Monday, June 11, 2012


Prosedur Pemasangan ORIF
Oleh: Septiarini
Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat di absorpsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstrem. (Brunner & Suddarth, 2002:2357).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan / atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
Open Reduction Internal Fixation (ORIF)/Fiksasi Internal dengan pembedahan Terbuka akan mengimmobilisasi fraktur dengan melakukan pembedahan untuk memasukkan paku, sekrup atau pin ke dalam tempat fraktur  untuk memfiksasi bagian-bagian tulang yang fraktur secara bersamaan. Fiksasi internal sering digunakan untuk merawat fraktur pada tulang pinggul yang sering terjadi pada orang tua. Pasien biasanya dimasukkan kedalam rumah sakit selama 5 hari atau lebih lama.
Sumber : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Charlene J. Reeves Gayle Roux Robin Lockhart Penerjemah: Joko setyono. Penerbit: Salemba Medika.

Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks) merupakan fraktur dengan luka pada kulit atau  membrane mukosa sampai ke patahan  tulang. Fraktur terbuka di gradasi menjadi : Grade I dengan  luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya; Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif; dan Grade III yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif, merupakan yang paling berat.
Pada fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegah kontaminasi jaringan yang lebih dalam. Jangan sekali-kali melakukan reduksi fraktur, bahkan bila ada fragmen tulang yang keluar melalui luka.

Tindakan pembedahan
ORIF (Open Reduction with Internal Fixation) yang lazim digunakan. Untuk melihat fraktur langsung dengan pembedahan mencakup didalamnya, pemasangan pen, sekrup, logam atau protesa untuk memobilisasi fraktur selama penyembuhan.
Setelah reduksi fraktur, dibuat insisi kecil pada daerah perekutan, sehingga pendapat ditanamkan dalam tulang. Pen mencegah agar tulang tidak bergerak.
Perawatan Pre Operatif
Sebelum ORIF, klien ditraksi beberapa hari untuk stabilisasi fraktur. Traksi yang dipilih dapat Buck’s traction.
Perawat mengajar pasien dan keluarganya atau orang yang dianggap penting apa yang diharapkan selama operasi atau setelah operasi. Perawatan pre operatif serupa dengan pasien yang disiapkan untuk anastesi umum atau anastesi khusus.
Perawatan Post Operaty
Saat ini pasien dengan ORIF
Masalah yang terus diabsorpsi adalah adanya komplikasi seperti emboli atau DVT.
Sumber : Kumpulan kuliah M. A 320. Sistem Muskoloskeletal. PAM Keperawatan Wijayakusuma. Jakarta. 1992/1993

Prinsip penanganan fraktur
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi. Reduksi fraktur (setting tulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Reduksi terbuka, traksi, atau reduksi tertutup dapat dilakukan untuk mereduksi fraktur. Metode tertentu yang dipilih bergantung sifat fraktur, namun prinsip yang mendasarinya tetap sama. Biasanya dokter melakukan reduksi fraktur sesegera mungkin untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan pendarahan. Pada kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mulai mengalami penyembuhan.
Sebelum reduksi dan imobilasasi fraktur, pasien harus dipersiapkan untuk menjalani prosedur; harus diperoleh izin untuk melakukan prosedur, dan analgetika diberikan sesuai ketentuan. Pada fraktur tertentu memerlukan reduksi terbuka. Dengan pendekatan bedah, fragmen tulang di reduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat di gunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. Alat ini dapat diletakkan di sisi tulang atau di pasang melalui fragmen tulang langsung ke rongga sumsum tulang. Alat tersebut menjaga aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi fragmen tulang.
Imobilisasi fraktur setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Implan logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Segala upaya diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak.reduksi dan imobilasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan.
1.      Status neurovaskuler (pengkajian perdarahan, nyeri, perabaan, gerakan)
2.      Kegelisahan, ansietes dan ketidaknyamanan dikontrol dengan berbagai pendekatan (mis: meyakinkan, perubahan posisi, strategi peredaan nyeri, termasuk anlgetik
3.      Latihan isometric dan setting otot diusahakan untuk meminimalkan atrofi disuse dan meningkatkan perdedaran darah
4.      Memperbaiki kemandirian fungsi dan harga diri.
Biasanya fiksasi interna memungkinkan mobilisasi lebih awal.

