GANGGUAN
SISTEM PERSYARAFAN PADA PASIEN PARKINSON
1. Pengertian
parkinson
Penyakit
parkinson pertama kali oleh james parkinson tahun 1817, penyakit ini menular
manula berkisar antara usia 50 - 60 tahun dan tidak jarang juga pada usia
pertengahan. Tidak mengenal jenis kelamin artinya sama kemungkinannya untuk
diderita pria dan wanita dan juga tidak mengenal ras dan kelompok orang.
(DepKes,1995)
Penyakit parkinson adalah gangguan neurologik progresif
yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan mengatur
gerakan. Karakteristik yang muncul berupa bradikinesia ( perlambatan gerakan ),
tremor dan kekakuan otot. ( brunner &suddarth,2001)
Penyakit parkinson merupakan penyakit sistem saraf yang
paling sering. Penyakit ini disebut juga parkinson idiopati dan paralisis
agitan ( yang tidak diam ). Bisa terjadi pada semua suku bangsa dan semua kelas
anggota masyarakat. Kelangsungan penyakit bervariasi dari orang yang satu
dengan yang lainnya. ( Barbara C. Long, 1996).
Parkinson ( paralisis agitans ) merupakan penyakit /
sindrome pergerakan yang disebabkan
oleh gangguan pada ganglia basalis dan substansia nigra dalam menghasilkan
dopamine, ditandai dengan adanya tremor tritmik, brakidinesia, kekakuan otot
dan hilangnya refleks-refleks postural. Basal ganglia adalah bagian dari sistem
ektrapiramidal dan berpengaruh untuk mengawali, modulasi dan mengakhiri
pergerakan serta pengaturan gerakan-gerakan otomatis. ( Tarwoto,2007 ).
2.
Etiologi
Penyebab penyakit
parkinson masih belum diketahui, namun kemungkinan disebabkan karena faktor
keturunan, trauama, infeksi, pengobatan, terpapar racun, artheroskerosis dan
tumor basal ganglia. (Tarwoto,2007).
3.
Klasifikasi penyakit parkinson
Parkinson dapat dibagi
menjadi enam bagian berdasarkan proses terjadinya yaitu : (Tarwoto,2007 )
1) Parkinson
primer ( idiopatik ) dimana penyebabnya tidak diketahui.
2) Parkinson
postencephalitis, penyebab parkinson karena encelepatis.
3) Parkinson
latrogenik, parkinson karena obat-obatan seperti abat psikotropik
antipsikotropik.
4) Parkinson
juvenile, parkinson yang terjadi usia dibawah 40 tahun.
5) Parkinson
sekunder, disebabkan karena kerusakan substansia nigra akibat trauma, iskhemik.
6) Pseudoparkinson
(parkinson semu ) merupakan gabungan dari beberapa parkinson seperti pada
hipotiroid.
·
Tingkatan Parkinson ( Tarwoto,2007 )
Berdasarkan tanda dan
gejalanya tingkatan parkinson dapat dibagi :
1) Tingkat
awal / dini
Pada tingkatan ini
pasien masih dapat melakukan tugas sehari-hari tanpa gangguan, terjadi
kerusakan pada sebelah tungkai dan lengan, kelemahan sedikit, tangan dan kaki
gemetar.
2) Tingkat
ringan sedang
Pada tingkat ini
terjadi kerusakan pada kedua tungkai dan lengan, wajah seperti bertopeng, gaya
jalan diseret dan pelan. Pada keadaan ini pasen sudah terasa terganggu dan
sukar dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
3) Tingkat
berat
Pasien terjadi
akinesia, rigiditas, dimana pasien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari
sehingga pasien mengalami ketrgantungan penuh.
4.
