penyakit Crohn (enteritis regional) merupakan ganguan-gangguan
peradangan nonspesifik kronis pada usus. Gangguan tersebut seringkali
menyerupai satu dengan lainnya tetapi berbeda penggolongannya.
Gangguan-gangguan tersebut bias menjadi parah dengan adanya stress. (Barbara C.
Long. 3. Hal: 230)
Ulcerative
Colitis is a chronic inflammatory process of the bowel that can result in poor
absorption of vital nutrient. (Medical Surgical Nursing. 2nd
Edition. Page: 1638)
2. PATOFISIOLOGI
Kolitis
ulseratif dimulai dalam kolon rektosigmoid dan meluas kearah atas. Lesi pada
colitis ulseratif merupakan ulserasi mukosa yang mudah berdarah. Seiring
perkembangan Lesi, mukosa usus menjadi bengkak dan menebal dengan pembentukan
jaringan parut. Kolon dapat kehilangan elastisitas dan kemampuan absorptifnya.
Hilangnya kemampuan absorptive pada colitis ulseratif maupun penyakit Crohn
menimbulkan anorexia, penurunan berat badan, malaise dan diare.
PERBANDINGAN ANTARA KOLITIS
ULSERATIF DENGAN CROHN DISEASE
FEATURE
|
KOLITIS ULSERATIF
|
CROHN DISEASE
|
Penampilan
umum
|
Dapat
merasa dan terlihat sakit
|
Biasanya
normal
|
Usia
|
15-35
tahun
|
20-30
ahun dan 40-50 tahun
|
Daerah
yang terserang
|
Hanya
kolon, dimulai pada kolon descenden (sebelah kiri)
|
Rata-rata
pada ileum, sekum dan kolon asenden (sebelah kanan)
|
Tingkat
penyebaran
|
Merambat,
daerah yang terkena meluas
|
Daerah-daerah
yang terkena segmental
|
Peradangan
|
Paling
sering mukosa
|
Paling
sering sub mukosa
|
Penampilan
Mukosa
|
Ulserasi
|
Efek
Cobblestone, granuloma
|
Potensial
kanker
|
Insidensi
meningkat
|
Indikasi
normal
|
Karakteristik
kotoran
|
Terdapat
darah, tidak ada lemak, sering BAB cair
|
Tidak ada
darah, mungkin terdapat sedikit lemak, 3-4xperhari agar lembek
|
Alasan
pembedahan
|
Respons
kurang terhadap terapi medis, perdarahan, perforasi
|
Fistula,
obtruksi usus
|
Komplikasii
|
Pseudopolyp,
perdarahan, toxic megacolon,kaheksia, perforasi tidak sering menyebabkan
peritonitis, hemorrhsge, defisiensi nutrisi
|
Fistula,
penyakit perional, striktur, defisiensi vitamin dan besi, fistula terhadap
organ lain
|
Etiologi
|
Tidak
diketahui
|
Tidak
diketahui
|
3. KOMPLIKASI
Komplikasi
pada colitis ulseratif diantaranya:
- Hemorrhage
- Abscess ormation
- Toxic megacolon
- Malabsorptioan
- Obstruksi usus (bowel
obstruction)
- Perforasi usus dengan fistula
dan peritonitis
- kanker usus
- Arthritis
4. INSIDENSI/PREVALENSI
The
annual incidence of ulceratif colitis is approximately two to seven new cases
per 100.000 persons. The prevalence is 40 to 100 cases per 100.000 people in
the United States.
5.
TANDA DAN GEJALA
Tanda:
takikardi, kemerahan area ekimosis (kurang vit. K), hipotensi, turgor buruk,
lidah pecah-pecah, depresi, menolak, perhatian menyempit, menurunnya bising
usus, tak ada peristaltic atau adanya peristaltic yang dapat dilihat,
hemorrhoid, fisura anal, fistula perianal, oliguria, penurunan lemak masa otot,
kelemahan tonus otot, membrane mukosa pucat, inflamasi rongga mulut,
stomatitis, bau badan, nyeri tekan abdomen, eritema nodusum meningkat pada
tangan, muka pioderma gangrenosa pada paha, kaki dan mata kaki, ankilosa
spondilitis, uveitis, konjungtivitis, ketidakmampuan aktif dalam social
Gejala: kelemahan,
kelelahan, malaise, cepat lelah, insomnia, ansietas, ketakutan, emosi kesal,
tekstur fese bervariasi dari lunak, bau sampai cair, perdarahan perrektal,
riwayat batu ginjal, anoreksia, mual, muntah, penurunan BB, nyeri tekan pada
kuadran kiri bawah, titik nyeri berpindah, nyeri mata, fotophobia, riwayat
lupus eritematosus, anemia hemolitik, vaskulitis, peningkatan suhu
39,6-40derajat C, penglihatan kabur, alergi terhadap makanan produk susu,
frekuensi menurun menghindari aktifitas seksual, riwayat keluarga berpenyakit
inflamasi usus.