Teknik fiksasi interna
Ø  Plat dan sekrup untuk tranversal atau oblik pendek
Ø  Sekrup untuk fraktur oblik dan spiral panjang
Ø  Sekrup untuk fragmen butterfly panjang
Ø  Plat dan enam sekrup ubtuk fragmen butterfly pendek
Ø  Nail meduler untuk fraktur segmental.

Perawatan Pasien Fraktur Terbuka
Pada fraktur terbuka (yang berhubungan dengan luka terbuka memanjang sampai permukaan kulit dan ke daerah cedera tulang) terdapat resiko infeksi – osteomielitis, gas gangrene, dan  tetanus. Tujuan  penanganan adalah  meminimalkan kemungkinan infeksi luka, jaringan lunak dan tulang untuk mempercepat penyembuhan jaringan lunak dan tulang. Pasien di bawa ke ruang operasi, dimana luka di bersihkan, didebridemen (benda asing dan jaringan mati di angkat), dan diirigasi. Dilakukan usapan luka untuk biakan dan kepekaan. Fragmen tulang mati biasanya di angkat. Perlu dilakukan graft tulang untuk menjembatani defek, namun harus yakin bahwa jaringan resipien masih sehat dan mampu memfasilitasi penyatuan.
Sumber : Brunner dan  Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3. Jakarta : EGC

Terapi operatif dengan membuka frakturnya
1.      Reposisi terbuka dan fiksasi interna
ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)
a.   Keuntungan cara ini adalah :
·            Reposisi anatomis.
·            Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.
·            Ketelitian reposisi fragmen-fragmen fraktur.
·            Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf di sekitarnya.
·            Stabilitas fiksasi yang cukup memadai dapat dicapai.
·            Perawatan di RS yang relatif singkat pada kasus tanpa komplikasi.
·            Potensi untuk mempertahankan fungsi sendi yang mendekati normal serta kekuatan otot selama perawatan fraktur.
b.   Kerugian yang potensial juga dapat terjadi antara lain :
·            Setiap anastesi dan operasi mempunyai resiko komplikasi bahkan kematian akibat dari tindakan tersebut.
·            Penanganan operatif memperbesar kemungkinan infeksi dibandingkan pemasangan gips atau traksi.
·            Penggunaan stabilisasi logam interna memungkinkan kegagalan alat itu sendiri.
·            Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak, dan struktur yang sebelumnya tak mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi.

Indikasi ORIF :
a.   Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi. Misalnya :
-             Fraktur talus
-             Fraktur collum femur.
b.   Fraktur yang tidak bisa di reposisi tertutup. Misalnya :
-             Fraktur avulasi
-             Fraktur dislokasi.
c.   Fraktur yang dapat di reposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya :
-             Fraktur Monteggia.
-             Fraktur Galeazzi
-             Fraktur antebrachii
-             Fraktur pergelangan kaki
d.  Fraktur yang berdasarkan pengalaman member hasil yang lebih baik dengan operasi, misalnya ; fraktur femur.
2.      Excisional Arthroplasty
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi. Misalnya :
-       Fraktur caput radii pada orang dewasa.
-       Fraktur collum femur yang dilakukan operasi Girdlestone
3.      Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
Dilakukan excise caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore atau yang lainnya.
Sesuai tujuan pengobatan fraktur yaitu untuk mengembalikan fungsi, maka sejak awal sudah harus diperhatikan latihan-latihan untuk mencegah disuse atrofi otot dan kekakuan sendi, disertai mobilisasi dini.
Sumber : FKUI Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran UI/RS Dr. Cipto Mangunkusumo. 1995. Ilmu Bedah. Jakarta : Bina Rupa Aksara.