Pathofisiologi
Perubahan
patologi yang terjadi berupa depigmentasi substansi nigra dibasal
ganglia,sel-sel di tempat ini akan hilang fungsinya disamping turunnya dopamine
akan mempengaruhi hilangnya mekanisme eksitasi dan inhibisi. ( DepKes,1995 )
Lesi
utama tampak menyebabkan hilangnya neuron pigmen, terutama neuron didalam substansia
nigra pada otak. ( substansia nigra merupakan kumpulan nukleus otak tengah yang
memproyeksikan serabut-serabut korpus striatum ).salah satu neurotransmiter
mayor di daerah otak ini, dan bagian-bagian lain pada sistem saraf pusat adalah
dopamine, yang mempunyai fungsi penting dalam menghambat gerakan pada pusat
kontrol fungsi gaerakan. Walaupun normalnya doparmin ada dalam konsentrasi
tinggi dari bagian-bagian otak tertentu, pada penyakit parkinson dopamin
menipis dalam substansia nigra dan korpus stiatum. Penipisan kadar dopamin
dalam basal ganglia berhubungan dengan adanya brakidinesia, kekakuan dan
tremor.
Aliran
darah selebral regional menurun pada pasien dengan penyakit parkinson, dan ada
kejadian demensia yang tinggi. Data patologik dan biokimia menunjukan bahwa
pasien dimensia dengan penyakit parkinson mengalami penyakit penyerta alzaimer.
( Brunner & suddarth, 2001 )
5.
Tanda dan Gejala
Penyebab penyakit parkinson tidak diketahui secara jelas,
namun arteriosklerosisi diyakini sebagai faktor penyebab oleh karena beberapa
tanda dan gejala dapat dijumpai pada klien dengan arteriosklerotis.
Tanda dan gejala
penyakit parkinson ini berkembang secara perlahan - lahan sehingga kadang –
kadang klien tidak dapat menjelaskan secara pasti kapan gejala ini mulai
dirasakan. ( DepKes,1995 )
Tanda dan gejala yang paling utama pada penyakit
parkinson adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan
otot, dan hilangnya refleks postural. Tanda awal meliputi kaku ekstremitas dan
kemudian kaku seluruh gerakan. Pasien mempunyai kesukaran dalam memulai,
mempertahankan, dan akan membentuk aktivitas motorik dan pengalaman lambat
dalam menghasilkan aktivitas normal. Apabila penyakit parkinson ini berlanjut
maka akan timbul tremor, seringkali pada salah satu tangan dan lengan, kemudian
kebagian yang lain, dan akhirnya kebagian kepala, walaupun tremor ini tetap
unilateral.
Karakteristik tremor
berupa : lambat, gerakan membalik (pronasi-supinasi) pada lengan bawah dan
telapak tangan, dan gerakan ibu jari terhadap jari-jari seolah-olah memutar
sebuah pil diantara jari-jari.keadaan ini meningkat bila pasien sedang
berkonsentrasi atau merasa cemas, dan muncul pada pasien istirahat.
Karakteristik lain
penyakit ini mempengaruhi wajah, sikap tubuh, dan gaya berjalan. Terdapat
kehilangan ayunan tangan norml. Akhirnya ekstremitas kaku dan menjadi terlihat
lemah. Karena hal ini menyebabkan keterbatasan otot, wajah mengalami sedikit
ekspresi dimana saat bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata ),
raut wajah yang ada muncul sekilas.
Seringkali pasien ini memperlihatkan tanda-tanda depresi,
depresi ini belum ditetapkan apakah depresi sebagai reaksi terhadap gangguan
atau berhubungan dengan abnormalitas biokimia.manisfestasi mental muncul dalam
penurunan kognitif, persepsi dan penurunan kognitif, persepsi dan penurunan
ingatan (memori). Komplikasi dari imobilisasi ( pneumonia, infeksi saluran
kemih ). (Brunner & suddarth, 2001 )
Tanda dan gejala dari
penyakit parkinson : (Brunner & suddarth, 2001 )
·
Kepala membungkuk kedepan
·
Tremor kepala dan tangan
·
Gerakan tangan pil
·
Cara berjalan dengan kaki terseret dan
seperti didorong
·
Berdiri kaku
·
Ekspresi wajah seperti topeng
·
Postur tubuh membungkuk
·
Kehilangan berat badan
·
Mengeluarkan air liur
·
Tanda dan gejala dari penyakit parkinson adalah :
a) Rigiditas
( kekakuan )
Rigiditas selalu ada pada pasien parkinson yaitu
dengan meningkatnya tonus otot. Baik otot flekstor maupun ekstresorberkontraksi
dengan kuat yang menunjukan gangguan kelompok-kelompok inhibitor yang bersesuaian.