6.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK DAN LABORATORIUM
Penyakit
peradangan usus didiagnosa dengan melihat hasil-hasil radiograf,
sigmoidoskopi/kolonoskopi dan biopsi. Tes-tes laboratorium dan penunjang
lainnya dilakukan untuk melihat adanya anemia dan adanya darah dalam kotoran.
1.
Contoh feses, untuk diagnosa awal
terutama yang mengandung darah, mukosa, pus dan organisme usus, khususnya
Entamoeba histolytica.
2.
Proktosigmoidoskopi, memperlihatkan
ulkus, edema, hyperemia, dan inflamasi.
3.
Radiograf, membantu untuk
mengidentifikasi lesi-lesi pada gangguan-gangguan peradangan usus kronis
disamping juga adanya komplikasi seperti fistula, striker, polip, megakolon
atau perforasi.
4.
Sitologi dan biopsy rectal,
membedakan antara proses infeksi dan karsinoma serta karakter infiltrate
inflamasi yang disebut abses lapisan bawah.
5.
Kolonoskopi, mengidentifikasi
adesi, perubahan lumen dinding, menunjukan obstruksi usus,
6.
Darah lengkap, menunjukan anemia
hiperkromik, leukositosis.
7.
Kadar besi serum, rendah karena
kehilangan darah.
8.
Masa prothrombin
9.
ESR
10. Thrombositosis
11. Elektrolit
12. Kadar
albumin
13. alkalin
fosfatase
14. Sumsum
tulang.
6.
NURSING
PROCESS
6,1 ASSESMENT
-
Subjective
Pengertian
pasien mengenai gangguan tersebut, pola eliminasi, nyeri, satus nutrisi, tidur,
stress, hubungan social, sexual, obat-obatan yang digunakan di rumah.
-
Objective
Berat
badan, temperature, pola makan yang dapat diamati, tanda-tanda dehidrasi,
kotoran, kondisi kulit perianal, perilaku
- Diagnostic Test
- Physical Assessment
Kaji
daerah abdomen di tiap kuadran, dan perhatikan bising usus pasien. Palpasi area
yang menjadi keluhan pasien dan auskultasi. Kaji juga karakteristik feses
klien, dari warna, konsistensi, dan bau.
- Psychosocial Assessment
Perawat
mengevaluasi pemahaman klien tentang penyakitnya dan gaya hidup yang mendukung
sebelum masuk rumah sakit. Kaji hubungan relasi dalam lingkungan social, relasi
kerja, riwayat merokok, alcohol dan frekuensinya, dukungan keluarga dan social
serta riwayat diare yang berkepanjangan.
6.2
ANALYSIS
1. Diarrhea
related to inflammation of the bowel mucosa.(diare b.d inflamasi pada mukosa
usus)
2. Pain related to inflammation of the
bowel mucosa.(nyeri b.d inflamasi pada mukosa usus).
3. Less than body requirements related to
diarrhea and malabsorption.(kurang dari kebutuhan tubuh b.d diare dan
malabsorpsi)
4. Fluid volume deficit related to
diarrhea. ( Kekurangan volume cairan b.d diare)
5. Body image disturbance related to
change in body function.
6.
High risk for impaired skin integrity related to fissure, fistula and skin
irritation from frequent stools.(resiko
tinggi kerusakan integritas kulit b.d fisura,fistula dan iritasi kulit dari
seringnya BAB)
7.
Activity intolerance related to generalized weakness.(intoleran aktivitas b.d
kelemahan umum)
8.
Altered health maintenance related to knowledge deficit about the disease
process. (perubahan pemeliharaan kesehatan b.d kurang pengetahuan tentang
proses penyakit)
9.Ineffective
individual coping related to physical illness and hospitalization.( Koping
individual tidak efektif b.d penyakit
fisik dan hospitalisasi).
10.
Ansietas b.d factor psikologis atau rangsang simpatis.