Fiksasi interna kadang-kadang dipakai pada fraktur biasa dan juga kalau terjadi angulasi yang berat. Fiksasi dapat di lakukan dengan sebilah pelat logam yang di pasang melintang tempat fraktur, atau dengan sebuah paku besar (pen) dalam cavum medulla (Kuntschner nail)
Sumber : M.A Henderson. 1989. Ilmu Bedah untuk Perawat. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica

Asuhan Keperawatan Pada Pasien yang menerapkan ORIF mencakup beberapa observasi dan intervensi : Monitor cek neurovaskular setiap 1-2 jam seperti diperintahkan. Monitot tanda vital selama 4 jam sekali selama 1-3 hari, seperti diperintahkan. Perawat juga harus memonitor hematokrit dan hemoglobin. Telitilah jumlah dan karakter aliran drainase pada jahitan dan tempat keluarnya drainase (drains); laporkan aliran drainase yang lebih besar dari 100-150 mL/jam setelah 4 jam pertama. Ubahlah posisi pasien setiap 2 jam, berikan alat yang terbentuk trapezium di atas kepala agar pasien dapat menggunakan pada saat reposisi. Letakkan bantal kecil diantara kaki pasien untuk menjaga kelurusan. Latihlah pasien untuk melakukan latihan pengambilan nafas, bentuk dan penggunaan spirometer insentif. Berikan obat seperti analgesik, relaktan otot, anticoagulants atau antibiotik seperti dianjurkan. Setelah pemeriksaan kemampuan menopang beban pada bagian yang retak atau patah, perawat harus mendorong pasien untuk melakukan mobilisasi lebih awal. Hal ini dilakukan setelah pasien keluar rumah sakit.
Sumber : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Charlene J. Reeves Gayle Roux Robin Lockhart Penerjemah: Joko setyono. Penerbit: Salemba Medika

PENGKAJIAN
1.      Aktivitas/istirahat
·         Keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri).
·         Keterbatasan mobilitas.
2.      Sirkulasi
·         Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas).
·         Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah).
·         Tachikardi (respon stres, hipovolemia).
·         Penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cedera.
·         Pengisian kapiler lambat.
·         Pucat pada bagian yang terkena.
·         Pembengkakan jaringan atau massa hematoma pada sisi cedera.
3.      Neurosensori
·         Hilang gerakan/sensari, spasme otot
·         Kesemutan.
·         Deformitas lokal, angulasi abnormal, pemendekatan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit), spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi.
·         Agitasi
4.      Nyeri/Kenyamanan
·         Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera
·         Spasme/ kram otot
5.      Keamanan
·         Laserasi kulit.
·         Perdarahan.
·         Perubahan warna.
·         Pembengkakan lokal.

DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
1.      Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera jaringan sekitar fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler.
Tujuan : kerusakan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Intervensi :
a.       Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap imobilisasi.
b.      Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan.
c.       Tinggikan ekstrimitas yang sakit.
d.      Instruksikan klien/bantu dalam latihan rentang gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit.
e.       Beri penyangga pada ekstrimitas yang sakit diatas dan dibawah fraktur ketika bergerak.
f.       Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas.
g.      Ubah posisi secara periodik.
h.      Kolabirasi fisioterapi/okupasi terapi.

Evaluasi :
-    Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin.
-    Mempertahankan posisi fungsional.
-    Meningkatkan kekuatan /fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh.
-    Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas.

2.      Nyeri berhubungan dengan spasme otot, pergeseran fragmen tulang
Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
Intervensi :
a.     Kaji ulang lokasi, intensitas dan tipe nyeri.
b.     Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring.
c.      Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan.
d.     Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi.
e.     Jelaskan prosedur sebelum memulai.
f.       Dorong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan.
g.      Observasi tanda-tanda vital.
h.     Kolaborasi : pemberian analgetik.
Evaluasi :
-      Klien menyatakan nyeri berkurang.
-      Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat.
      Tekanan darah normal.
-      Tidak ada peningkatan nadi.

3.      Kerusakan integritas jaringan/kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah perbaikan, pemasangan sekrup.
Tujuan : kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Intervensi :
a.     Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainage.
b.     Monitor suhu tubuh.
c.      Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol.
d.     Lakukan alih posisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh.
e.     Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan.
f.       Gunakan tempat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi.
g.      Kolaborasi pemberian antibiotik.
Evaluasi :
-             Penyembuhan luka sesuai waktu.
-             Tidak ada laserasi, integritas kulit baik.
Sumber : Doenges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC

Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita

Sistem reproduksi manusia baik pria maupun wanita memiliki struktur organ internal dan eksternalnya masing- masing. Setiap organ dalam sist...