Rigiditas tampak pada wajah seperti topeng karena terbatasnya mimik, kedip mata
u jarang, sikap tubuh menjadi agak membungkuk, lengan dan tungkai berada pada
keadaan fleksiringan, jalan dengan langkah kecil-kecil.
b) Tremor
( terutama pada saat istirahat )
Tremor disebabkan karena kontraksi yang
berganti-ganti secara teratur (empat sampai enam siklus perdetik )dari
otot-otot antagonis. Tremor makin bertambah jika pasien lelah dan mengalami
ketegangan emosi. Tremor terjadi pada jejari tangan,sendi-sendi metakarpo-falangisi,
kepala mengangguk –angguk atau menggeleng-geleng.
c) Bridikinesia
dan akinesia
Bradikinesia ditandai dengan kelambanan yang
abnormal pada gerakan –gerakan yang disengaja, sedangkan akinesia ditandai
dengan berkurangnya gerakan spontan.
d) Kerusakan
postural, sikap tubuh, gangguan gaya berjalan.
e) Kerusakan
otonom seperti adanya inkontenesia urine, konstipasi, hipotensi orthostatik,
berkeringat,kulit berminyak.
f) Gangguan
penglihatan, penglihatan pasien menjadi kabur karena tidak mampu mempertahankan
kontraksi otot-otot mata.
g) Rasa
lelah berlebihan dan otot-otot terasa nyeri karena rigiditas.
h) Gangguan
fungsi pernapasan seperti hipoventilasi dan berkurangnya fungsi pembersihan
saluran napas.
i)
Perubahan perilaku dan mental,
kemungkinan terjadinya dimensia dan kerusakan memori, depresi, menarik diri.
·
Komplikasi (Tarwoto,2007 )
a) Gangguan
motorik
b) Kerusakan
berjalan, keseimbangan dan postur
c) Gangguan
autonom
d) Demensia
e) Depresi
6.
Prosedur Diagnostik
Diagnostik awal
parkinson mungkin sulit karena pasien jarang memperhatikan ketika gejala
muncul. Sering dekat dengan pasien memberitahu perubahan seperti postur
bungkuk, lengan kaku, sedikit pincang, atau tremor.
Perubahan tulisan tangan dapat menjadi
petunjuk diagnostik awal. Diagnostik penyakit parkinson selalu dapat dibuat
dengan tepat bila ada tremor, kekakuan, dan bradikinesia (gerakan lambat
abnormal ). (Brunner & suddarth, 2001 )
Tidak ada pemeriksaan untuk menegakakan diagnostik pada
penyakit parkinson. Pemeriksaan klinis dan anamnese, serta respon pasien tentang
pemakaian obat terhadap penyakit dapat memperkuat dengan diagnosa.
Bila terdapat jawaban
adanya dementia kronis, CT Scan memperlihatkan sedikit kelambatan pengosongan
lambung dan hipomolitas. ( Barbara C.Wong, 1996 )
7.
Terapi dan Penatalaksanaan Keperawatan
Sasaran tindakan adalah
untuk meninggikan transmisi dopamin. Terapi obat-obatan mencakup antihistamin, antikolinergik, amantidin,
levodopa, uinhibitor monoaminoksidasi (MAO) dan antidepresi.
Antihistamin,
yang memiliki efek sedatif dan antikolinergik pusat ringan, dan dapat membantu
menghilangkan tremor. (Brunner & suddarth, 2001 )
Terapi
antikolinergik, agens-agens antikolinergik (
triheksifenidil, prosiklidin, dan benztropin mesilat )efektif untuk mengontrol
tremor dan kekakuan parkinson. Obat – obatan ini dapat digunakan dalam
kombinasi dengan levodopa. Agens ini meniadakan aksi asetikolin pada sistem
saraf pusat. Efek samping mencakup penglihatan kabur, wajah memerah, ruam pada
wajah, konstipasi, retensi urine, dan kondisi akut. Tekanan intraokular
dipantau ketat karena obat-obat ini kontraindikasi pada pasien dengan glukoma
sedikit sekalipun. Pasien-pasien dengan hiperplasia prostatik dipantau terhadap
adanya tanda-tanda retensi urine. (Brunner & suddarth, 2001 )
Penatalaksanaan
keperawatan : (DepKes,1995 )
a. Beritahu
pasien bahwa obat ini dapat mengurangi perspirasi. Jelaskan bahwa pasien harus
menghindari latihan yang keras dan mempertahankan agar tetap dingin selama
musim panas untuk menghindari sangat panas.