6.3 PRIORITAS KEPERAWATAN
Ø Mengontrol
diare atau meningkatkan fungsi usus optimal.
Ø Meminimalkan
atau mencegah komplikasi.
Ø Meminimalkan
stress menatal atau emosi.
Ø Memberikan
informasi tentang proses penyakit, kebutuhan pengobatan dan aspek jangka
panjang atau potensial komplikasi berulangnya penyakit.
6.4INTERVENTION
1. Diarrhea related to inflammation
of the bowel mucosa.(diare b.d inflamasi pada mukosa usus)
-
Observasi dan catat frekuensi deekasi, karakteristik, jumlah dan factor
pencetus
-
Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat disamping tempat tidur
-
Mulai lagi pemasukan cairan peroral secara bertahap.
-
Hindari minuman dingin.
-
Observasi demam, takikardi, letargi, leukositosis, penurunan protein serum,
ansietas, kelesuan.
-
Kolaborasi obat antikolinergik=belladonna,tinktur,atropine,difenoleksilat
-
Enema dengan atau tanpa supositoria
2. Pain related to inflammation of the
bowel mucosa.(nyeri b.d inflamasi pada mukosa usus).
- Kaji
laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10)
- Anjurkan
posisi nyaman pasien, missal dengan lutut fleksi.
- Observasi
adanya isiorektal dan fistula perianal.
- Observasi
atau catat distensi abdomen, penungkatan suhu dan penurunan TD
- Modifikasi
diet dengan makanan padat
- Kolaborasi
obat analgesic, antikolinergik, anodin supositoria
3. Less than body requirements
related to diarrhea and malabsorption.(kurang dari kebutuhan tubuh b.d diare
dan malabsorpsi)
- Dorong
tirah baring atau pembatasan aktivitas selama fase akut
- Anjurkan
istirahat sebelum makan
- Berikan
kebersihan oral
- Sediakan
makanan dengan ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan, dengan situasi
tidak terburu-buru.
- Batasi
makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen.
- Catat
masukan dan perubahan simtomatologi
-
Pertahankan puasa sesuai indikasi
- Anjurkan
diet cair jernih
- Kolaborasi
obat donnatal,natrium barbital, imeron inj
- Kolaborasi
vitamin B12
- Kolaborasi
pemberian asam folat (folvite)
- Berikan
nutrisi parenteral total, terapi IV sesuai indikasi
4. Fluid volume deficit related to
diarrhea. ( Kekurangan volume cairan b.d diare)
- Awasi
masukan dan keluaran
-
Observasi oliguria
-
Kaji TTV
-
Observasi integritas kulit dan membrane mukosa
-
ukur berat badan setiap hari
-
Tirah baring, pembatasan kerja
-
Observasi perdarahan dan tes fese tiap hari untuk adanya darah samara.
-
Catat kelemahan otot umum dan disritmia jantung
-
Berikan cairan parenteral, transfuse darah sesuai indikasi
-
Awasi hasil lab elektrolit dan GDA
-
Kolaborasi obat antidiare, antiemetik, antipiretik
-
Kolaborasi pemberian vitamin K (mephyton)
5. Body image disturbance related to change
in body function.
6. High risk for impaired skin
integrity related to fissure, fistula and skin irritation from frequent stools.(resiko tinggi
kerusakan integritas kulit b.d fisura,fistula dan iritasi kulit dari seringnya
BAB)
7. Activity intolerance related to
generalized weakness.(intoleran aktivitas b.d kelemahan umum)
8. Altered health maintenance
related to knowledge deficit about the disease process. (perubahan pemeliharaan
kesehatan b.d kurang pengetahuan tentang proses penyakit)
- Tentukan
persepsi pasien tentang proses penyakit
-
Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis, dan kemungkinan efek samping.
-
Ingatkan pasien untuk mengobservasi efek samping bila steroid diberikan dalam
jangka panjang.
-
Tekankan pentingnya perawatan kulit.
-
Anjurkan menghentikan rokok
-
Penuhi kebutuhan evaluasi jangka panjang dan evaluasi ulang periodic
-
Rujuk ke sumber komunitas yang tepat/
9.Ineffective individual coping
related to physical illness and hospitalization.( Koping individual tidak
efektif b.d penyakit fisik dan
hospitalisasi).