b. Beritahu
pasien untuk tidak menghentikan minum obat dengan tiba-tiba karena
mengakibatkan krisis parkinson.
c. Beritahu
pasien untuk memantau terhadap takikardi atau palpitasi dan melaporkan kondisi
lainnya.
Terapi
Amantadin Hidrokhlorida, agens-agens antivirus yang
digunakan pada awal pengobatan penyakit parkinson untuk menurunkan kekakuan,
tremor, dan brakidenisia. Agens ini diperkirakan bekerja melalui pelepasan
dopamin dari penyimpanan didalam saraf. Reaksi efek samping terdiri dari
gangguan psikiatri (perubahan perasaan hati, konfusi, halusinasi), muntah,
adanya tekanan pada epigastrium, pusing, dan gangguan penglihatan. (Brunner
& suddarth, 2001 )
Penatalaksanaan keperawatan : (DepKes,1995 )
a. Tekankan
pentingnya minum obat ini hanya pada dosis yang diresepkan.
b. Beritahu
pasien bahwa minum obat lebih pagi dapat mencegah insomnia.
Terapi
Levodopa, Walaupun levodopa bukan untuk pengobatan, tapi ada
yang paling menguntungkan diantaranya pasien mulai menyusut dan pengaruh efek
samping menjadi lebih berat sepanjang waktu. Konfusi, halusinasi, depresi, dan
perubahan tidur dihubungkan dengan lamanya penggunaan agens ini. Pasien
mengalami reaksi on-off dimana periode hampir imobilitas (hilangnya efek),
berakhir beberapa menit, diikuti oleh kembalinya keefektifan tiba-tiba.
(Brunner & suddarth, 2001 )
Penatalaksanaan
keperawatan : (DepKes,1995 )
a. Ajarkan
pasien untuk menhindari preparat vitamin atau sereal yang diperkaya vitaminyang
mengandung vitamin B6 yang mengurangi keefektifan levodopa.
b. Ajarkan
pasien bahwa diet tinggi protein dapat mempengaruhi keefektifan levodopa.
c. Instruksikan
pasien untuk melaporkan kedutan otot atau kedipan spasmodik karena ini adalah
tanda dini kelebihan dosis.
d. Jelaskan
tanda dan gejala krisis parkinson ( mis. Brakinesiatiba-tiba dan makin berat,
rigiditas otot dan tremor)
Terapi Derivat Ergoet- Agonis
dopamin, agens-agens ini (bromokriptin dan pergolid)
dianggap menjadi agonis reseptor dopamin, agens ini bermanfaat bila ditambahkan
pada levodopa dan pada pasien yang mengalami reaksi on-off terhadap klinis
ringan. Respon pasien terhadap obat ini sangat individual, dan untuk
alasan-alasan yang tidak dipahami dengan baik respon terhadap satu agens
mungkin lebih baik dari agens lain. (Brunner & suddarth, 2001)
Penatalaksanaan
keperawatan : (DepKes,1995 )
a.
Ingatkan pasien untuk menghindari
alkohol jika minum obat ini karena pasien akan mengalami kekurangan toleransi.
b.
Bromokriptin dapat menyebabkan
vasospasme jari. Ajarkan pasien untuk menghindari pemajanan terhadap dingin dan
melaporkan awitan pucat jari atau ibu jari kaki.
Terapi
inhibitor MAO, Eldepril obat yang dapat menghambat
pemecahan dopamin, sehingga peningkatan jumlah dopamin tercapai. Obat ini juga
telah memperhalus fluktuasi dalam fungsi yang terjadi pada penyakit ini;tidak
seperti terapi agens lain yang dapat memperlambat progresi penyakit. (Brunner
& suddarth, 2001 )
Terapi Antidepresan,
trisikilik dapat diberikan untuk mengurangi depresi yang juga biasa terjadi
pada penyakit parkinson. (Brunner & suddarth, 2001 )
·
Penatalaksanaan umum ( tarwoto,2007 )
ü Physical
terapi : mempertahankan gerakan dan sendi, memperbaikicara jalan
ü Occupational
terapi : membantu pasien mempertahankan aktivitas sehari-hari
ü Psycotherapy
: memfasilitasi pasien status mentalnya.
·
Pengobatan ( Tarwoto,2007 )
ü Trihexyphenidil
HCL (Artan )
ü Bromocryptine
mesylate
ü Levo
DOPA
·
Pembedahan ( Tarwoto, 2007 )
ü Stereotactic
thalamotomy : pengangkatan lesi pada ventrolateral nucleus thalamus untuk
mengurangi tremor dan rigiditasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT
PARKINSON
a. Pengkajian
ü Data
subjektif ( DepKes 1995 )
a) Pemahaman
klien tentang penyakitnya
b) Cepat
lelah
c) Adanya
inkoordinasi
d) Emosi
labil
e) Sulit
membuat keputusan
ü Data
objektif ( DepKes 1995 )
a) Tremor
-
Pill rolling motion, gerakan jari
seperti memilin kapas
-
Resting tremor : tremor pada saat
istirahat
b) Kekakuan
otot
c) Hipo
atau a refleks
d) Penampilan
wajah berubah oleh karena kekakuan otot-otot wajah menyebabkan wajah seperti
topeng, kulit berminyak.
e) Gaya
berjalan, khas dimana kaki diseret dan ayunan / lenggak kaku, kadang tidak
dapat berhenti sendiri sehingga sering terjadi kecelakaan.
f) Bicara
lambat dan monoton
g) Drolling
atau ngeces
h) Penurunan
/ perlambatan respon terhadap berbagai rangsang
i)
Ketidakmampuan melakukan aktifitas
sehari-hari.
ü Data
psikososial ( Tarwoto,2007 )
a) Emosi
pasien
b) Tanda-tanda
depresi dan paranoid
c) Kerusakan
kognitif
d) demensia
ü Data
penunjang
Test diagnostik pada klien ini tidak ada yang khas
dan mutlak tergantung pada penyulit dan komplikasi yang terjadi.
b. Diagnosa
Keperawatan
Hampir setiap pasien dengan gangguan gerakkan
mengalami beberapa perubahan fungsi dan dapat mengalami tipe disfungsi
perilaku. Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan pasien utama
meliputi hal berikut :
§ Resiko
terhadap trauma yang berhubungan dengan cara berjalan tidak mantap sekunder
terhadap bradikinesis, tremor, dan rigiditas. ( Depkes 1995 )
§ Kerusakan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot. ( Brunner
& suddarth, 2001 )
§ Kurang
perawatan diri ( makan, minum, berpakaian, higiene )yang berhubungan dengan
tremor dan gangguan motorik. (Brunner & suddarth, 2001 )
§ Konstipasi
yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas. (Brunner &
suddarth, 2001 )
§ Perubahan
nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor, perlambatan
dalam proses makan, kesukaran mengunyah dan menelan. (Brunner & suddarth,
2001 )
§ Kerusakan
komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara, perlambatan
bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah. (Brunner & suddarth,
2001 )
§ Koping
tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan
penyakit. (Brunner & suddarth, 2001 )
c. Perencanaan
dan implementasi (Brunner & suddarth, 2001 )
§ pasien
dapat meliputi perbaikan mobilitas.
§ Mencapai
kemandirian aktivitas kehidupan sehari-hari
§ Mencapai
usus adekuat
§ Mencapai
dan mempertahankan kepuasan status nutrisi
§ Pencapaian
komunikasi
§ Pengembangan
mekanisme koping
-
Implementasi
§ Membantu
mencapai tujuan terapi
§ Obat-obatan
d. Intervensi
keperawatan
a) Resiko
terhadap trauma yang berhubungan dengan cara berjalan tidak mantap sekunder
terhadap bradikinesis, tremor, dan rigiditas. ( Depkes 1995 )
Intervensi :
1) Selama
ambulasi, anjurkan pasien untuk mengayunkan lengan untuk membantu berjalan dan
untuk mengangkat kaki dan mengelevasi ibu jari kaki setiap melangkah untuk
membantu agar tidak jatuh.