-Kaji
pemahaman pasien/ orang terdekat dan metode sebelumnya dalam menerima proses
penyakit
-
Tentukan stress luar, mis. Keluarga, teman, lingkungan kerja, social
-Berikan
pada pasien untuk mendiskusikan bagaimana penyakit telah mempengaruhi hubungan,
termasuk masalah seksual
-
Bantu pasien mengidentifikasi keterampilan koping efektif secara individu
-
Berikan dukungan emosi: mendengarkan dengan aktif, pertahankan bahasa tubuh,
tugaskan staf yang sama sebanyak mungkin.
-
Berikan periode tidur tanpa gangguan
-
Dorong penggunaan keterampilan menangani stress
-
Kolaborasi obat sesuai indikasi antipsikosi, mis. Tioridazin, agen
antiansietas, lorazepam, alprazolam.
-
Rujuk ke sumber sesai indikasi
10. Ansietas b.d factor psikologis
atau rangsang simpatis.
-
Catat penunjuk perilaku, mis. Gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak
mata, perilaku menarik perhatian.
-
Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
-
Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang diekspresikan orang lain.
Tingkatkan perhatian mendengarkan pasien.
-
Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan, mis. Tirah
baring, pembatasan masukan per oral, dan prosedur.
-
Berikan lingkungan tenang dan istirahat
-
Bantu pasien untuk mengidentifikasi/memerlukan perilaku koping yang digunakan
masa lalu
-
Bantu pasien belajar mekanisme koping baru, mis. Teknik mengatasi stress,
ketterampilan organisasi
-
Kolaborasi obat sesuai indikasi, sedative, mis. Barbiturate, diazepam
-
Rujuk perawat spesialis psikiatrik, pelayanan social dan penasehat agama
6.5IMPLEMENTATION
·
Membantu
dengan tujuan-tujuan terapeutik
o
Meningkatkan
nutrisi
Nutrisi
parenteral total (TPN) seringkali digunakan untuk pasien dengan sakit akut atau
dengan penyakit berat dan ditandai dengan penurunan berat badan, hal ini
diikuti dengan diet yang elemental seperti yang diberikan pada makanan melalui
tube untuk memungkinkan absorpsi yang cepat dalam saluran GI atas dan jumlah
yang minimal dalam kolon. Rasa dari makanan merupakan persoalan pada pemberian
makanan diet elemental per oral. Menyediakan minuman dingin dan menawarkan rasa
yang bervariasi meningkatkan penerimaan pasien. Kemudian diperkenalkan diet
secara bertahap yang rendah sisa, tinggi protein dan tinggi kalori.
Susu
ditoleransi sedikit saja oleh beberapa pasien dengan colitis ulseratif. Makanan
yang diketahui dapat memperberat timbulnya gejala-gejala harus dihindari yang
meliputi alcohol, kafein makanan tinggi lemak, dan buah-buahan serta sayuran
mentah. Tambahan vitamin biasanya diperlukan, terutama vitamin B12. Bila ada anemia,
Irondektran diberikan dengan Z-track injeksi karena intake oral besi tidak
efektif akibat adanya ulserasi usus.
o
Obat-obatan
Obat-obatan
pada colitis ulseratif meliputi kortikosteroid dan sulpasalazine.
Kortikosteroid diberikan dalam dosis tinggi untuk periode singkat untuk
penyakit yang berat. Dosis kemudian diturunkan dan diberikan dalam jadwal
harian alternative, obat dihentikan jika keadaan dapat deipertahankan dengan
sulpasalazine.
Sulpasalazine
deberikan untuk mengurangi peradangan dan frekuensi serangan ulang karena obat
ini diberikan untuk maintance sebagaimana tujuan terapeutik,
instruksi-instruksi untuk pasien meliputi hal-hal sebagai berikut:
*Minum
sulpasalazine dalam dosis yang sesuai dengan air satu gelas penuh (240ml)
*Jika
terjadi gangguan lambung, minumlah obat setelah makan atau makan makanan lain
*Pertahankan
intake cairan yang adekuat untk memberikan output urine minimal 1500ml/hari
*Laporkan
efek samping seperti sakit kepala yang terus-menerus, fotosensitivitas, ruam
atau terkupas pada kulit, nyeri sendi, perdarahan atau memar yang tidak biasa,
jaundice, mual dan muntah yang terus-menerus
*Infertilitas
pada pria cepat terjadi
·
Membantu
dengan memberikan rasa nyaman dan ADL
Bed
ret mungkin dilakukan pada pasien yang sakit akut, dan perawatan harus
dilakukan untuk pasien yang kurus karena bagian-bagian yang menonjol harus
dilindungi dengan alat-alat pengurangan tekanan, misalnya kasur yang tekanannya
berubah-ubah, pengganjal busa atau kulit domba.