2) Instruksikan
pasien untuk melangkahi sebuah benda atau garis khayal, yang akan membantu
mereka meninggikan kaki mereka dan meningkatkan langkah mereka.
3) Minta
pasien untuk melakukan gerakan-gerakan yang secara khusus sulit ( mis.membalik
).
4) Ajarkan
pasien untuk berjalan dengan jarak yang lebar daripada hanya berputar.
5) Ajarkan
pasien latihan kepala dan leher untuk membantu memperbaiki postur. Ingatkan
pasien untuk mempertahankan postur tegak khususnya ketika berjalan.
6) Anjurkan
pasien untuk melakukan latihan rentang gerak dan peregangan setiap hari dan
latiahanuntuk kelenturan, kekuatan, dan keseimbangan. Tekankan latihan rutin
dan obat sesuai resep untuk menghindari kecacatan.
7) Anjurkan
pasien untuk kadang-kadang berhenti dan memperlambat kecepatan jalan ketika
latihan.
b)
Kerusakan mobilitas fisik yang
berhubungan dengan kekakuan dan kelemahan otot. (Brunner & suddarth, 2001 )
Tujuan / kriteria hasil :
·
kesulitan pergerakan berkurang
·
tremor berkurang atau tidak ada
·
pasien dapat melakukan ADL secara
mandiri
Intervensi :
-
Latihan. Program latihan progresif akan meningkatkan kekuatan otot,
meningkatkan koordinasi dan ketangkasan, menurunkan kekakuan otot tidak
digunakan.
-
Anjurkan pasirn untuk latihan meregang (
regang-tahan-rileks) dapat membantu kehilangan struktur sendi.latihan postural
penting untuk melawan kecenderungan kepala dan leher tertarik kedepan dan
kebawah.
-
Anjurkan pasien untuk melakukan teknik
berjalan,keseimbangan pasien mungkin juga terganggu oleh kekakuan lengan
-
Anjurkan pasien untuk latihan berjalan
serupa dengan barisan musik marcing atau suara dengan birama lagu, karena hal
ini dapat memberikan rangsangan sensori.
-
Anjurkan pasien untuk mandi hangat dan
masase membantu otot-otot rileks pada aktivitas pasif dan aktif dan mengurangi
nyeri otot akibat spasme yang mengakibatkan kekakuan.
-
Kaji adanya regeditas, tremor, kesulita
pergerakan, bradikinesia setiap 8 jam.
-
Bantu pasien melakukan ambulasi
-
Lakukan ROM aktif
-
Lakukan program pengobatan dan observasi
respon obat
c) Kurang
perawatan diri ( makan, minum, berpakaian, higiene )yang berhubungan dengan
tremor dan gangguan motorik. (Brunner & suddarth, 2001 )
Tujuan /kriteria hasil :pasien dapat melakukan
aktivitas perawatan diri
Intervensi :
-
Ajarkan dan dukung pasien selama
aktivitas kehidupan sehari-hari yang dapat meningkatkan perawatan diri.
-
Melakukan modofikasi lingkungan untuk
mengomensasi ketidakmampuan fungsi.
-
Pasien mempunyai kesulitan dalam
memperbaiki posisi ditempat tidur dan naik atau turun dari tempat tidur,maka
dari itu gunakan pagar disekeliling tempat tidur untu memberi bantuan dalam
mendorong diri untuk bangun tanpa bantuan orang lain.
-
Bantu pasien seminimal mungkin untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
d) Konstipasi
yang berhubungan dengan medikasi dan penurunan aktivitas(Brunner &
suddarth, 2001 )
Tujuan /kriteria hasil : membantu pasien agar dapat
meningkatkan defekasi
Intervensi :
-
Berikan pasien asupan cairan yang
adekuat dan anjurkan pasien untuk peningkatan aktivitas sistem autonom.
-
Anjurkan pasien untuk defekasi secara
teratur
-
Dudukan toilet ditinggikan untuk
memudahkan aktivitas toiletting karena pasien sukar bergerak dari posisi
berdiri keposisi duduk.
e) Perubahan
nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan tremor,
perlambatan dalam proses makan, kesukaran mengunyah dan menelan. (Brunner &
suddarth, 2001 )
Tujuan / kriteria hasil :
·
memperbaiki nutrisi
·
berat badan meningkat secara bertahap
·
pasien dapat menghabiskan porsi makan
Intervensi :
-
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
makanan yang bernutrisi
-
Anjurkan pasien untuk menelan secara
berurutan
-
Ajarkan pasien untuk meletakan makanan
diatas lidah,menutup bibir dan gigi, dan menelan.
-
Anjurkan pasien untuk mengunyah pada
satu sisi mulut dan kemudian kesisi lain.
-
Catat intake makanan
-
Berikan makanan yang mudah dikunyah dan
ditelan
-
Berikan pengobatan sebelum makan
-
Berikan makan dengan tinggi kalori
f) Kerusakan
komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan volume bicara, perlambatan
bicara, ketidakmampuan menggerakan otot-otot wajah. (Brunner & suddarth,
2001 )
Tujuan / kriteria hasil : membantu pasien dalam
meningkatkan komunikasi
Intervensi :
-
Pasien diingatkan untuk melihat wajah
pendengar, meninggikan cara mengucapkan kata-kata,brbicara dengan kalimat pendek,
dan mengambil napas dalam sebelum berbicara.
g) Koping
tidak efektif yang berhubungan dengan depresi dan disfungsi karena perkembangan
penyakit. (Brunner & suddarth, 2001 )
Tujuan / kriteria hasil : mendukung kemampuan koping
Intervensi :
-
Dukungan dan sumber bantuan dapat di
berikan melalui ketekunan berdoa dan penekanan keluar terhadap aktivitas dengan
mempertahankan partisipasi aktif.
-
Anjurkan pasien untuk rutin dalam
melakukan fisioterafi, psikoterapi, terapi obat-obatan.
-
Dukung pasien dalam partisipasi kelompok
dapat menolong mengurangi depresi yang sering muncul.
e. Evaluasi
keperawatan (Brunner & suddarth, 2001 )
1) Berupaya
menuju peningkatan mobilitas
§ Berpartisipasi
dalam program latihan setiap hari
§ Berjalan
dengan dukungan lingkungan dasar yang luas, mengayunkan lengan tangan yang
disengaja bila berjalan.
§ Meminum
obat-obat yang dianjurkan dengan taat.
2) Mengembangkan
perawatan diri
§ Menyediakan
waktu untuk perawatan diri
§ Menggunakan
alat bantu dalam menolong diri
3) Mempertahankan
fungsi usus
§ Mengkonsumsi
cairan yang adekuat
§ Peningkatan
asupan diet serat
§ Melaporkan
fungsi defekasi reguler
4) Mendapatkan
perbaikan status nutrisi
§ Menelan
tanpa tersedak
§ Beristirahat
sambil makan
5) Mencapai
metode komunukasi
§ Mengkomunikasikan
kebutuhan
§ Mempraktikan
latihan berbicara
§ Mengatasi
pengaruh penyakit parkinson
§ Menyusun
sasaran realistik
§ Memperlihatkan
adanya aktivitas yang berarti
§ Mengungkapkan
perasaan kepada orang yang tepat
DAFTAR
PUSTAKA
§ Swearingen.
2000. Keperawatan Medikal Bedah edisi 2.
EGC : Jakarta.
§ Pusat
Pendidikan Departemen Kesehatan. 1995. Askep
pada Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. DepKes : Jakarta.
§ Tarwoto,Ns,S.Kep,
Dkk.2007. Keperawatan Medikal Bedah
Gangguan Sistem Saraf. Cv. Sagung Seto : Jakarta.
§ Barbara
C.Long.1996. Perawatan Medikal Bedah.
Yayasan IAPK : Bandung.
§ J.G.
Chusid. 1982. Correlative Neuroanatomy
& Functional Neurology. Lange Medical Publication : Los Altos,
California.
§ Bare,
Brenda G and Suzanne C. Smeltzer.1997.Keperawatan
Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.Penerbit Buku Kedokteran EGC :
Jakarta.