Commode
atau pispot dikosongkan sesering ia digunakan walaupun ketika defekasi hanya
sedikit. Ruangan diberi pewangi untuk mengurangi bau tak sedap. Atau pispot
dapat diganjal jika pasien membutuhkan waktu lama untuk duduk diatasnya.
Daerah
perineal dicuci sesuai dengan keperluan, paling sedikit beberapa kali sehari
ketika diare. Analgetik seperti dibucaine (nupercaine) atau zinc oxide dapat
dioleskan pada anus untuk menghilangkan rasa tak nyaman. Lap yang mengandung
obat (missal tucks) mungkin lebih membuat nyaman daripada tissue toilet.
Sitbath tiga kali sehari untuk kulit dan sirkulasi untuk memberikan kenyamanan
pada rectal.
·
Konseling
dan pendidikan
o
Aspek-aspek
psikologi
Kolitis
ulseratif merupakan penyakit seumur hidup dengan periode peningkatan dan
peredaan yang dapat mengganggu kehidupan pasien. Emosi dan stress telah
diketahui sebagai berperan dalam peningkatan keadaan sakit. Jika penyakit
berlangsung dalam jangka waktu lama, pasien biasanya kurus, nervous. Rasa tidak
aman, ketergantungan dan depresi dapat timbul.
Komunikasi
yang empatik yang senantiasa dijalankan biasanya diperlukan untuk menjalin
hubungan tolong-menolong. Hal ini dapat diperlukan untuk merencanakan
penggunaan waktu dengan pasien dan dengan keluarga dalam pola yang terakhir.
Pengetahuan
tentang penyakit, tes-tes diagnostic dan terapi dapat membantu dalam kecemasan
pasien
o
Peningkatan
seksualitas
Respon
seksual mungkin berkurang akibat penyakit peradangan usus yang kronis dan dapat
mengganggu hubungan seksual. Malnutrisi dan diare yang sering menimbulkan
penurunan libido. Pasien diberi kesempatan untuk mendiskusikan tentang
masalah-masalah tersebut dengan pihak yang terlibat.
·
Pendidikan
pasien
Pendidikan
pasien adalah hal penting dalam menjalankan prinsip untuk membantu pasien
mempelajari perawatan diri yang efektif. Hal-hal penting yang harus dimasukan
dalam pendidikan diantaranya adalah:
-
Diet
-
Eliminasi
-
Peningkatan istirahat
-
Program pemeliharaan kesehatan
o
Pembeahan
Kolitis
ulseratif dapat ditangani dengan pembedahan. Penggunaanya cenderung pada
intervensi pembedahan yang lebih dini untuk pasien yang sakit akut dan pasien
yang mengalami gejala peningkatan yang sering. Pembedahan diindikasikan secara
jelas ketika komplikasi timbul, meliputi perdarahan yang massive, perforasi
usus, striker, dan megakolon toksik yang tidak responsive terhadap pengobatan
(pembesaran atau hipertrofi kolon).
Sebuah
jenis pembedahan yang lain adalah continent ileostomy ata kantung kock., suatu
tempat penampungan intra abdominal dengan sebuah katup semacam putting dibuat
dari ileum bagian distal untuk menyediakan tempat penampungan feses. Kapasitas
kantung ditingkatkan dan perlahan-lahan dalam beberapa bulan hingga ia dapat
menampung kurang lebih 500ml.
Suatu
ileoproctostomy terdiri dari pemotongan kolon, pengangkatan mukosa rectal,
meninggalkan otot rectum yang utuh dan anastomasis antara ileum dengan sfingter
ani.
Jenis
pembedahan ini memungkinkan eliminasi melalui anus tetapi karena feses akan
sangat encr, inkontinensia usus dapat terjadi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ignatavicius,
Donna D., M.Linda Workman, Mary A. Mishler. 1995. Medical Surgical Nursing a
nursing process approach 2nd edition. W.B Saunders Company:USA
Swearingen.
1996. Keperawatan Medikal Bedah E/2. EGC:Jakarta
Long,
Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperatan) 3.
YIAPK Pajajaran:Bandung
Doenges,
Marilynn E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien Edisi 3. EGC:Jakarta
Rumahorbo,
Hotma. 1997. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan. Akper
Pajajaran:Bandung
No comments:
Post a Comment